Dibalik Kerudungnya Yang Lebar (Bagian 5)

Cerita Sex Bersambung Ustaz Memperkosa berjudul Dibalik Kerudungnya Yang Lebar (Bagian 5) ini mengisahkan tentang seorang ustaz yang memperkosa ustazah disamping istrinya yang pura-pura tidur. Penasaran? Yuk baca aja cerita ustaz ini.
Cerita Sex Bersambung Ustaz Memperkosa
(Cerita Sex Bersambung Ustaz Memperkosa)
Perlu diketahui, cerita ini merupakan lanjutan dari episode yang sudah terbit sebelumnya. Silahkan baca-baca dulu chapter yang sebelumnya agar Anda tidak bingung.

Untuk membaca cerita lengkapnya, silahkan lihat daftar episode cerita "Dibalik Kerudungnya Yang Lebar" disini:

Dibalik Kerudungnya Yang Lebar The Series <-- klik untuk melihat.

***

Malam yang sama. 
Sepulang dari kamar Ustazah Lia, Ustazah Raudah mengirimkan pesan BBM kepada Alif” “Abi baru saja pulang.”
Jawaban Alif tak lama muncul: “Oke, ustazahku sayang.”

Memang sejak setahun yang lalu, Alif mewanti-wanti ustazah raudah untuk selalu memberitahunya setiap kali abinya baru saja pulang dari bepergian. Semula ustazah raudah tidak menanyakan apapun tentang alasannya. Tapi kemudian suatu kali, ia menanyakannnya juga karena penasaran, dan jawaban alif tidak sepenuhnya dia mengerti: “Pengen denger abi sama umi ngentot, sayang.”

Ustazah Raudah mencoba mengabaikan jawaban itu. Tapi semakin lama dia mencoba mengabaikannya, semakin tertarik dia untuk memikirkannya. Pertama-tama pola pikirnya memang sederhana, tapi dirangsang terus dengan obrolan mesum oleh Alif, dia jadi mudah berpikir mesum juga di balik kerudung lebar dan gamis yang selalu dia kenakan setiap hari. Maka suatu kali dia sampai juga pada kesimpulan yang membangkitkan nafsunya: ustazah aminah dan ustaz karim memiliki gairah yang sangat tinggi, bayangkan bagaimana serunya mereka berdua ngentot setelah berpisah.

Pertama kali dia mendapatkan pikiran semacam itu, dia langsung masturbasi dan orgasme dengan dahsyat tanpa mencopot mukenanya. Setelahnya, dia mulai memikirkan untuk mengintip persetubuhan itu. Tentu saja mengintip dari pintu tak mungkin. Selain susah karena tak ada cukup lubang, faktor ketahuan juga jelas sangat tinggi. Kemudian dia terpikir untuk mengintip dari atas. Ya, dari plafon.

Di pojok lantai dua ada pintu kecil ke atas, menuju plafon. Pintu itu biasa digunakan oleh tukang jika ada masalah dengan bagian plafon atau atap. Pintu yang tak pernah dikunci karena untuk apa pula dikunci, toh di baliknya bukanlah ruangan yang penting. Dengan kepala yang dikuasai oleh birahi yang membludak, dia kemudian memutuskan untuk pergi ke plafon lewat pintu kecil itu.

Seperti malam itu, malam ketika Ustazah Lia sibuk memuaskan hasratnya dengan seks melalui webcam bersama ahmad soleh, Alif sibuk mengocok penisnya sambil membayangkan menyodok memek ibunya, ustazah Aminah, ummahat berkerudung sepinggang bersusu bulat seperti semangka, ustazah Raudah pun punya kesenangan tersendiri. Dia menonton langsung persetubuhan panas antara ustazah aminah dan ustaz karim dari atas. Ya, dari plafon.

Karena sudah bolak-balik menonton isi kamar Ustazah Aminah dari balik plafon, maka bisa dibilang Ustazah Raudah sudah paham spot di mana dia bisa mendapatkan pemandangan yang jelas. Dia beruntung karena dulu saat pertama kali ke sana dia menemukan lubang kecil pada internit di sana. Dulu dia memperbesar lubang itu menggunakan pisau untuk mendapatkan pemandangan yang lebih jelas, dan kini dia pun langsung menuju ke lubang itu. Lubang yang sudah menantinya.

Ustazah Raudah berlutut dengan mata ditempelkan tepat di lubang. Memang lubang itu cukup untuk melihat segala adegan di kamar ustazah Aminah dengan jelas, meski demikian, jika dilihat dari bawah, lubang itu sama sekali tak akan kelihatan. Lagi pula, mana ada ustazah aminah memiliki pikiran bahwa ada seorang ustazah asrama syhamah yang berani kurang ajar mengintip kamarnya.

Karena menonton persetubuhan itulah ustazah raudah kemudian paham apa yang dimaksud oleh Alif dengan kata-katanya “Pengen denger abi sama umi ngentot”. Dia tahu bahwa Alif sengaja menelpon sang ibu di saat-saat yang dia perkirakan ibunya itu sudah mulai bercumbu dengan sang ayah. Tentu saja ustazah Raudah tak bodoh, dia tahu benar bahwa sambungan telepon Alif masih tersambung dan anak mesum itu pasti mengocok penisnya sambil membayangkan seperti apa dahsyatnya sang ibu yang umahat itu bersetubuh.

Menonton adegan panas di bawah, tubuh ustazah raudah pun memanas. Tangannya menggosok-gosoknya memeknya yang gatal di balik gamis. Sesekali dia mendesah tertahan juga saat itilnya tersentuh lembut tangannya. Ahh, begitu, dia membayangkan betapa indahnya jika dirinyalah yang ada di bawah. Dia membayangkan sudah pernah bersetubuh dengan sang anak, maka bagaimana pula rasanya bersetubuh dengan sang ayah?

Vagina ustazah raudah sudah benar-benar basah ketika persetubuhan di bawah selesai meninggalkan ustazah aminah, umahat seksi berusia 45 tahun itu dengan wajah berlumur sperma ustaz karim. Dia melihat ustaz karim menggapai gamis ustazah aminah, kemudian mengambil sesuatu dari saku gamis itu. Dildo. Ustaz karim menimang-nimangnya, kemudian sambil tersenyum menoleh pada sang istri. Nampak penisnya kembali bergerak mengacung. Ustazah raudah membandingkan penis itu dengan penis Alif dan dia berkesimpulan penis Alif masih lebih besar dan panjang. Memang anak yang mengagumkan.

“Abii, mau lagi?” ustazah Aminah membeliak manja. tampaknya dia pun bersedia untuk melanjutkan.

Ustaz Karim tidak menjawab, dia hanya tersenyum kemudian meraih tubuh istrinya dan membopongnya ke dipan. Cupppp, cuppp, bibirnya dengan buas melumat bibir ustazah Aminah bahkan sebelum posisi ustazah aminah mapan berbaring. Tangannya meremas-remas dada yang tak pernah membuatnya bosan itu. Ustazah Aminah menggelinjang, bibirnya balas melumat bibir ustaz karim tak kalah ganasnya. Bunyi peraduan bibir mereka berdua terdengar bahkan ke tempat ustazah raudah, berkecipak membuat nafsunya juga semakin memuncak.

Dengan penuh debar ustazah raudah meneruskan menonton. Dari atas dia melihat betapa binalnya ustazah aminah. Tubuhnya masih mengenakan mukena bagian bawah, kepalanya masih tertutup kerudung lebar meski sudah tak jelas asal menempel. Sementara bagian tengah tubuhnya terbuka digerayangi tanpa ampun oleh tangan nakal ustaz karim. Betapa seksinya!

“Uhhhhh,” ustazah aminah mendesah sambil mendongakkan kepalanya sementara lehernya dijilat dengan liar oleh ustaz karim. Pada saat yang sama tangan ustaz karim yang satu bergerak ke arah selangkangan ustazah aminah, dan....slepppp, dildo di tangannya masuk menembus vagina yang masih becek sisa-sisa orgasme tadi.

“Ahhhhh, abiii, ahhhh,” ustazah aminah merintih-rintih keenakan apalagi saat tangan ustaz karim mengocok-ngocokkan dildo itu dengan gerakan cepat. Tangan ustazah aminah menggapai-gapai kemudian menjambak kepala ustaz karim, menariknya ke arah buah dadanya yang membusung sebesar dada pamela anderson.

“HHhmmm, hmhhmmmmm,” ustaz karim hanya mengeluarkan suara yang tak jelas. Tangan dan mulutnya memang sedang sibuk. Setelah merasa puas, cupppppppp cupppp, dia kembali melumat bibir ustazah aminah, kemudian dia mengeluarkan dildo dan bangkit.

“Abiiii,” desis ustazah aminah. Matanya sayu menatap suaminya yang sudah bersiap di sela kedua pahanya dengan penis mengacung.

“Kita puaskan sekalian umi, besok-besok kalau abi sudah pergi kan gak bisa merasakan memekmu....”

Mendengar ucapan ustaz karim itu raut wajah ustazah aminah berubah. Dia bangkit terduduk dan mendorong tubuh ustaz karim menjauh. Ustaz karim untuk sesaat bengong tak mengerti kenapa istrinya mendadak bersikap seperti itu.

“Jangan sebut-sebut soal kepergian abi, bikin hasrat umi hilang saja,” ustazah aminah merengut jengkel sambil menatap suaminya.

“Tapi....iya iya, maap, umi,” ustaz karim kembali mendekati istrinya, tapi ustazah aminah sepertinya nafsunya sudah benar-benar pergi. Dia mengambil headshet dan hapenya dari meja, menepis tangan ustaz karim yang mencoba meraihnya, “Umi tidur saja, bete!” kemudian dia membaringkan tubuhnya membelakangi ustaz karim, memasang headshet di kedua telinganya. Tangannya kemudian menarik selimut menyelimuti tubuhnya.

Ustaz karim sepertinya masih akan mengatakan sesuatu, tapi kemudian dia hanya turun dari ranjang dengan bahu terkulai. Dia tahu adat istrinya itu yang kalau sudah bad mood maka diajak bercinta sudah pasti tak akan mau. Dia mengambil air minum kemudian duduk di kursi sambil memandangi istrinya yang terbaring di balik selimut memunggunginya. Hatinya merasa kesal sebenarnya karena nafsunya yang masih belum sepenuhnya terlampiaskan.

Di atas plafon, ustazah raudah menghela nafas. Gak jadi lihat ronde kedua nih, begitu pikirnya. Kemudian dia mengirimkan pesan ke alif tentang kondisi yang dia lihat di bawah. Alif membalasnya dengan memberikan rincian baru yang harus dilakukan ustazah raudah untuk mendukung kemulusan rencananya. Membacanya, untuk sejenak ustazah raudah terpaku, akan tetapi kemudian dia tersenyum sambil mengelus memeknya, “Aku pun sedang butuh dipuaskan,” begitu bisiknya pada dirinya sendiri.

Dengan bergegas dia turun dari plafon melalui pintu kecil pojok lantai dua tempat dia masuk tadi. Dia pergi ke kamarnya sebentar, mematut-matut diri di cermin, kemudian mengganti gamisnya dengan mukena yang paling tipis, mukena terusan berbahan satin. Dia melihat bayangan dirinya di cermin dan tersenyum ketika melihat bongkahan pantatnya nampak membayang jelas. Memang dia sengaja tidak memakai apapun di baliknya.

Kemudian dia pergi ke kantor asrama syahamah, ya, kau pasti masih ingat, kantor itu terletak tepat di samping ruang interogasi, dan itu artinya ia ada di lokal yang sama pula dengan kamar ustazah aminah. Ketika sampai di sana, dia melihat ustaz karim sedang duduk di depan kantor. Memang di sana ada kursi panjang yang biasa digunakan untuk duduk-duduk. Ustaz karim sedang asyik merokok.

Dalam kehidupan sehari-harinya, sebagaimana kaum ikhwan, ustaz karim bukan seorang perokok, jika dia kemudian terlihat merokok sekarang ini maka itu tanda dia sedang punya beban pikiran, sebab di saat-saat seperti itulah dia biasanya merokok. Tentu saja dia tak berani merokok di dalam kamar, karena ustazah aminah sangat benci rokok.

“Ustaz,” Ustazah Raudah menyapa sambil menganggukkan kepala.

Ustaz Karim balas mengangguk. Matanya langsung tertancap pada benda yang nampak bergoyang di dada ustazah raudah saat ukhti bermukena itu menganggukkan kepala. “Tumben malam-malam ke kantor, ukhti?”

“Iya ustaz, ini ada dokumen yang harus ana cari, tadi lupa. Harus ngetik juga sedikit, laptop ana rusak,” begitu ustazah raudah beralasan. Tentu saja semuanya bohong belaka. Dia kemudian memasukkan anak kunci ke lubang. Sengaja dia pura-pura kesusahan memasukkannya sehingga posisi tubuhnya sampai harus membungkuk. Niatnya untuk memamerkan pantatnya kepada ustaz karim.

Mata ustaz karim langsung liar melihat pemandangan indah itu. Apalagi saat ustazah raudah membungkuk dia juga melihat benda indah menggantung di dadanya. Dia bisa menebak dengan tepat bahwa sang ukhti tidak memakai apapun di balik mukenanya. Ah, kain satin itu nampak mengkilap dan licin, membayangkan mengelus-elus payudara ukhti itu dari balik kain satin langsung membuat gairah ustaz karim yang masih belum terlampiaskan kembali bangkit.

Ustaz karim menghisap rokoknya sementara ustazah raudah sudah sukses masuk. Tangan ustaz karim sementara itu mengusap-usap penisnya yang tegak diam-diam. Dia sedang mempertimbangkan antara merayu ukhti itu untuk melayaninya atau memperkosanya. Dia kurang yakin bahwa dia bisa merayu baik-baik, sementara untuk memperkosanya...

Ustaz karim dengan gelisah memutuskan bangkit pergi ke kamarnya. Dia pura-pura melihat kondisi istrinya yang nampaknya terlelap sambil mendengarkan lagu maher zain dari balik headshet. Maka ustaz karim kemudian memantapkan hatinya, didorong oleh nafsunya yang menggebu. Dia keluar dari kamarnya kemudian pergi ke kantor asrama. Saat itu dia mengenakan celana training dan kaus singlet saja untuk memudahkan rencananya.

“Gimana ukhti, sudah ketemu dokumennya?” ustaz karim menyapa sambil menutup pintu.

“Belum, ustaz,” begitu ustazah raudah menjawab. Tangannya masih sibuk memilihi dokumen di bufet. Posisinya saat itu membungkuk. Ustaz karim kemudian mendekat pura-pura hendak membantu. Sambil mendekat begitu sengaja pahanya dia senggolkan pada paha ustazah raudah. Serrrr, terasa gairahnya makin meningkat.

Ustazah Raudah surti bahwa pancingannya berhasil. Diam-diam dia mengirimkan pesan ke Alif, “misi hampir terlaksana, tunggu lima menitan.” Dia kemudian membawa setumpuk dokumen ke meja, kemudian memeriksanya. Dia melakukan hal itu semata untuk membuat posisinya tetap menungging membelakangi ustaz karim.

Ustaz karim menatap pantat yang memancing dari balik mukena satin itu sambil mengghela nafas dalam-dalam. “Ini saatnya,” begitu pikirnya. Tanpa suara dia memelorotkan celananya yang sangat gampang karena celana training. Ustazah raudah masih asyik membolak-balik dokumen. Kemudian perlahan ustaz karim mendekat dari belakang....

“Ah!” Ustazah Raudah memekik ketika dia merasakan ustaz karim mendekap dirinya dari belakang. Dua tangan kekar itu langsung meremas buah dadanya dari balik mukena. “Ustaz! Apa-apaan ini! Lepaskan!” ustazah raudah meronta-ronta.

Ustaz Karim tak menjawab. Dengan satu tangan dia kemudian menyingkapkan mukena bagian belakang dan langsung memajukan tubuhnya. Semakin cepat semakin aman, begitu pikirnya. Ustazah raudah merasakan benda hangat menyelusup lewat sela dua pahanya langsung menyentuh ke bibir vaginanya.

Dia masih terus meronta-ronta meski percuma. Ustaz karim masih meremas-remas dada montok itu selama beberapa saat. Memang tidak seindah dada ustazah aminah, tapi lumayan untuk pemuas nafsunya. Tangannya juga dengan penuh nafsu menggerayangi sekujur tubuh ustazah raudah. Mukena satin yang licin itu membantu memacu nafsunya makin meninggi.

“Ustaaaaazz, leppaskannnn! Hiks hiks ahhh,” ustazah raudah masih meronta-ronta. Sebenarnya cukup sukar juga bagi dia untuk berakting seolah tidak rela. Penis ustaz karim yang dirasakannya menggesek-gesek belahan vaginanya di bawah membuatnya terbuai. Belum lagi gerayangan tangan di titik-titik sensitif di tubuhnya membuat dia kelimpungan.

“Iyahh, ahhh, nanti ya, nduk, ahhh, tubuhmu seksi sekali,” ustaz karim mendengus. Tangannya menggentel-gentel puting susu ustazah raudah dari balik mukena. Sementara itu selangkangannya juga dengan aktif maju mundur semakin intens menggesek-gesekkan batang penisnya pada mulut memek ustazah raudah.

Mendengar ucapan ustaz karim itu ustazah raudah semakin bangkit nafsu birahinya. Akan tetapi dia masih mencoba meronta meski tanpa niatan melepaskan diri. Pada akhirnya ustaz karim tak tahan. Dia kemudian membungkukkan ustazah raudah menekankan tubuhnya ke meja, sementara tangannya mengangkat sedikit bagian selangkangan ustazah raudah sehingga dia rasa penisnya sudah pas di lubang yang basah menantang itu.

Lalu....sleppp, dengan satu hentakan ke depan ustaz karim memasukkan penisnya dengan sukses. Tubuh ustazah raudah menggelinjang seiring rintihannya, “ustazz, ahhh, hiks, ahhh,” kepalanya tanpa sadar mendongak. Memang ustazah raudah sadar bahwa dirinya pun sangat merindukan kontol, kontol siapapun. Meski dalam kesehariannya dia selalu menutupi tubuhnya dengan gamis dan kerudung lebar sepinggang, tapi kenikmatan bersetubuh yang dulu diajarkan oleh Alif telah membuatnya selalu merindukan momen-momen seperti itu.

Plokkk plokk plokk, bunyi selangkangan ustaz karim yang beradu dengan pantat ustazah raudah terdengar berirama seiring dengan maju mundurnya penis ustaz karim di memek ustazah raudah. Ada sebenarnya rasa heran pada ustaz karim merasakan vagina ustazah raudah sudah sangat basah, tapi pikirannya yang sudah dikuasai nafsu tak membuatnya berpikir panjang. Satu hal yang juga terpikir olehnya kemudian dia ucapkan:

“Kau sudah tidak perawan, ndukk? Agh agh, tak apa, memekmu peret juga, ahhh,” dengan intens dia meremas-remas buah dada ustazah raudah dari belakang, sesekali tangannya mengelus-elus belahan punggung ustazah raudah juga membuat tubuh sang empunya menjengkit menahan kenikmatan.

“Hiks, lepasin, ustaz, ahh, lepasin, hik, lepasinnn,” Di sela kenikmatan yang dia rasakan, ustazah raudah masih memaksakan diri untuk melepaskan tangisan. Sekuat tenaga dia menahan diri untuk tidak menunjukkan bahwa dirinya pun menikmati persetubuhan itu. Meski dia merasa ingin sekali membalasa setiap sodokan ustaz karim di memeknya, akan tetapi dia mencoba untuk mendiamkan tubuhnya, hanya menerima, supaya ustaz karim tidak curiga.

Sementara itu, di kamar ustaz karim, Ustazah Aminah mendadak terbangun dari tidurnya ketika dia mendengar nada panggil pada headshetnya. Bahkan tanpa melihat nama si pemanggil pun dia sudah tahu bahwa itu adalah Alif, karena saking sayangnya pada sang anak, dia memberikan nada panggil tersendiri untuknya.

Setengah sadar dia langsung mengangkat panggilan itu. “Ya, sayang, ada apa malam-malam gini? Belum tidur?”

“Hehe, udah, umi, ini Alif terbangun.”

“Lha kenapa? Ada apa sayang?”

“Alif mimpi buruk umi,”

“Aaahh, itu bunga tidur, sayang, sini sini umi usap-usap kepala Alif, ya,”

“Tapi beneran syerem banget mi,” nada Alif terdengar manja, “Umi sudah tidur?”

“Belum sayang, umi baru mau tidur. Yuk umi temenin. Jangan-jangan tadi Alif tidak baca doa ya?”

“Hehe, iya umi. Lupa. Yaudah yuk umi tidur yuk.”

“Nah, baca doa dulu ya sayang, biar nyenyak tidurnya.”

Kemudian setelah basa-basi sedikit lagi dengan anak kesayangannya itu, sambungan itu diputus. Saat itulah ustazah aminah baru sadar bahwa sang suami tidak ada di sampingnya. Tidak terdengar juga suara dari kamar mandi. Sedikit heran ustazah aminah mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar, jelas ustaz karim tidak ada di sana.

Merasa sedikit penasaran karena tidak biasanya ustaz karim keluar malam, dia turun dari ranjangnya dan melangkah menuju pintu keluar. Ustaz karim juga tidak nampak di luar. Kemudian dia lihat cahaya dari ruang kantor. “Ngapain suamiku di kantor malam-malam begini,” begitu pikirnya. Dia melangkah ke arah sana.

Saat mencapai jendela paling kiri, dia tersentak, kemudian merapatkan tubuhnya ke dinding dan mengintip dengan hati-hati. Betapa terkejutnya dia melihat suaminya sedang menyetubuhi ustazah raudah dengan posisi doggy style. Memang posisi ustaz karim saat itu nampak jelas kalau ada orang melihat dari luar jendela. Hampir ustazah berusia 45 tahun yang wajahnya masih dipenuhi sperma ustaz karim yang sudah mengering itu menjerit. Kecewa, marah, campur aduk menjadi satu dalam pikirannya. Sejenak dia bersandar di dinding memejamkan matanya, menenangkan hatinya yang bergejolak.

Kemudian setelah pikirannya kembali jernih, dia mulai berpikir. Dirinya merasa bersalah juga karena tadi menolak meneruskan memuaskan nafsu suamiya, padahal dia tahu bahwa suaminya itu libidonya cukup tinggi. Jika melihat wajah ustazah raudah yang nampak meringis dan sepertinya menangis, berarti ustaz karim memperkosa ukhti itu. Kalau sampai dia ribut, maka seisi asrama bisa tahu skandal ini dan namanya juga nama sang suami akan ikut tercoreng. Belum lagi dia sebenarnya merasa ini adalah karma dari apa yang terjadi padanya tadi siang....

Berpikiran seperti itu, ustazah aminah kemudian memutuskan untuk mendiamkan saja pura-pura tidak tahu kejadian itu untuk sementara. Nanti dia akan memikirkan apa langkah selanjutnya yang paling baik. Maka bukannya meneruskan menuju ke ruang kantor, ustazah aminah kembali ke kamarnya dan kembali memasang posisi seperti tadi, tiduran membelakangi pintu.

Sementara itu, di tengah-tengah persetubuhannya, ustaz karim mendadak memiliki ide baru. Dia ingin menyetubuhi sang ukhti di kamarnya sendiri. Membayangkan sensasi menyetubuhi wanita lain di samping istrinya membuat sodokan-sodokannya di memek ustazah raudah tanpa sadar semakin keras. “Ahhhh ahhhh,” desahan ustazah raudah selalu terdengar seiring dengan sodokan itu.

Masih dengan posisi doggy style, ustaz karim mendorong ustazah raudah untuk berjalan pelan-pelan. Posisi seperti itu membuat gesekan kontolnya di memek ustazah raudah sedikit tidak teratur. Meski demikian, bukan berarti hal itu mengurangi kenikmatan yang dirasakan ustazah raudah. Di sela isaknya yang masih terdengar, dia merasakan kenikmatan yang cukup membuatnya merasa terpuaskan.

Di ambang pintu kamarnya, ustaz karim sempat menarik tubuh ustazah raudah berdiri, kemudian dia menolehkan kepala ustazah raudah dan melumat bibir yang ustazah dengan penuh gairah. Cuppp cuppp cuppp, tanpa sadar ustazah raudah membalas, posisi semacam itu memang sangat nikmat dia rasakan.

Bukan hanya ustazah raudah sebenarnya yang kaget oleh kenekatan ustaz karim, akan tetapi juga ustazah aminah. Untuk sesaat sebenarnya ustazah aminah tak bisa menebak apa yang dilakukan suaminya. Dia masih tiduran di posisi semula, membelakangi pintu. Akan tetapi ketika dia mendengar campuran desahan wanita dan dengusan suaminya, maka dia pun bisa menebak bahwa keduanya kini bersetubuh di kamarnya, di sampingnya.

Ustaz karim tahu bahwa adat istrinya adalah kalau sudah tidur, dia cenderung susah bangun, apalagi sekarang sang ustazah sedang tidur dengan mengenakan headshet. Maka dengan leluasa dia langsung mendorong tubuh ustazah raudah untuk berbaring di samping istrinya, menelentang. Dengan nafsu yang kian bergelora, dia langsung meneruskan menusuk kembali memek ustazah raudah yang saat itu sudah sangat basah.

“Ahhhkkk, hiks hiks,” desahan ustazah raudah terdengar bercampur dengan tangisan. Aktingnya benar-benar sukses menipu baik ustaz karim maupun ustazah aminah. Sementara ustazah raudah sendiri sebenarnya merasakan kenikmatan yang sangat tinggi karena sensasinya juga. Dia yakin ustaz karim pun merasakan sensasi yang sama.

Ustazah Aminah meneruskan pura-pura tidur sementara deru nafas ustaz karim yang menyetubuhi Ustazah Raudah di sampingnya terdengar jelas. Sesekali dia rasakan dipan itu bergoyang saat sodokan Ustaz Karim dipercepat oleh gairah. Ustazah Raudah masih terdengar mengisak dan mengeluarkan suara seolah menyesal oleh persetubuhan itu. “Mungkin dia capek”, demikian Ustazah Aminah membatin, “sehingga suara ukhti raudah itu lebih terdengar mirip lenguhan kenikmatan”.

Sementara aroma keringat dan birahi menguar di kamar ustazah Aminah, perlahan ingatannya melayang pada peristiwa tadi siang. Peristiwa itulah sebenarnya yang membuatnya tidak bangkit dan menggampar ustaz karim saat itu. Ustazah Aminah memendam perasaan bersalah dan dia menganggap apa yang Ustaz Karim lakukan sekarang adalah karma. Dia patut menerimanya. Selain itu, diam-diam dia malah membayangkan dirinya adalah ustazah raudah dan perlahan dia rasakan desir-desir aneh merambati dadanya. Sensasi yang membuatnya diam-diam ikut bergairah.

BERSAMBUNG

Untuk membaca lanjutannya, silahkan lihat daftar lengkap cerita "Dibalik Kerudungnya Yang Lebar" disini:

Dibalik Kerudungnya Yang Lebar The Series <-- klik untuk melihat.

Cerbung Ustazah diatas merupakan hasil karya dari pecinta umahat selaku pengarang aslinya. Foto yang digunakan di dalam cerita ini hanyalah ilustrasi belaka untuk mempermudah pembaca dalam meresapi jalan cerita yang ada.
loading...

Klik tuk Kirim Pesan