Dibalik Kerudungnya Yang Lebar (Bagian 9)

Cerbung Terbaru Cerita Lesbi berjudul Dibalik Kerudungnya Yang Lebar (Bagian 9) ini mengisahkan tentang dua cewek berjilbab yang lesbi. Penasaran? Yuk baca aja cerita hijab terbaru ini.
Cerbung Terbaru Cerita Lesbi
Cerbung Terbaru Cerita Lesbi
Perlu diketahui, cerita ini merupakan lanjutan dari episode yang sudah terbit sebelumnya. Silahkan baca-baca dulu chapter yang sebelumnya agar Anda tidak bingung.
Untuk membaca cerita lengkapnya, silahkan lihat daftar episode cerita "Dibalik Kerudungnya Yang Lebar" disini:

Dibalik Kerudungnya Yang Lebar The Series <-- klik untuk melihat.

***

Masih pagi, ustazah lia sedang duduk di kamarnya menghadapi segelas teh hangat yang masih mengepulkan asap. Di tangannya satu buku baru tentang reproduksi perempuan sedang dia baca, karangan seorang ummahat yang terkenal di Indonesia. Minggu depan dia diundang untuk mengisi kajian reproduksi perempuan dari sudut pandang agama. Undangan itu datang dari organisasi akhwat kampus tempat dia dan ustazah raudah dulu juga bergabung. Karena itu pulalah hubungannya dengan para kader juniornya masih terjalin sampai sekarang.

Buku itu buku bagus, dilengkapi dengan gambar-gambar juga, gambar-gambar berwarna alat reproduksi perempuan. Beberapa bahkan sangat jelas berupa photo. Ustazah lia membayangkan bagaimana proses pembuatan buku itu berlangsung. Apakah si penulis buku memoto organ tubuhnya, atau dia meminta suaminya, ah, bukan, berondong simpanannya memoto memeknya kemudian setelahnya mereka berdua langsung bersetubuh di depan naskah yang belum jadi, sementara suami sang ummahat itu sedang mengobrol dengan tamu dari penerbitan di ruang sebelahnya.

Memang imajinasi ustazah lia termasuk tinggi. Di balik tubuh mungilnya dan kerudung lebarnya tersimpan nafsu birahi yang menggelora. Itu sudah dibuktikan dengan rutinitas seks webcamnya dengan ahmad soleh yang berujung kenikmatan bersenggama malam kemarin. Ahmad soleh. Ustazah Lia tersenyum membayangkan laki-laki itu yang menolak pulang dan baru mau dia antar pulang setelah sore.

Tentu saja sebenarnya hanya pura-pura diantar pulang, lengkap dengan gamis dan cadarnya sebagai penyamaran. Membayangkan kontol ahmad soleh yang disepongnya menggunakan bibir seksinya dan tubuh laki-laki itu yang menggeliat-geliat, ustazah lia tersenyum lagi. Birahinya bangkit. Diam-diam tangannya menyelinap ke balik gamisnya, mengusap-usap memeknya yang tak tertutup celana dalam.

Semakin lama dia usap, semakin tidak konsentrasi pikirannya pada buku yang dia baca. Dia memutuskan untuk membuka laptopnya dan membuka situs-situs pemuas nafsu birahinya. Karena gejolak syahwatnya yang sudah terlanjur memuncak, dia sampai lupa bahwa pagi itu pintu kamarnya belum dia kunci. Maklum dia tadi keluar sebentar meminta gula ke kamar ustazah raudah untuk tehnya.

Di sebuah situs, dia temukan video yang menayangkan seorang gadis berkerudung disodok-sodok memek dan anusnya oleh dua lelaki kulit hitam. Ahhh, dia terbelalak melihat betapa besarnya batang-batang itu, jauh lebih besar dari batang ahmad soleh. Desahan dan lenguhan si gadis berkerudung yang diikuti dengan raut wajahnya yang nampak meringis campuran antara kenikmatan dan rasa perih membuatnya merasa kian terangsang.

Dia duduk di kursi, mengangkang, kakinya menginjak tepian kursi. Gamisnya tidak sepenuhnya dia singkapkan, tapi tangannya sudah jelas menyelinap ke balik sana, menggerayangi paha dan memeknya sendiri menyentuh titik-titik sensitif di sana. “Ahhhh ahhhhh,” begitu desahannya terdengar seiring birahinya yang memuncak.

Durasi video itu hanya 15 menit. sudah lima menit berjalan dan ustazah lia merasa memeknya sudah basah. Jemarinya semakin liar menusuk-nusuk dinding memeknya sementara imajinasinya melayang membayangkan dirinyalah yang sedang ditusuk oleh dua pria kulit hitam itu. “Auhhhh, uhhhhh, uuuuukkhhhhhh,” matanya merem melek, kepalanya mendongak sementara mulutnya menganga.
Saat itu...

“Ukhti, ana mau ngambil gula, ehhhhhh......” terdengar suara pintu dibuka dan sapaan itu yang berujung pekikan kaget. Ustazah Raudah. Ustazah lia kaget terutama karena dari pintu layar laptopnya terlihat sangat jelas karena posisinya juga membelakangi pintu. Dia tadi memang membawa gula bersama wadahnya dari kamar ustazah raudah, dan dia lupa mengunci pintu.

Ustazah Raudah keluar kembali dan menutup pintu. Dia meninggalkan ustazah lia yang termangu merasa malu karena dirinya sudah tertangkap basah sedang menonton video porno. Bahaya kalau sampai ustazah raudah melaporkannya pada ustazah aminah. Betapa malunya dia. Bisa-bisa dia diusir dari asrama syahamah. Nafsu birahinya turun seketika. Dimatikannya laptop dan dia duduk termenung di kursi memikirkan alasan apa yang bisa dia gunakan untuk membujuk supaya ustazah raudah tidak melaporkannya.

Tentu saja ustazah lia si mungil berkerudung lebar itu tidak tahu bahwa ustazah raudah sebenarnya sudah berdiri di luar pintunya dari tadi. Ustazah lia si akhwat berbibir seksi itu juga tidak tahu soal hubungan antara ustazah raudah dengan Alif dan Ustaz Karim. Dia bahkan tidak tahu bahwa ustazah raudah sudah tahu dirinya kemarin memasukkan laki-laki ke dalam kamar dengan menyamar sebagai ukhti.

Merasa pusing, akhirnya ustazah lia bertekad untuk terus terang saja dan meminta maap pada ustazah raudah. Siapa tahu temannya itu berbaik hati merasa kasihan dan tidak melaporkannya. Maka diambilnya wadah gula dari meja dan dengan gontai dia melangkah keluar dari kamarnya menuju ke kamar nomor delapan. Kamar ustazah raudah.

Tok tok tok “assalamualaikum.” Dia berdiri dengan gamang di depan kamar itu.

“Waalaikumsalam. Masuk.” Terdengar jawaban ustazah raudah dari dalam.

Ustazah lia masuk dengan ragu. Dia menatap ustazah raudah yang sedang duduk di depan laptopnya. Di meja ada segelas teh yang belum diseduh. Ditutupnya pintu perlahan, kemudian dia meletakkan gula di meja. “Makasih gulanya, ukhti,” bisiknya lirih.

Ustazah Raudah hanya menoleh sekilas kemudian kembali menekuni laptopnya. “sama-sama, ukhti lia.”
Cerbung Terbaru Cerita Lesbi
(Cerbung Terbaru Cerita Lesbi)
Ustazah lia berdiri dengan ragu di belakang ustazah raudah. Dia bingung harus memulai dari mana membicarakan hal tadi. Akhirnya, “ukhti, ana mau menjelaskan soal....tadi.”
Ustazah Raudah tetap tidak menunjukkan perhatian. “Maksud ukhti?”
“Emmmh, tadi itu ana...”
“Nonton video porno?” Kali ini ustazah raudah menjawab sambil membalikkan posisi duduknya menghadap ke ustazah lia. Matanya menatap tajam.
“i...iy...iya, ukhti, ana khilaf.” Ustazah lia menunduk.
Ustazah raudah bangkit. Dia memasukkan gula ke dalam gelas tehnya, kemudian menuangkan air dari pojok ruangan. Setelah meletakkan gelas itu di meja, dia berkata sambil berdiri. “Kenapa, ukhti?”
Ustazah lia mengangkat kepalanya, kemudian dia kembal menunduk. “Ana...tidak tahan, ukhti. Cuma sekali itu kok ana nonton.”
“Oya? Kalau selain nonton?” ustazah Raudah kembali meneruskan.
Ustazah lia terperanjat. Sempat terpikir olehnya jangan-jangan ustazah raudah tahu dirinya sering web seks dengan ahmad soleh. Atau...jangan-jangan ustazah raudah tahu tentang dirinya dan ahmad soleh malam kemarin. “Ti...tidak, ukhti.”
“Tidak apa? Duduk saja ukhti, di ranjang ya, kursinya hanya satu.” Jawab ustazah raudah. Dia menghampiri pintu dan menguncinya sementara ustazah lia duduk di ranjang. Kepalanya masih menunduk. Pasrah. Ustazah raudah kemudian duduk juga di sampingnya.

“Jujurlah, ukhti, kita sudah berkawan lama. Ana mengenal ukhti sudah seperti saudara sendiri.” Ustazah Raudah melingkarkan tangannya ke belakang tubuh ustazah lia. Tangan itu kemudian meremas bahu ustazah lia dengan lembut.
Ustazah lia mendengar nada lembut ustazah raudah merasa bahwa kemungkinan sang ustazah akan melaporkannya pada ustazah aminah semakin kecil. Maka berangsur-angsur ketakutannya hilang. “Iyya ukhti, ana pernah gituan...”
“Gituan apa ukhti? Yang jelas lah, jangan seperti perawan sedang menerima pinangan,” ustazah raudah tersenyum menenangkan. Tangannya menarik kepala ustazah lia ke arahnya, posisinya kemudian setengah memeluk sang ukhti. Merasa ada sandaran, naluriah ustazah lia menyandarkan tubuhnya.
“Gituan, ukhti, aaaaah, ana malu mengatakannya.” Wajah ustazah lia bersemu merah.
“Alah, nonton video porno gak malu tapi ngobrol sama saudaranya sendiri malu-malu.” Ustazah Raudah kembali tersenyum menggoda.
“Ustazah iniiiii.” Ustazah Lia mulai terbawa juga. Suasana mulai cair di antara mereka berdua. “Itu lho, ukhti, main antara laki-laki sama perempuannn.”
“Main? Main apa ukhti? Main petak umpet? Ana gak paham.” Ustzah Raudah masih menggoda.
Merasa kesal digoda terus, ustazah lia mencubit pinggang ustazah raudah. “Iiihhhh,” ustazah raudah menggeliat. “Malah nyubit coba.”
“Hihi, salah ukhti sendiri malah menggoda.”
“Emang ukhti lia sendiri sih, kenapa susah banget bilang ngentot.” Jawaban ustazah raudah membuat hati ustazah lia berdesir. Betapa lugasnya ustazah yang satu ini mengucapkan kata yang dari tadi sungkan dia ucapkan.
“Ukhti.....” ustazah lia menatap ustazah raudah yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum. Tangan ustazah raudah merengkuh pinggangnya sementara posisi tubuhnya setengah dipeluk oleh ustazah itu.
“Tubuh ukhti mungil, tapi dadanya sekal ya...” ustazah raudah menjawab sementara tangannya mengusap payudara ustazah lia pelan.
“Ukhti! Apa-apaan....” ustazah lia mencoba bangkit tapi tangan ustazah raudah menahannya dan malah menariknya semakin erat dalam pelukan.
“Sudahlah, ukhti, ana bisa ngelaporin ukhti ke umi aminah, kecuali....” ustazah raudah menggantung ucapannya. Tangannya semakin liar meremas payudara ustazah lia.
“Kecuali ap....mmmmhhhh,” ucapan ustazah lia menggantung juga karena mulutnya yang sedang membuka dicaplok oleh mulut ustazah raudah. Dia berusaha melepaskannya tapi tangan ustazah raudah yang satu lagi malah menekan kepalanya dari belakang.
“Bibir ukhti seksi,” bisik ustazah raudah setelah bibir mereka berpisah.
Ustazah lia tak menjawab. Diam-diam dia merasakan birahinya yang tadi sempat turun kini naik kembali. Bibir ustazah raudah dirasakannya sangat lembut, membuai dan membangkitkan birahinya yang tadi sempat dirangsang oleh video akhwat berkerudung lebar dientot oleh dua kulit hitam.
“Ukhti pernah ngentot kan? Kini ukhti bakal ngerasain sama perempuan juga sama nikmatnya.” Kembali ustazah raudah berbisik. Tangannya dengan ahli menggerayangi sekujur tubuh ustazah lia dari balik gamisnya, menyentuh area-area sensitif di tubuh sang ukhti. Posisi tubuh ustazah lia kini sudah sepenuhnya berada di pelukan ustazah raudah.
Tangan ustazah raudah kini menyelinap ke balik gamis ustazah lia, menyusuri paha ustazah lia ke atas sampai tubuh ustazah lia bergetar merasakan syaraf-syarafnya yang sensitif disentuh dengan lembut oleh jemari nakal ustazah raudah. Tak berhenti di sana, tangan itu dengan nakalnya langsung membelah bibir vagina ustazah lia membuat yang punya mendesah sambil memejamkan matanya, “Ukhhhhhhh, ukhti, ukhti, sudah, aaah ah aaaaaahhhhh,”
Boro-boro berhenti, ustazah raudah semakin liar. Kini didorongnya tubuh ukhti lia ke ranjang sampai berbaring. Ustazah lia yang meredakan nafasnya yang memburu belum sempat melakukan apa-apa ketika dia merasakan ustazah raudah menyingkap gamisnya sepinggang dan dirasakannya jilatan-jilatan basah di jembutnya.
“Ukhh, aduhhh, ukhti, apa-ap...ahhh, akh nikmatnyaaa,” rintihan ustazah lia terdengar antara rasa sungkan dan kenikmatan. Dengan ahli ustazah raudah menusuk-nusukkan lidahnya ke belahan yang nampak bersih itu. Sesekali disentilnya itil ustazah lia menggunakan ujung lidahnya membuat yang punya merintih-rintih kenikmatan.
Suatu saat ustazah raudah kemudian menghentikan jilatannya. Dia bangkit dan menyingkapkan gamisnya juga sepinggang. Kemudian dia memposisikan vaginanya bersentuhan dengan vagina ukhti lia sementara mulutnya langsung melumat bibir ustazah lia yang saat itu sudah pasrah. Matanya terpejam seiring desahan dan rintihan yang keluar dari mulutnya.
Cuppp cupppp cupppp, bibir ustazah lia yang seksi memang membuat ustazah raudah merasa gregetan. Dilumatnya bibir itu tanpa bosan. Lalu dimasukkan lidahnya menjelajahi rongga mulut ustazah lia, memberikan kenikmatan yang sama nikmatnya dengan saat ahmad soleh mencumbu ustazah lia. Diakui oleh ustazah lia bahwa sang ukhti memang lebih jago dalam mencumbu dan menyerang area sensitif di tubuhnya daripada ahmad soleh.
Selangkangan ustazah raudah kemudian bergerak perlahan, “Ukhhh,” tubuh ustazah lia mengejang ketika dirasakannya vagina sang ukhti menyentuh itilnya. Dirasakannya kenikmatan yang penuh sensasi meski tak dirasakannya ada penis yang memasuki rongga vaginanya. Dirangsang sedemikian rupa, kini ustazah lia pun mulai aktif membalas. Diremasnya kuat-kuat buah dada ustazah raudah sampai gantian ustazah alim itu mengerang. Tak tahan, ustazah raudah melepaskan tangan ustazah lia dari buah dadanya kemudian dijilatinya leher sang ustazah sambil menyingkapkan kerudung lebarnya. Dengan gemas digigit-gigitnya leher jenjang ustazah mungil itu meninggalkan bekas cupangan merah di sana.
Merintih-rintih ustazah lia memeluk erat tubuh ustazah raudah. Digesek-gesekkan selangkangannya mencari posisi yang pas itilnya supaya bersentuhan kembali seperti tadi. Setiap tersentuh, rintihannya terdengar makin keras memenuhi ruangan. “Akhh akhhh, ukhti, akhhhh, terussh hhhh hhhh ukhtiku, akhhhh,”
Rintihan binal ustazah lia membuat ustazah raudah semakin bernafsu. Bibirnya kini menjilati dada ustazah lia dari balik gamisnya sampai basah dan memperlihatkan putingnya. Setelah itu, digigit-gigitnya pelan masih dari balik gamis. Tubuh ustazah lia menggelinjang. Dirasakan desiran-desiran nikmat di sekujur tubuhnya yang tak jelas entah di sebelah mana. Kenikmatan itu membuatnya demikian cepat akan mencapai orgasme.
“Ukhti, ahhh, ukhti, ana mauuu...ahh, ken...cingggg...ahhhh auhhhh,” ustazah lia merintih-rintih. Tubuhnya menggelinjang-gelinjang tak karuan sementara gesekan selangkangannya makin tak beraturan. Ustazah raudah kemudian menyudahi jilatannya di payudara ustazah lia kemudian dia menurunkan kepalanya ke arah selangkangan ustazah lia, dan....
“Aaaaaaaaaaaaaagggggghhhhhh,” ustazah lia menjerit keras seiring dengan orgasmenya ketika ustazah raudah menjilat dan menghisap klentitnya. Selangkangannya terangkat membuat tangan ustazah raudah harus menahan pahanya kuat-kuat. Mulutnya menganga lebar sementara matanya mendelik memandang langit-langit. Beberapa saat kemudian setelah orgasmenya itu, tubuh ustazah lia melenting ke bawah ke ranjang. Nafasnya terengah-engah seperti habis berlari maraton.

“Gimana, ukhti? Sama enaknya kan dengan ngentot bareng laki-laki bergamis?” Ustazah Raudah berbisik sementara kedua memek mereka masih bergesekan. Tubuhnya masih meneduhi tubuh ustazah lia. Tangannya membelai kepala ustazah lia, merapikan kerudung lebar sang ustazah alim yang acak-acakan.
“Hhhh hhhh,” ustazah lia hanya mendesah-desah. Selangkangannya bergerak-gerak menggesek-gesekkan bibir vaginanya dengan bibir vagina ustazah raudah. Sepertinya dia mengharapkan ronde kedua.
“Hihi, malah kecanduan kan ukh....” ucapan ustazah raudah terpotong oleh mulut ustazah lia. Dia membalas tak kalah binal. Lidahnya menari-nari masuk menggelitik rongga mulut ustazah lia.
“Nakall,” begitu ucapnya saat mulut mereka berdua sudah terpisah.
Ustazah Lia tersenyum. Kemudian dia membalik posisi tubuhnya menjadi di atas ustazah raudah. Di meja, gelas teh ustazah raudah masih utuh tak tersentuh. Teh di dalamnya sudah mendingin sementara yang empunya masih sibuk diamuk syahwat yang menggelora, mencari kepuasan sesama jenis, sesama ustazah asrama syahamah yang dalam kesehariannya selalu menundukkan kepala dari pandangan laki-laki dan menutupi tubuh seksi mereka menggunakan gamis kombor dan kerudung lebar.

BERSAMBUNG

Untuk membaca lanjutannya, silahkan lihat daftar lengkap cerita "Dibalik Kerudungnya Yang Lebar" disini:

Dibalik Kerudungnya Yang Lebar The Series <-- klik untuk melihat.

Cerbung ukhti diatas merupakan hasil karya dari pecinta umahat selaku pengarang aslinya. Foto yang digunakan di dalam cerita ini hanyalah ilustrasi belaka untuk mempermudah pembaca dalam meresapi jalan cerita yang ada.
loading...

Klik tuk Kirim Pesan