Dibalik Kerudungnya Yang Lebar (Bagian 8)

Cerbung Panas Ukhti Ukhti Nakal berjudul Dibalik Kerudungnya Yang Lebar (Bagian 8) ini mengisahkan tentang cewek-cewek berhijab yang terlihat alim namun sebenarnya mereka suka ngentot di asrama. Penasaran? Yuk baca aja cerita hijab terbaru ini.
Cerbung Panas Ukhti Ukhti Nakal
(Cerbung Panas Ukhti Ukhti Nakal)
Perlu diketahui, cerita ini merupakan lanjutan dari episode yang sudah terbit sebelumnya. Silahkan baca-baca dulu chapter yang sebelumnya agar Anda tidak bingung.
Untuk membaca cerita lengkapnya, silahkan lihat daftar episode cerita "Dibalik Kerudungnya Yang Lebar" disini:

Dibalik Kerudungnya Yang Lebar The Series <-- klik untuk melihat.

***

Malam itu, jika kau memperhatikan dengan seksama, maka akan kau lihat satu bayangan mengendap-endap di selusur utara asrama syahamah, turun melalui tangga tempat dulu ustazah raudah menyepong Jupri, diam sejenak mengamati sekitar, ketika kemudian dia yakin bahwa tak ada satu orang pun terlihat, dia langsung melesat ke arah sisi tempat kamar deretan nomor lima.

Dia sebenarnya akan langsung berlalu menuju kamar nomor delapan, akan tetapi telinganya menangkap suara-suara aneh dari dalam. Penasaran, sejenak dia menempelkan telinganya di pintu kamar lima itu, kemudian tersenyum, dan dia melanjutkan menuju pintu kamar delapan yang nampak sedikit terbuka.

Tanpa mengetuk pintu, dia langsung masuk, kemudian menutup pintu. Setelah mengunci pintunya, dia langsung berdiri menghadap Ustazah Raudah, sang pemilik kamar, yang saat itu berdiri menatapnya hanya mengenakan kerudung rabbani sepinggang. Ke bawahnya dia tidak mengenakan apapun.

Bayangan itu adalah bayangan Alif.

“Alif, umi kang....emmm mmm,” Ustazah Raudah tak bisa melanjutkan ucapannya karena bibir Alif sudah dengan buas melumat bibirnya. Tangannya memeluk pinggang ramping ustazah raudah yang tertutupi kerudungnya.

“Alif juga kangen umi,” Alif berkata mesra. Cuppp, cuppp, dia kembali melumat bibir itu sampai ustazah raudah gelagapan kehabisan nafas. Lumatannya kemudian turun ke bawah ke leher, menjilat-jilatnya sampai ustazah raudah tak tahan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tangannya hanya mampu meremas-remas punggung alif yang masih tertutupi kemeja Alisan.

Alif pertama meremas-remas payudara ustazah raudah yang masih tertutup kerudung, kemudian setelah puas dia menyingkapkan kerudung itu ke samping, kemudian mulutnya turun menghisap-hisap bulatan yang mengencang itu. Dengan nakal dia menyentil-nyentil puting itu dengan menggunakan ujung lidahnya.

Ustazah raudah hanya mampu merintih-rintih, “Hhhh, ahhh, ahhhh, auhhhhh,” kenikmatan ini benar-benar membuainya. Dia rasakan vaginanya membasah berkedut-kedut mendambakan pelampiasan. “Ahhh, Aliff, hhh, ahhhhhhhhkkk.”

Nafsu birahi Alif yang masih tersimpan tadi setelah menonton adegan live ustazah aminah bermain dildo di kamar mandi kembali membara. Dia mengangkat tangannya ke atas dan ustazah raudah surti segera membantu melepas kemeja itu. Kini giliran ustazah raudah mengusap-usap dada alif, menciumi puting di sana sampai Alif menggelnjang kegelian.

“Ustazahku nakall,” bisik Alif sambil menciumi kedua cuping telinga ustazah raudah dari balik kerudung rabbaninya meninggalkan jejak basah di sana. Area sensitif rangsangan itu membuat ustazah raudah makin menggila. Tangannya lincah menarik ke bawah celana kolor yang dipakai alif, dan terpampanglah benda yang selama ini sangat dia dambakan.

Kontol alif mengacung keras mengangguk-angguk menantang. “Ihhh,” refleks ustazah raudah mengeluarkan seruan gemas. Tangannya mengelus-elus batang itu sampai Alif merem melek merasakan sentuhan tangan ustazah yang sangat lembut di kulitnya yang sensitif.

“Aghhh, hisap, ustazahku, ahhh,” Alif kembali berbisik sambil mendorong tubuh ustazah raudah membungkuk. Tanpa diperintah pun ustazah raudah sudah paham. Dia kemudian menarik tubuh Alif supaya duduk di ranjang sementara dirinya duduk bersimpuh di lantai dengan mulut mencaplok benda yang panjang besar menggairahkan itu.

Slrrrpppp, slrrpp, bunyi sepongan ustazah raudah terdengar mengisi kesunyian kamar, membuat dua manusia itu semakin terbakar gairahnya. Ustazah Raudah merasa rindu ingin melampiaskan nafsu syahwatnya yang selama ini terus menerus dibakar oleh pesan-pesan alif setiap malam. Sementara alif juga merasa bergairah melihat di bawahnya seorang ustazah yang kesehariannya alim kini sedang dengan binalnya menghisap kontolnya, dengan hanya mengenakan kerudung rabbani panjang saja, tanpa mengenakan apapun.

Tangan alif menyangga tubuhnya di belakang. Sementara kepalanya mendongak dengan mata merem melek merasakan kenikmatan sepongan ustazah raudah. Slrrrp slrrrrpppppp, kembali terdengar bunyi sepongan sang ustazah yang nampak ahli menghisap dan mengulum batang penis Alif. Tangannya sementara itu mengusap-usap buah pelir alif, sesekali memencetnya pelan membuat tubuh alif menggelinjang. Sesekali juga tangan itu mengusap-usap bagian dalam paha alif dengan lembut.

Puas dengan sepongan ustazah yang membuat penisnya terasa berkedut-kedut, alif menarik tubuh ustazah raudah berdiri, kemudian cupppppppp, bibirnya langsung melumat kembali bibir sang ustazah, air liur yang sedikit meleleh di ujung bibirnya dihisapnya. Ustazah raudah membalas tak kalah buasnya. Kerudung rabbaninya menjuntai-juntai seirama pergerakan tubuhnya yang liar.

Kemudian alif mendorong tubuh ustazah raudah berbaring di ranjang. Kedua kakinya dibiarkan menjuntai ke lantai dengan dua belah paha mengangkang. Untuk sesaat alif melihat pemandangan itu dengan penuh nafsu. Tangannya mengocok-ngocok penisnya yang licin karena ludah ustazah raudah. Betapa membangkitkan nafsu pemandangan yang terlihat di depannya sekarang ini. Seorang ustazah yang sehari-harinya selalu menundukkan kepala dengan alim, bergamis dan berkerudung lebar, kini berbaring pasrah dengan tubuh terbuka sepenuhnya hanya tertutup oleh kerudung saja.

Tubuh itu nampak sedikit berkeringat. Di pangkal pahanya nampak sedikit membukit dengan belahan yang merangsang di tengah-tengah. Ada sedikit jembut yang tidak terlalu lebat di sana, berbeda dengan memek ustazah aminah yang licin tanpa bulu. Perlahan alif merendahkan kepalanya, mencapai area jembut itu dijulurkannya lidahnya.

“Augghh, ahhh, Alif, ahhh, terussshhh, hhhh hhhhh,” ustazah raudah merintih-rintih saat lidah itu mulai bermain di area paling sensitif di tubuhnya. Setelah puas membasahi jembut yang tumbuh di sana, lidah alif semakin lincah bermain menyelinap sesekali ke sela lubang yang sudah siap menerima tujahan penisnya itu. “ngghhh ngghhhh, ahhhh,” ustazah raudah hanya mampu merintih. Tangannya meremas-remas kasur tak beraturan, menahan nafsu syahwatnya yang sudah sampai di ubun-ubun.

Tangan alif kemudian memegang erat kedua paha ustazah raudah, sementara mulutnya sepenuhnya terbenam di pusat kenikmatan itu. Lidahnya sudah menemukan itil ustazah raudah dan menghisap-hisapnya dengan penuh gairah. Diserang seperti itu, tentu saja ustazah raudah blingsatan. Tapi dalam posisinya dia tak bisa melakukan apa-apa. “Auhhhh ahh ahh aaaaaahhh, ahh ngngngngggg, ahhh, Aliff alif alifffffffffff,” hanya terdengar rintihan berkepanjangan dari mulutnya, kepalanya gelisah tak bisa diam membuat kerudungnya kusut tertarik ke sana ke mari. Tangannya meremas-remas kasur dengan gemas, apa yang dia inginkan saat itu hanya satu, secepatnya penis alif menujak memeknya supaya nafsunya terlampiaskan.

Alif bukannya tak tahu, akan tetapi dia masih ingin mempermainkan ustazah raudah. Maka dengan cuek mulutnya terus menghisap itil ustazah raudah, tangannya juga meremas-remas paha ustazah raudah, sementara di bawah, penisnya sudah berkedut-kedut juga meminta bagian. Akhirnya ustazah raudah tak kuat dengan rangsangan yang terlalu hebat itu, dia merintih, “Ahhhhh, alif, ahhhh, umi mau kelu...arrrr, arhhhh, ahhhh...”

Mendengar itu, alif mempergencar serangannya. Satu hisapan lagi di itilnya dan tubuh ustazah raudah melenting ke atas seiring jeritan panjang, “aaaaaaaaahhhhhhhhhh,” dari memeknya keluar sedikit cairan kenikmatan meleleh yang langsung dihisap alif dengan rakusnya sampai tak tersisa. Tubuh ustazah raudah ambruk kembali ke ranjang, masih terdengar sisa rintihannya seirama dengan nafasnya yang menderu tak teratur.

Alif kemudian berdiri sementara sambil mengatur nafasnya ustazah raudah menatap apa yang akan dilakukan oleh laki-laki itu. Penis alif sudah tegang mengacung mengangguk-angguk perkas. Dia mengocok-kocoknya sebentar sambil matanya nyalang melihat pemandangan menggairahkan di ranjang. Kemudian dia mendorong posisi tubuh ustazah raudah supaya sepenuhnya berbaring di ranjang. Setelahnya, dia langsung mengambil posisi membungkuk di atas tubuh telanjang ustazah raudah yang masih tertutupi kerudung rabbani itu. Tangannya menahan sehingga tubuhnya tidak jatuh menimpa tubuh sang ustazah. Ujung penisnya menyentuh-nyentuh lubang kenikmatan ustazah membuat nafsunya sedikit demi sedikit kembali naik.

Alif kemudian menurunkan kepalanya dan berbisik di telinga ustazah raudah, “ustazah masih mau terus enggak?”

Ustazah Raudah menjawab genit. Tenaganya sudah kembali. “Iya dong sayang, masukan cepatt.”

“Masukan apanya?” Alif menggoda. Bibirnya disentuhkannya ke bibir ustazah raudah sementara di bawah kepala penisnya menggosok-gosok jembut ustazah raudah menimbulkan rasa geli.

“Kontolnya,” jawab ustazah raudah mesum. Alif langsung melumat bibir yang baru saja membuka itu. Ustazah raudah membalas melumatnya dengan ganas. Kemudian perlahan alif menurunkan penisnya, sleepppp, penis yang kokoh itu masuk sepertiga. Ustazah raudah memejamkan matanya sementara tangannya memeluk tubuh alif, menariknya supaya segera menurunkan tubuhnya sepenuhnya.

Alif menurunkan kembali tubuhnya dan sleeeppppp, penisnya kembali masuk, separuh. “Ahhhhhh,” ustazah raudah merintih. Pantatnya sedikit terangkat merasakan batang panjang besar dan berotot yang masuk ke memeknya. Terasa hangat dan nikmat. Kemudian alif kembali melumat bibir itu sambil menurunkan tubuhnya sepenuhnya.

“Nggngngnggg,” Tubuh ustazah raudah sedikit terangkat merasakan penis itu memenuhi memeknya. Masih terlihat bahwa penis tersebut tidak sepenuhnya masuk tapi dia sudah merasakan bahwa vaginanya sudah mentok. Kemudian alif mulai menaik turunkan tubuhnya sementara bibirnya sudah dia lepaskan. Tangan ustazah raudah meremas-remas punggung alif sementara pantatnya bergerak mengimbangi gerakan naik turun tubuh alif.

Plokkk plokkk plokkk, bunyi penis alif yang mengobok-obok memek ustazah raudah terdengar menggema dalam ruangan itu. Kerudung rabbani yang dipakai ustazah raudah sudah hampir basah oleh keringat. Sesekali satu tangan alif meremas payudara ustazah raudah dari balik kerudung itu. Dengusan nafas alif hangat menerpa kulit wajah ustazah raudah, membuat udara dalam kamar itu terasa makin panas.

Sementara di kamar nomor delapan itu alif sedang menyetubuhi ustazah raudah dengan buas diiringi bunyi rintihan dan dengusan nafas penuh nafsu, mari kita lihat apa yang sedang terjadi di kamar lima yang tadi menarik perhatian alif. Di ranjang yang memiliki struktur sama dengan ranjang di kamar ustazah raudah, nampak pemandangan yang unik. Dua insan sedang bergelut dalam posisi yang sama dengan alif dan ustazah raudah, juga dengan rintihan dan erangan yang sama.

Di ranjang berbaring ustazah lia yang saat itu masih lengkap mengenakan gamis dan kerudung meski gamisnya bagian bawah sudah disingkapkan sampai ke pinggang. Tubuhnya dihimpit oleh tubuh laki-laki di atasnya, tepat di memeknya penis sang laki-laki itu juga sedang asyik naik turun dengan irama liar. Anehnya, beda dengan alif yang telanjang, tubuh laki-laki itu masih mengenakan gamis warna cokelat yang sama dengan gamis yang dipakai ustazah lia juga sudah tersingkap sampai ke pinggang.
Gamis warna cokelat, kau pasti masih mengingatnya: sosok yang tadi dikenalkan kepada ustazah aminah sebagai ukhti solihah. Bedanya kini wajahnya sudah tak mengenakan cadar dan kepalanya sudah tidak berkerudung. Ternyata ukhti solihah itu adalah pasangan chat ustazah lia, ahmad soleh. Kerudung, gamis, dan cadar hanya digunakan sebagai kamuflase supaya dia bisa masuk ke asrama syahamah.

Jika dilihat sepintas nampak dua insan di atas ranjang itu seperti pasangan lesbian yang sedang saling memuaskan kenikmatan karena keduanya masih mengenakan gamis perempuan. Bedanya adalah adanya penis yang nampak konstan keluar masuk ke dalam memek ustazah lia seirama tujahan ahmad soleh dan goyangan pantat ustazah lia.

“Uhhh uhhh, ukhti, memekmu peret sekali, uhhh,” ahmad soleh melenguh sambil meremas-remas dada ustazah lia yang sekal dari balik gamisnya.

“Iya, sayang, jarang banget dipake, ahhhhh, teruss terusssss, ahhh,” ustazah lia merintih-rintih sambil tak henti menggoyangkan pantatnya. Bibirnya nampak seksi, mulutnya setengah membuka membuat ahmad soleh tak tahan dan langsung melumatnya sampai ustazah lia megap-megap kehilangan nafas.
Sleppp sleeepppp sleppp, dengan lancar penis ahmad soleh keluar masuk memek ustazah lia yang sudah sangat basah itu. Terlaksana sudah impiannya menyetubuhi ustazah yang selalu nampak alim itu kini. Dia bisa menyetubuhinya dengan masih memakai gamis dan kerudung lebarnya yang nampak akhwat sekali. Tangan ahmad soleh mengusap-usap kepala ustazah lia lembut, sangat kontras dengan tujahannya yang kasar membuat tubuh ustazah lia bergerak ke kiri ke kanan mencoba menyeimbangkan.

“Ukhti, kamu menggairahkan sekali, ukhtiku,” terdengar mulut ahmad soleh meracau, penisnya terasa berkedut-kedut hampir tak tahan. Sensasi menyetubuhi akhwat yang ustazah ini memang luar biasa. Dia tak akan kuat bertahan lama. Apalagi memek ustazah lia terasa seperti menghisap kepala penisnya membuat sekujur tubuhnya bergetar merasakan kenikmatan yang selama ini tak pernah dia rasakan saat dia menyetubuhi istrinya.
Cerbung Panas Ukhti Ukhti Nakal
(Cerbung Panas Ukhti Ukhti Nakal)
“Ahhh, kontolmu enak, sayang, ahhh, puaskan ana, sayang, ah, puaskan lia.” Ustazah lia membalas. Tangannya menyelinap ke balik gamis yang dipakai ahmad soleh, mengusap-usap dada ahmad soleh yang dipenuhi bulu. Usapan itu terasa sangat lembut membuat gairah ahmad soleh makin tak tertahankan.

“Ukhti, ana hampir keluar, ukhti, ahhh, ana gak tahannn,” ahmad soleh melenguh merasakan laharnya mendesak ke kepala penisnya. Tujahannya di memek ustazah lia makin tak teratur membuat tubuh mungil itu terguncang-guncang.

“Ana juga sayang, ahh, terusss terusss, pancut di dalam sayang, ahhh, tusuk terussshhh,” ustazah lia mengimbangi gerakan liar ahmad soleh dengan membelitkan kedua kakinya di punggung ahmad soleh. Kemudian tujahan-tujahan ahmad soleh makin liar dan makin liar sampai akhirnya....

“Arrrgghhhhhhhhh,” ahmad soleh menggeram sambil menujahkan penisnya sekuat tenaga ke memek ustazah lia. Pada saat yang sama ustazah lia juga merasakan kedutan-kedutan di memeknya semakin tak tertahankan. Seiring kontol ahmad soleh memancutkan lahar panasnya di dalam memek ustazah lia, ustazah lia juga meraung mencapai kenikmatannya, “Anggghhhhhh anggggghhhh, ahhhhhhhhhh.” Dirasakannya cairan dari memeknya bersatu dengan cairan panas ahmad soleh kemudian mengalir menuju rahimnya. Sebagian tertahan.

Setelah beberapa saat ahmad soleh kemudian mencabut penisnya. Plopppp, terdengar bunyi seperti sumbat dicabut dan nampak cairan meleleh keluar dari lubang memek ustazah lia, membasahi kasur yang selama ini ditiduri sang ustazah alim itu. Ahmad soleh lalu membaringkan tubuhnya di samping ustazah lia. Lalu, cuppp, cuppp, bibirnya mencium bibir ustazah lia yang menolehkan kepalanya ke arah dirinya.

Sang ustazah alim itu tersenyum bahagia. “Nikmat sekali, terima kasih, sayang, antum sudah memberi ana kenikmatan seperti ini.”

“Sama-sama ustazahku lonte,” jawab ahmad soleh. Tangannya membelai-belai pipi ustazah lia dengan gemas. Ustazah lia membalas dengan menelusupkan tangannya di bawah, menggapai kontol ahmad soleh. Tubuh ahmad soleh sedikit mengejang saat tangan itu dengan lembut mengusap kontolnya yang licin oleh cairan orgasme keduanya. Perlahan tapi pasti, benda kenyal itu kembali menegang.

“Lagi, ukhti?” Ahmad soleh berbisik di telinga ustazah lia.

Ustazah lia tak menjawab. Dia bangkit, kemudian mulutnya mencaplok kontol ahmad soleh dan mengulumnya. Ahmad soleh memandang kelakuan ustazah itu dalam diam. Dia hanya merasakan saja kenikmatan sepongan ustazah alim itu. Setelah penis itu kembali tegak, ustazah lia kemudian mengambil posisi WOT. Tangannya membimbing kontol itu memasuki memeknya kembali yang masih meneteskan cairan putih sisa orgasme tadi, sleppppp, “ahhhhhhh,” terdengar desahannya saat tubuhnya sudah kembali turun membuat penis itu masuk dengan mudah karena memeknya sudah sangat licin.

Kemudian dia menaik turunkan tubuhnya sementara tangannya menyingkap gamis ahmad soleh dan menggerayangi bulu yang tumbuh di dadanya. Ahmad soleh tak kalah liar, tangannya menelusup ke balik gamis ustazah bertubuh mungil itu dan meremas-remas buah dada yang menggantung dengan penuh gairah...

Sementara itu, di kamar nomor delapan asrama syahamah, Alif juga sudah hampir mencapai orgasme, sementara ustazah raudah sudah mencapai dua kali orgasme. Tubuhnya sebenarnya sudah lelah tapi nafsu birahinya masih menggebu-gebu. Alif menunggangi tubuh yang sudah basah oleh keringat itu dengan buas. Kontolnya menujah keluar masuk tanpa peduli ustazah raudah yang meringis dan merintih-rintih merasakan kenikmatan yang dia rasakan terlalu tinggi untuk dia tanggung.

“Aghhhh, umi, keluarkan di dalam ya, aghhhh,” alif meremas buah dada ustazah raudah dengan kasar. Posisi mereka sudah pindah ke meja. Ustazah raudah duduk mengangkang sementara alif mengobok-obok memeknya dengan posisi berdiri.

“Iyya, sayang, ahh, ahhhh, auhhhhhh, ayohh, ahhhh,” ustazah raudah sudah hampir mencapai puncak lagi untuk kesekian kalinya. Alif juga sudah merasakan bahwa dirinya hampir mencapai puncak. Tangannya satu membenahi kerudung rabbani ustazah raudah yang sudah acak-acakan. Dibiarkannya kerudung itu menutupi sedikit payudara ustazah raudah membuat birahinya semakin naik melihatnya.

Ustazah raudah sudah merem melek pasrah, mulutnya tak mau menutup mengeluarkan desisan seperti orang kepedasan. Alif menurunkan kepalanya dan melumat puting susu sang ustazah yang kemudian melenguh, “unggghhhh, uhhhhh, alifff, aliffffff, umi mau kelu...arrr,”

“Ahhh, tahan umi, ahhh, alif jugaaaa.” Alif mempergencar sodokannya sampai meja itu terasa bergetar. Lalu dengan geraman dahsyat tangan alif memelintir puting susu ustazah raudah sampai mata ustazah raudah melotot merasakan sakit yang berangsur digantikan oleh kenikmatan. Tubuhnya bergetar merasakan puncaknya sementara penis alif terasa membengkak di memeknya sampai tak mampu lagi bergerak, kemudian...

Crotttt crottttt crottttt, dia merasakan penis itu menyemburkan lahar panas yang sangat banyak di dalam memeknya. Dia tak khawatir hamil karena sudah dia antisipasi sejak awal. Kenikmatan yang dia rasakan membuat kepalanya mendongak dan tubuhnya hampir ambruk di meja karena tangannya yang menopang tubuhnya gemetar hampir tak kuat.

Alif mendiamkan penisnya beberapa saat sebelum kemudian perlahan menariknya keluar. Ustazah raudah nampak enggan penis itu keluar, tapi akhirnya dia pasrah juga. Kemudian dia juga bangkit dari meja dan melangkah dengan sedikit tertatih-tatih ke arah ranjang. Penis besar itu masih terasa memenuhi lubang memeknya bahkan setelah penis itu dicabut.

Alif mengikuti dan duduk di samping ustazah raudah. Mulut keduanya kembali saling melumat sementara tangan alif mendekap erat tubuh itu. Tangan alif yang satunya sudah beroperasi kembali menggerayangi tubuh ustazah raudah yang basah oleh keringat kenikmatan. Di bawah penisnya tak pernah benar-benar lemas, masih menggantung dan perlahan kini bangkit kembali.

“Umi, tadi Alif udah ngerjain umi Aminah.” Alif berkata sementara tangannya tak henti meremas-remas dada ustazah Raudah, sesekali memelintir putingnya pelan dan lembut.

“Engghh, ngerjain apa hayo, ahh,” Ustazah Raudah menjawab sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya yang masih ada dalam dekapan Alif.

Alif kemudian menceritakan kisahnya tadi dengan Ustazah Aminah. Lengkap. Dari mulai dia membuat teh yang dicampuri obat perangsang, membuat lubang di atas kamar mandi, sampai ke adegan dirinya memuntahkan sperma di celana dalam sang umi. Setelah itu dilanjut juga dengan cerita tambahan dari ustazah aminah tentang ustazah lia.

“Ohh, jadi ustazah Lia malam ini nginap bareng saudaranya ya?” ustazah raudah bangkit sebab Alif pun bangkit. Kontolnya masih tegak mengacung, nampak basah oleh cairan orgasme dari memek ustazah raudah.

“Iya, mi, hehehe.” Alif menggapai bajunya dari kursi. Ustazah raudah mengikuti, kemudian bersimpuh di depannya, memegang pahanya sambil slupppp, mulutnya meraih kontol itu dengan beringas, kemudian menghisap-hisapnya dengan gemas.

Alif memicingkan matanya merasakan kenikmatan. Sejenak tangannya terhenti, tapi kemudian dia meneruskan. “Alif Cuma ngebayangin seharian ini umi Aminah memakai celana dalam berlumur peju Alif, hehehe, membuat Alif bergairah saja.” Tentu saja Alif tak tahu bahwa sebenarnya Ustazah Aminah tadi hampir tahu bahwa celana dalamnya lengket oleh sperma, akan tetapi beruntungnya keburu datang Ustazah Lia. Yang jelas, seharian tadi nafsu menggelegak Ustazah Aminah dua kali tak terpuaskan karena gangguan.

Ustazah Raudah juga merasakan penis di dalam mulutnya berdenyut lebih tegang. Dia tak berkomentar, asyik menghisap mainan yang sudah lama sangat dia rindukan itu. Alif mengusap-usap kepala ustazah raudah yang masih mengenakan kerudung rabbani acak-acakan.

“Umi, umi tahu enggak apa yang sedang terjadi di kamar lima?” Alif berkata sambil mengenakan kembali bajunya. Kontolnya masih tegak mengacung, dihisap-hisap dengan gemas oleh Ustazah Raudah sampai semua sperma yang tadi melumurinya sekarang berganti menjadi berlumuran ludah.

“Kamar nomor Lima? Ustazah Lia?” Ustazah Raudah bertanya heran. Untuk sejenak dia menghentikan sepongannya. Alif kembali dengan gemas mengelus lembut kepala ustazah alim itu.

“Iya, umi,” jawabnya lembut. Meski hanya mendengarkan sekilas dari balik pintu tadi, alif bisa menebak bahwa pasangan ustazah lia bukanlah wanita melainkan laki-laki, hal itu terlihat dari suara yang terdengar. Otaknya yang cerdas langsung menyimpulkan bahwa saudara jauh ustazah lia yang diceritakan ustazah aminah tadi jelas hanya samaran. Kemungkinan besar ustazah lia telah memasukkan laki-laki ke kamarnya.

“Kenapa emang?” Kali ini tangan ustazah raudah mengocok-kocok penis yang selalu membuatnya gemas itu. Dia sangat merindukannya dan kalau boleh dia ingin seharian hanya mempermainkan benda kenyal tegang yang sudah memberikannya kenikmatan itu.

“Coba saja nanti umi ke sana, dengerin dari balik pintu,” Alif mengakhiri ucapannya sambil tersenyum. “Umi pasti tahu apa yang harus umi lakukan saat mengetahuinya.” Cupppp, Alif mencium kepala ustazah raudah. Kemudian perlahan dia melepaskan tangan itu dari penisnya. Setelah itu dia menggapai celananya. “Nanti lagi dong, umi, kok gak bosen-bosen.”

“Hihi, gede sih, Alif,” jawab ustazah Raudah dengan nada manja. Alif menarik bangkit ustazah itu, kemudian dengan mesra dia melumat kembali bibir itu entah untuk keberapa kalinya. Dia juga sebenarnya masih ingin berbagi kenikmatan dengan ustazah seksi berkerudung lebar itu, akan tetapi dia juga sadar sikon, dia sangat suka membuat waita bertekuk lutut dan merasa penasaran dengan penisnya. Setelah meremas buah dada ustazah raudah, Alif pun pergi.

Ustazah Raudah tersenyum-senyum sendiri. Lima belas menitan setelah Alif pergi, dia membersihkan wajahnya di kamar mandi, kemudian memakai mukena terusan. Setelah celingukan sebentar dari ambang pintu kamarnya, dia langsung melangkah perlahan menuju kamar nomor lima, kamar ustazah lia, kemudian dia menempelkan telinganya di pintu kamar. Setelah puas mendengarkan, dia mencoba mencari celah yang bisa dia gunakan untuk mengintip. Sayang tidak ada. Tapi suara-suara yang terdengar dari dalam sudah memberikan bahan yang lengkap untuk menebak-nebak.

*

Di dalam kamar nomor lima, entah sudah untuk ke berapa kalinya ustazah lia orgasme. Tubuhnya terasa sudah lunglai dan jika dia sekarang masih bisa bergumul dengan liar melayani nafsu menggelegak ahmad soleh, maka itu adalah karena bantuan obat kuat yang dibawa oleh tamunya itu.
Kala itu, ustazah lia sedang dalam posisi menungging di ranjang sementara ahmad soleh menusuknya dari belakang dengan penuh semangat. Setiap kali ahmad soleh menujahkan kontolnya, dari mulut ustazah lia terdengar erangan, “Nggh ngh nghhh ngngng, ahhh.”

Erangan itu membuat ahmad soleh kian terangsang. Bagaimana tidak dirinya kini bisa menyetubuhi ustazah mungil yang dalam kesehariannya itu nampak alim dan terjaga. Kini dengan binalnya ustazah itu dia setubuhi dengan posisi doggy style. Dia resapi sepenuhnya pelirnya yang menggantung beradu dengan pantat ustazah lia. Sesekali dia remas bongkahan pantat itu bergantian dengan bongkahan sekal di dada sang ustazah.

“Ahhh, lonteku, ahhh, ukhti, ana mau keluar lagi, ahhhh,”

Ustazah lia tak menjawab. Dia hanya menggoyangkan pantatnya sebagai balasan membuat penis ahmad soleh di dalam memeknya terasa seperti disedot-sedot. “uhh, nikmatnyaaaa,” begitu desisnya. Saat ahmad soleh merasakan penisnya hampir memuntahkan sperma, dia membalik posisi tubuh ustazah lia menjadi berbaring. Kemudian kontolnya kembali dia tujahkan kuat-kuat. Tubuh ustazah lia melenting terangkat, dadanya yang membusung sekal langsung disambut dengan caplokan mulut ahmad soleh.

Lalu kedua tubuh itu mengejang berbarengan merasakan persatuan cairan dari kelamin masing-masing. Hangat. Nikmat. Keduanya mengerang bersamaan, “Ahhhhhhhhhhh, aghhhhhhh,”

Seiring dengan pancutan-pancutan yang masuk menerobos ke dalam liang kenikmatan ustazah Lia, ustazah raudah yang mengikuti semua kejadian itu dari balik pintu menghela nafas panjang. Lega. Dia kemudian beranjak pergi kembali ke kamarnya. Benaknya dipenuhi rencana yang penuh birahi untuk ke depannya. Dia tersenyum kemudian menutup pintu dan menghubungi Alif. 

BERSAMBUNG

Untuk membaca lanjutannya, silahkan lihat daftar lengkap cerita "Dibalik Kerudungnya Yang Lebar" disini:

Dibalik Kerudungnya Yang Lebar The Series <-- klik untuk melihat.

Cerpen ukhti diatas merupakan hasil karya dari pecinta umahat selaku pengarang aslinya. Foto yang digunakan di dalam cerita ini hanyalah ilustrasi belaka untuk mempermudah pembaca dalam meresapi jalan cerita yang ada.
loading...

Klik tuk Kirim Pesan