Dibalik Kerudungnya Yang Lebar (Bagian 11)

Cerita Panas Bersambung Cewek Berhijab berjudul Dibalik Kerudungnya Yang Lebar (Bagian 11) ini mengisahkan tentang seorang cewek berhijab yang sange dan memperkosa teman lelakinya. Penasaran? Yuk baca aja cerita hijab nakal ini.
Cerita Panas Bersambung Cewek Berhijab
(Cerita Panas Bersambung Cewek Berhijab)
Perlu diketahui, cerita ini merupakan lanjutan dari episode yang sudah terbit sebelumnya. Silahkan baca-baca dulu chapter yang sebelumnya agar Anda tidak bingung.
Untuk membaca cerita lengkapnya, silahkan lihat daftar episode cerita "Dibalik Kerudungnya Yang Lebar" disini:

Dibalik Kerudungnya Yang Lebar The Series <-- klik untuk melihat.

***

Kampus sepagi itu sudah ramai. Di antara orang-orang yang bergegas masuk ke sana, terdapat ustazah lia membawa sepeda motornya, jilbab lebarnya warna biru, berkibar-kibar diterpa angin. Dia mengenakan gamis jeans yang sangat serasi dengan kerudung yang dia gunakan itu. Motornya menempuh beberapa belokan kemudian berhenti di parkiran fakultas tarbiyah.

Dari sana dia berjalan sedikit menuju taman fakultas. Di taman itulah kajian akan dilakukan. Taman itu lumayan luas, dipenuhi rumput segar yang tumbuh rapi dan terurus. Selain itu, lokasinya juga sangat teduh meski cahaya mentari sesekali masih bisa menerobos lewat celah-celah gedung kampus.

Ketika ustazah lia sampai ke sana, di sana sudah ada beberapa ukhti yang sampai. Memang kajian itu hanya khusus untuk para akhwat saja. Meski demikian, sudah hadir juga seorang laki-laki yang merupakan pengurus organisasi bidang psdm atau pengembangan sumber daya manusia. Dia merupakan satu-satunya laki-laki yang hadir di sana.

Laki-laki itu biasa dipanggil fahri. Akhi Fahri. Usianya masih sangat muda karena dia masih kuliah semester 4 di jurusan yang sama dengan yang ustazah lia ambil dulu. Wajahnya adalah wajah khas seorang ikhwan, lengkap dengan jenggot tipis dan rambut pendek rapinya. Pembawaannya santun.
Fahri berdiri menyambut ketika ustazah lia sampai. “Ustazah, sama siapa datang?” Fahri menangkupkan tangannya di dada, ustazah lia membalas dengan menangkupkan tangan di dadanya juga. Bukan mahram maka tidak boleh bersalaman, seperti itulah peraturan di organisasi ukhti itu.

“Sendiri, Akhi, deket kok asrama dari sini.”

“Oh gitu. Ustazah di sini saja duduknya.” Fahri mempersilahkan ustazah lia duduk tak jauh dari tempat duduknya.

Ustazah Lia kemudian duduk. Kajian belum akan dimulai masih menunggu beberapa ukhti yang belum datang. Sementara menunggu ustazah lia menngobrol dengan Fahri tentang organisasi. Nampak bahwa Fahri sangat hormat pada ustazah lia yang merupakan seniornya baik di kampus maupun di organisasi.

Diam-diam dalam pikiran ustazah lia timbul niat aneh untuk menggoda pria itu. Dia ingin membuktikan apakah pria seperti Fahri ini masih bisa tergoda olehnya atau tidak. Memikirkan hal itu membuat syahwat ustazah lia bangkit. Diam-diam dia menyentuh selangkangannya tanpa kentara. Memastikan bahwa dirinya memakai strapon vibrator yang ditutupi celana dalamnya.

Kemudian kajian pun dimulai. Dengan telaten ustazah lia menerangkan seluk beluk organ reproduksi wanita. Kajiannya berlangsung dengan serius meski terkadang ustazah lia menyelipkan humor juga. Beberapa kali Fahri hanya tertunduk malu ketika guyonan sedikit tabu untuk diketahui laki-laki seperti dirinya. Meski demikian, kesepakatan di awal kajian memang bahwa kajian itu dilakukan dengan bebas dan Fahri yang memposisikan diri sebagai moderator juga memang mempersilahkan.
Di pertengahan kajian, ustazah lia yang penasaran dengan sensasi yang dibisikkan ustazah raudah tadi malam kemudian diam-diam menghidupkan vibratornya. “Ukhhh,” begitu tanpa sadar dia mendesah dan tubuhnya sedikit menggeliat merasakan rangsangan di vaginanya.

“Ustazah Lia?” Fahri yang menangkap desahan ustazah lia memandangnya dengan penuh tanda tanya. Saat itu seorang ukhti baru saja mengajukan pertanyaan.

“O ya ya, hhh,” wajah ustazah lia sedikit memerah. Dia sedikit menggeser duduknya. “Jadi, emm, gini, ukhh...ti, pertanyaan ukhti tadi, emm, masalah mencukur bulu kemaluan, memang hal itu bagus dari sudut pandang agama, juga dari sudut pandang kesehatan. Akan tetapi hal itu berpulang pada kesepakatan dengan suami ukhti sendiri, jika misalnya suami ukhti tidak membolehkannya, ya tidak apa-apa, yang penting merapikannya, karena seorang istri saleha itu harus bisa menyenangkan suami juga.”

Fahri menundukkan kepalanya. Demikian juga ustazah lia, memejamkan matanya sesaat sambil menunduk. Merasakan birahinya membludak seiring perasaan aneh dirinya sedang dirangsang vibrator di dekat seorang ikhwan yang ganteng. Selanjutnya kajian dilanjutkan. Beberapa kali ustazah lia menggeliatkan tubuhnya dan mengeluarkan desahan pelan yang untungnya tak menarik perhatian. Dirasakannya vaginanya sudah basah, beberapa kali juga dirasakannya dirinya hendak orgasme, akan tetapi ditahan-tahannya.
Cerita Panas Bersambung Cewek Berhijab
(Cerita Panas Bersambung Cewek Berhijab)
Kajian dilakukan selama dua jam. Waktu yang terhitung lama tapi ternyata tak terasa juga. Setelah selesai, para ukhti menyalami ustazah lia kemudian pulang ke tempat mereka masing-masing. Pada akhirnya yang tersisa di taman itu hanya Fahri dan ustzah lia.
“Akhi Fahri kos di mana?” ustazah lia bertanya.
Fahri menyebutkan tempat kosnya. Lumayan jauh dari sana, dekat toko buku, kira-kira satu kilometeran dari asrama syahamah. Satu sms masuk ke hpnya dan dia membukanya.
“Jauh juga ya. Biasanya anak kuliah kan suka nyari yang deket kampus. Bawa motor sendiri ya?”
Fahri tersenyum. “Biasanya ustazah, tapi hari ini motor ana dipinjam teman. Tadi katanya mau jemput, tapi ini dia bilang baru bisa ngembaliin motor nanti malam.”
“Yaudah ayo sama ana saja akhi, kebetulan ana juga mau beli buku di toko buku dekat kosan antum.”
“Ah, gak usah, ustazah, merepotkan.” Fahri menggelengkan kepalanya.
“Sekaiian, gak apa-apa. Toh gak bareng Fahri pun ana mau ke toko buku.”
Akhirnya Fahri menurut. Maka mereka pun berlalu ke parkiran. Fahri memposisikan diri di depan mengendarai motor, sementara ustazah lia duduk di belakang dengan posisi menyamping. Untung tadi Fahri membawa helm sebab dia memang berangkat ke kampus diantarkan temannya juga tadi.
Sepanjang perjalanan itu, ustazah lia merem melek merasakan rangsangan tanpa henti di vaginanya. Dia yakin vaginanya sudah sangat becek. Seolah tanpa sadar, tangan kanannya berpegangan pada pinggang Fahri. Untuk sesaat Fahri sedikit tersentak. Tapi kemudian dia diam saja, toh ini memang kondisi darurat, daripada kecelakaan, ya gak apa-apa lah pegangan.
Karena posisi toko buku terlewati sebelum sampai ke kosan Fahri, maka mereka berdua pun mampir dulu ke sana. Demi kesopanan, Fahri mengantar ustazah Lia berkeliling mencari buku yang dia inginkan. Saat itu Fahri merasakan sesekali ustazah lia terasa manja kepadanya. Pernah juga ustazah lia hendak jatuh dan Fahri refleks menahannya dari belakang. Hmmm, wanginya tubuh ustazah lia dan kelembutan tubuhnya yang tersentuh olehnya sempat membangkitkan juga naluri laki-lakinya. Saat itu sebenarnya ustazah lia sedang mengalami orgasme pertamanya. Makanya dia tidak lagsung bangkit, berusaha menahan diri untuk tidak mendesah.
“Ustazah gak kenapa-kenapa?” Fahri sedikit kuatir melihat wajah ustazah lia yang nampak berkeringat.
“Engg...enggak kok akhi, enggak. Maap ya.” Ustazah lia menjawab sebisanya. Nafasnya sedikit memburu.
Akhirnya acara belanja buku itu selesai. Lanjutlah perjalanan mereka ke kosan Fahri. Ternyata kosannya merupakan kosan elit. Lengkap dengan kamar mandi dalam dan juga ranjang dan satu ruangan tambahan berupa dapur kecil.
“Mampir dulu ustazah.”
Ustazah Lia pura-pura menolak. Akan tetapi ketika Fahri mengulanginya lagi, dia pun menerima untuk mampir, sekalian beribadah dulu, kuatir waktunya keburu habis, begitu alasannya.
Masuklah kemudian ustazah lia. Beruntung ustazah lia selalu membawa mukena ke mana pun. Maka sementara Fahri masuk ke dapur, ustazah lia kemudian pergi ke kamar mandi, membersihkan vaginanya yang basah dan mencopot vibratornya. Kemudian dia sengaja mencopot gamis jeansnya dan hanya mengenakan mukena saja tanpa dalaman.
Fahri masih di dapur ketika ustazah lia beribadah. Fahri sedang memanaskan air membuat teh. Dispensernya kebetulan sedang rusak. Ketika teh sudah selesai dibuat, dia pun pergi ke ruang utama kosnya. Saat itu posisi ustazah raudah kebetulan sedang membungkuk. Terlihat jelas betapa menggairahkannya posisi itu, belum lagi mukena yang dipakainya terlihat tipis menerawang. Fahri kembali ke dapur sambil mengusap wajahnya. Dibenarkannya posisi kontolnya yang mendadak tegang. Di satu sisi dia merasa malu karena yang bersamanya itu adalah ustazah, di sisi lain dia tak bisa menipu dirinya sendiri bahwa dirinya pun merasa terangsang.
Ustazah lia sudah selesai, barulah Fahri masuk. Sedikit gagap dia menawarkan teh hangat buatannya, meletakkannya di meja. Di sana memang ada meja dengan dua kursi. Sengaja tanpa mencopot mukenanya, ustazah raudah langsung duduk di kursi. Fahri duduk di kursi yang lain. Saat ustazah raudah ada dalam posisi mencicipi teh itu, mau tak mau pandangan Fahri tertuju pada bagian dada ustazah raudah yang tampak samar. Busungan itu tak terlindungi oleh beha.
Fahri merasakan kontolnya kembali tegang. Sementara itu ustazah raudah yang pura-pura tak tahu padahal dia memang sengaja menggoda kemudian berkata. “Segar sekali akhi, pas manisnya.”
“Uhh, iyaka, ustazah?” sedikit gugup Fahri mencicipi punyanya. Memang manis, tapi merasakan kontolnya menegang, dia merasa harus membenarkannya. Maka dia pun berkomentar. “Punya ana kurang manis, ustazah.” Dia pun bangkit membawa tehnya ke dapur. Meletakkannya di meja tembok yang menyatu dengan dinding di samping kompor.
Kemudian sambil membelakangi pintu masuk, dia merogohkan tangannya ke celananya. Sedikit sukar karena celananya sempit, dia pun melepas kancing celana dan risletingnya. Toh dia tak berpikir bahwa ustazah lia akan menyusul ke sana. Tersentuh oleh tangannya, kontolnya justru kian menegang. “Ukhh,” tanpa sadar dia mendesah merasakan kenikmatan tanpa sengaja. Memang Fahri termasuk ikhwan yang belum pernah mengenal seks.

Ustazah Lia diam-diam mengikuti. Dia berdiri tepat di belakang Fahri, kemudian memanggilnya, “Akhi Fah...uhhh,” ucapan ustazah lia terpotong. Fahri yang kaget dipanggil langsung membalikkan tubuhnya dan hal itu membuat tubuh keduanya langsung merapat. Tubuh ustazah lia hampir jatuh dan Fahri refleks meraihnya. Karena dua tangan Fahri yang tadi memegang celana kini terpaksa meraih ustazah lia, otomatis celananya langsung melorot ke bawah.

Fahri merasa malu. Kepalanya tertunduk. Dia tahu mata ustazah raudah langsung tertuju pada area menonojol di balik celana dalamnya. Dia tak tahu harus bersikap seperti apa. Ustazah lia yang tahu bahwa dirinya harus mengambil inisiatif kemudian mengulurkan tangannya sementara tubuhnya maju. Tangan itu meremas tonojolan di selangkangan Fahri.

“Ustazah....” mulut Fahri yang membuka langsung dilumat oleh bibir ustazah lia. Tubuh Fahri mundur terdesak ke dinding. Dia serba salah. Tapi dia juga meraskaan kenikmatan aneh saat tangan lembut ustazah lia meremas penisnya dari balik celana dalam. “Ustazah...” Fahri kembali berkata ketika mulut itu terlepas dari mulut ustazah lia.

Ustazah lia tak menjawab, dia hanya menatap Fahri dengan mata sayu dan nafas memburu. Di bawah tangannya menyelinap ke balik celana dalam membuat tubuh Fahri sedikit mengejang. Fahri memejamkan matanya merasakan syahwatnya makin memuncak meski di satu sisi dia merasa sungkan.

Ustazah lia kemudian menurunkan tubuhnya. Fahri merasakan kulit penisnya disentuh oleh benda basah dan lunak, juga hangat. Dia membuka matanya. Dilihatnya sang ustazah mengulum dan memaju mundurkan penisnya di dalam mulutnya. “Ahhh, ahhhh,” tanpa sadar dia mendesah, tangannya menggapai-gapai dinding di belakangnya. Hanya berapa menit ustazah lia merasa penis di mulutnya berkedat kedut. Dia tahu penis itu hampir muncrat. “Maklum pemula,” batinnya. Dia kemudian melepaskan penis itu dari mulutnya, selangkangan Fahri sedikit maju seakan tidak rela.
Ustazah lia kembali berdiri menghadap Fahri yang perlahan membuka matanya. Nafasnya kini sama memburunya dengan ustazah lia. Rasa sungkannya sudah digantikan nafsu birahi yang membara. Maka ketika bibir seksi ustazah lia melumat bibirnya kembali, dia pun kini membalas. Tangan ustazah lia membimbing tangan ikhwan juniornya itu ke dadanya. Dituntun naluri kelelakiannya, Fahri meremas busungan sekal itu dari balik mukena. Didengarnya desahan pelan ustazah alim itu yang membuatnya semakin bergairah. Tangannya yang satu kemudian makin canggih menggerayangi tubuh ustazah lia, turun ke bawah dan....

“Akh!” ustazah lia menggelinjang ketika dirasakannya tangan itu menyentuh itilnya. Kemudian dirasakannya tangan itu membelai-belai jembutnya yang dicukur rapi tapi tak gundul. Lidahnya dengan penuh nafsu menjelajahi rongga mulut Fahri. Kemudian turun menjilat-jilat leher sang ikhwan pemula itu yang kini mulai bisa memberikan rangsangan pula pada tubuhnya.
Lama mereka bercumbu di sana. Baru kemudian Fahri membopong tubuh sang ustzah ke ranjangnya. Dibaringkannya sang ustazah di sana yang lalu mengambil posisi menantang. Dikangkangkannya pahanya dengan sedikit bagian mukena dibuka. Dengan menggila Fahri langsung menyingkapkan mukena itu dan membenamkan mukanya tepat di memek tembem ustazah lia. Diciumnya aroma yang baru kali itu dia ketahui, dijilat-jilatnya jembut ustazah lia dan sesekali lidahnya naluriah menjelajahi belahan vagina sang ustazah membuatnya merintih-rintih keenakan.
“Akhh, akhii, sudah,, ahhhh, masuk..kannnn, ahhhh,” akhirnya ustazah lia tak kuat. Dia bangkit dan langsung meraih kepala sang ikhwan dan melumat bibirnya membabi buta. Fahri lalu memposisikan tubuh di atas ustazah lia. Kontolnya diposisikan tepat di belahan memek ustazah lia. Jantungnya berdetak kencang membayangkan pengalaman pertanya ngentot, dengan ustazah pula, seniornya yang alim yang sangat dihormatinya.
Setelah pas, Fahri menurunkan tubuhnya. Kontolnya yang lumayan besar sedikit tertahan oleh vagina ustazah lia meskipun sudah sangat basah. Akan tetapi hanya dengan satu hentakan tambahan, penis itu masuk sepenuhnya menusuk memek ustazah lia.
“Uhhhhhh,” Fahri mengeluh. Untuk sesaat dia mendiamkan saja kontolnya di sana, merasakan kenikmatan kulit penisnya yang bergesekan dengan hangat dinding vagina ustazah lia yang basah. Ustazah lia sementara itu memejamkan matanya. Kepalanya sedikit terangkat dari bantal yang menahannya.
“Gerakkan, akh...akhii,” ustazah lia berbisik.
Fahri paham. Maka dia menurun naikan tubuhnya, merasakan kenikmatan yang kian meninggi seiring maju mundurnya penisnya di lubang kenikmatan ustazah alim itu. Ustazah lia mengimbangi juniornya itu dengan menaikturunkan pantatnya. “Akh akh akhhhh,” desahannya membuat Fahri memacu semakin bersemangat.
Mungkin karena itu merupakan pengalaman pertama Fahri, maka dia belum bisa mengatur tempo. Tak heran hanya dalam beberapa menit pun dia sudah merasakan penisnya terasa hampir meledak. “Agghhhhh,” dia menggeram. Ustazah lia yang melihat wajah Fahri nampak menahan syahwat dan rasa nikmat yang hampir meledak itu langsung surti. Dia menggoyangkan pantatnya makin cepat sambil membusungkan dadanya. Fahri yang paham maksud ustazah lia langsung meremas bungkahan sekal yang menggoda itu dengan gemas.
“Ana...ahh ahhh ahhhhhhh,” baru saja Fahri akan mengatakan dirinya hampir orgasme, ustazah lia sudah merasakan pancutan-pancutan air hangat di dalam vaginanya. Dia pun maklum bahwa sang junior memang masih butuh pelajaran lanjutan. Maka dia mendiamkan saja ikhwan juniornya itu merasakan keperjakaannya yang dilepas di vagina ustazah lia.
Akan tetapi ketika Fahri hendak mencabut kontolnya, ustazah lia melarangnya. Dia bangkit tanpa melepas memeknya dari kontol Fahri yang masih tegang di dalamnya, kemudian dengan gerakan berpengalaman dia mendorong sang ikhwan menjadi berbalik terlentang, dirinya di atas. Sambil tersenyum nakal sang ustazah membiarkan selangkanga mereka menyatu sementara tangannya membelai-belai dada sang ikhwan. Kemudian, cupppp cuppp, bibirnya kembali melumat bibir Fahri sementara tangannya meraih tangan sang ikhwan menekankannya ke buah dadanya yang menggantung sekal.

Dirangsang seperti itu, mau tak mau Fahri kembali bergairah. Dirasakannya penisnya menegang kembali seperti tadi setelah sebelumnya sedikit melunak. Setelah merasakan itu, ustazah lia langsung menaik turunkan pantatnya, posisi WOT. Betapa eksotisnya pemandangan itu di mata fahri. Seorang ustazah mengentotnya dari atas dengan hanya mengenakan mukena. Sementara itu keringat sang ustazah nampak membasahi bagian tubuhnya yang terbuka, membuat kulit mulus yang selalu ditutupi gamis dan kerudung lebar itu nampak mengkilap.

“Ukhh ukhh, ahhhh aaaaahh,” desahan kedua manusia alim itu terdengar syahdu memenuhi ruang kamar Fahri. Fahri sudah tak ingat status wanita yang dientotnya sebagai ustazah seniornya yang seharusnya dihormati, sementara ustazah lia juga sudah tak tahan membutuhkan pelampiasan birahinya yang tadi dirangsang sensasi vibrator selama kajian di kampus dengan para ukhti. 

BERSAMBUNG

Untuk membaca lanjutannya, silahkan lihat daftar lengkap cerita "Dibalik Kerudungnya Yang Lebar" disini:

Dibalik Kerudungnya Yang Lebar The Series <-- klik untuk melihat.

Cerbung Hijab Binal diatas merupakan hasil karya dari pecinta umahat selaku pengarang aslinya. Foto yang digunakan di dalam cerita ini hanyalah ilustrasi belaka untuk mempermudah pembaca dalam meresapi jalan cerita yang ada.
loading...

Klik tuk Kirim Pesan