Aku Nafsu Pada Adik Kandungku (Bagian 9)

Cerbung Panas Aku dengan Adikku berjudul Aku Nafsu Pada Adik Kandungku (Bagian 9) ini mengisahkan tentang hubungan mesum antara kakak adik yang dilakukan di rumah. Penasaran? Yuk baca aja cerita nafsu ini.
Cerbung Panas Aku dengan Adikku
Cerbung Panas Aku dengan Adikku
Perlu diketahui, cerita ini merupakan lanjutan dari episode yang sudah terbit sebelumnya. Silahkan baca-baca dulu chapter yang sebelumnya agar Anda tidak bingung.

Untuk membaca cerita lengkapnya, silahkan lihat daftar episode cerita  Aku Nafsu Pada Adik Kandungku disini:

Aku Nafsu Pada Adik Kandungku The Series <-- klik untuk melihat.

***
Yunda sebenarnya anak yg menyenangkan, dia sangat cair bila diajak bercanda, belum lagi tawanya yg lucu menambah pesona dalam dirinya, sangat berbanding dgn Hana adikku yg cenderung serius & kaku. Ternyata memang sebenarnya Yunda anak yg ramai, hanya saja dia memilih diam didepan orang yg belum dikenal atau baru ditemuinya, jadi kalau kita bertemu watak seperti Yunda, kita harus rajin mengawali percakapan untuk mencari tau ketertarikan pribadi ini, atau menghilangkan sebisa mungkin menghilangkan suasana canggung yg membatasi. Nah buat Yunda, kejujuran & keterbukaan adalah kunci bagaimana bisa mendekatinya. Sebenarnya aku sendiri malu bila mengingat & menulis kejadian seperti di part 9C, aku & Yunda seperti dua tokoh sinetron Ftv yg awalnya bermusuhan lalu saling jatuh hati, namun memang demikian adanya yg terjadi, Yunda adalah wanita yg tak butuh trik, yg penting kita menjadi diri sendiri didepannya, selain itu Yunda bisa membaca kepura-puraan seseorang, ngomong-ngomong apa aku pernah cerita kalau Yunda adalah mahasiswa psikologi?
Sebelum pulang Yunda mengajakku makan sate bubur ayam, aku sempat mempertanyakan dietnya makan semalam ini, tapi dia Cuma bilang kalau dinginnya ruangan bioskop membuatnya sangat lapar. Aku mengiyakan ajakannya, kebetulan perutku jg sangat lapar.


Selama makan kami berdua ngobrol dgn santai, obrolan ringan seperti dua kawan yg sudah berteman lama, pembatas yg sebelumnya menghalangi kami kini benar-benar tak terasa lagi.

Apalagi aku melihat Yunda semakin cantik dgn keceriaannya, entah setelah kami menjadi cair aku semakin tertarik padanya, entah ini cinta atau bukan tapi yg pasti perasaan ku semakin ingin memilikinya. Ah, tampaknya perjodohan ini akan berjalan sukses.

“nda kalo gw boleh tau, perasaan lu k gw kaya gmn sih? Kataku disela candaan kami, Yunda diam sejenak sebelum menjawab,

“Gw sebenernya… tapi lu jgn ketawa ya dengernya Ar” dia menodong kepadaku dgn nada sedikit mengancam, “ketawa? Kenapa? Emang lu mau ngelawak nda. Hehehe” kataku
“bukan gitu, tapi yah.. plis ya Ar, gw serius lu jgn ketawa”
“okey okey, gw ga akan ketawa” aku menyetujui syaratnya, karena penasaran dgn jawabannya
“janji yah”
“janji nda”
“tapi dengerin sampe gw selesai, jgn dipotong”
“iya beres boss, apa lagi syaratnya?”

Yunda hanya tersenyum, lalu menyerput teh manis hangatnya, lalu menjawab pertanyaanku,
“gw udah cerita kan Ar, awalnya gw nolak banget rencana nyokap kita, emang bener gw mau ngejalanin ini dulu karena saran bokap gw, tapi sebenernya selain nasehat bokap ada lagi alesan lainnya yg bikin gw nerima, itu pas gw dikasih tau kalo cowok yg bakal dijodohin sama gw…. Ternyata elu..”

kata Yunda sambil menunduk, kali ini wajahnya merah padam. Aku sendiri melotot kaget mendengar penjelasan Yunda, muka ku tak kalah merah, jantungku seperti melompat, namun hatiku tak bisa tidak berbunga-bunga mendengarnya. Aku baru mau bereaksi sebelum Yunda melanjutkan penjelasannya,

“Lu jangan ge-er dulu yah Ar, jadi sebelum lu maen lagi ke rumah setelah lama ngilang, nyokap sering banget ngomongin lu, dia selalu ngomong gmn lu udah bs mandiri dari SMA, ga bergantung lagi sama orang tua, terus pas kuliah katanya lu sama temen-temen sempet bikin kafe, entah knp nyokap gw kaya seneng bget liat cowok bisnis sendiri kaya gitu, yah mungkin krn sama-sama otak dagang kali ya.. lama-lama gw jg jd penasaran, trus yaaah mau gak mau gw jg ketularan kagum sama lu kaya nyokap gw.. yah makanya, pas gw denger ternyata cowoknya elu, gw jd penasaran mau ngebuktiin bener apa enggak cerita-cerita manis tentang lu Ar..”

Aku Cuma bengong mendengar penjelasan dari Yunda, ternyata dia telah mendengar banyak hal tentangku, kepalaku ingin meledak karena malu & bangga, terlebih dia mengaku kagum padaku. Untungnya semua cerita yg dia dengar adalah hal yg baik.

Semua hal yg dikatakan Yunda memang benar, sejak SMA aku sudah terbiasa mencari uang sendiri, walau tetap mendapatkan jatah uang jajan, tapi honor manggung Band serta menjadi additional player & EO dibeberapa event sangat membantu menambah pemasukanku, walau tak seberapa memang. Ketika beranjak kuliah baru aku merasa uang yg diberikan orang tua ku sangat kurang, aku hidup di kota Paris Van Java, agar tidak diremehkan aku membutuhkan biaya gaul tambahan, jadi sejak semester tiga aku berbisnis kafe kecil-kecilan dgn kawan2 satu kostan, jadi memang aku biasa mandiri.

“udah gw bilang loh Ar lu jgn ge-er, tp kok muka lu merah gitu” Yunda menyadarkan ku
“hehehehe.. ya gimana dong ya, ternyata gw udah terkenal duluan dikeluarga lu. Hehehe”
“idiiih, ternyata lu orangnya ge-eran ya.. “ kata Yunda sambil memukul lenganku. Aku tak bisa tak merasa senang, sungguh aku menikmati waktu bersama Yunda malam itu, namun sayangnya waktu sudah menunjukan tengah malam lewat tiga puluh, aku harus mengantar Yunda pulang. “udah malem Nda, kita pulang yuk”

Sepertinya Yunda terlalu banyak tertawa saat kami makan, di dalam mobil dia tertidur disebelah ku. Walau sedang menyetir aku sempat memandang wajah Yunda yg tertidur, benar-benar cantik dia, seolah aura juteknya lenyap berganti dgn guratan innocent yg benar-benar menggemaskan. Wajahnya dalam balutan pashmina ini mengingatkan ku dgn penyanyi Malaysia, Siti Nurhaliza, hanya saja pipi Yunda lebih chubby, & terlihat lebih jutek, bahkan kesan pertama yg kalian dapatkan bila melihat wajahnya mungkin kalian akan memandang Yunda cewek galak, benar memang dia cukup jutek & galak, tapi menurutku itu lebih kpd disiplin, seumur hidup aku belum pernah melihat wanita yg begitu disiplin selain Yunda, bahkan dibanding Hana, jadi wajar prestasi selalu menghiasi dirinya. Aku biarkan Yunda menikmati mimpinya.
Tak terasa mobilku telah sampai didepan rumah Yunda, aku bangunkan dia dgn mengguncang pelan lengannya, dia terbangun sambil megucek pelan matanya,

“udah sampe Ar, sorry gw ketiduran”

“iya Nda, gak apa-apa, santai aja”

Dia merapihkan sejenak dirinya, mencoba mengembalikan kesadarannya seutuh mungkin & memeriksa apakah ada barang yg tertinggal dimobilku. Dia meraih kenop pintu mobil, tapi wajahnya menatapku kepadaku, lalu tiba-tiba dia mengecup pipi kiriku, “thanks buat malem ini Ar, gw enjoy.. semoga lu jg happy” & dia keluar dari mobilku langsung masuk ke rumahnya tanpa menoleh kepadaku.

Aku hanya bisa bengong sesaat didalam mobil, sungguh aku tak menduga malam ini akan mendapatkan kecupan dari Yunda, wajahku terasa panas sekali, sebelum akhirnya senyum mengembang dari wajahku. Akupun menjalankan mobilku untuk pulang.

Sampai dirumah aku langsung menuju dapur, mencari segelas air untuk menenangkan diriku, aku minum sambil terduduk kaku dimeja makan. Kecupan bibir Yunda pada pipiku benar-benar membuatku panas dingin serta nafas naik turun. Aneh sekali, sekali lagi aku pernah merasakan kecupan wanita pada pipiku, (ciuman pertamaku kuberikan pada adikku Hana) jadi harusnya ini familiar buatku, tapi mengapa kecupan ini terasa berbeda? Ah entahlah, tapi aku berfikir untuk mengajak Yunda jalan lagi nanti.

“Mas ko malem-malem ngelamun? Dari mana aja sih kok baru pulang”

Aku kaget sekali, Hana tiba-tiba sudah ada didapur. Bagaimana aku menjawab pertanyaannya, tidak mungkin aku langsung menjawab habis jalan dgn Yunda.
“ooh kamu dek, belum tidur?” aku menjawab agak geragapan “mas abis nonton sama temen-temen Mas, terus ngopi-ngopi dulu”
“oouh, yaudah..”
Hana mengambil segelas air lalu duduk bersama ku dimeja makan. Uurrgh, malam ini dia memakai daster hijau cerah tak berlengan dgn bagian dada yg cukup rendah sehingga belahannya tampak mengintip dibalik dasternya. Sebenarnya ini situasi yg tak kuharapkan, tapi siapa yg bisa menolak gairah yg tiba-tiba naik, apalagi paha hana yg mulus benar-benar membuat jakunku naik turun. Adikku benar-benar cepat membuat hasrat kakaknya membara.

Tiba-tiba aku sadar, selama kebersamaanku dgn Yunda tadi aku benar-benar melupakan Hana, sungguh aku tidak sengaja melupakannya. Bukan apa-apa, awal keberagkatan ku untuk jalan bersama Yunda adalah sebuah keterpaksaaan & beban sehingga pikiranku kacau, namun setelah suasana lebih cair & hangat aku sangat menikmati waktuku dgn Yunda. Aku menyesal juga tidak mengingat Hana tadi. Terbesit sekilas niatku untuk jujur tentang aku & Yunda pada Hana saat ini juga, namun akal sehatku sepakat dgn nuraniku, ini benar-benar bukan waktu yg tepat. Lagipula mengapa Hana mesti bangun ditengah malam begini & memakai baju seperti itu, apa dia ingin menggodaku? Andaipun itu benar, aku memang bisa mengerti, selama libur lebaran ini kami belum menyalurkan hasrat kami. Kalau aku masih punya pelampiasan dgn memainkan game atau keluar bersama teman-temanku, sedangkan Hana nihil, aktivitasnya hanya membantu pekerjaan rumah tangga. Adikku memang tidak punya hobby yg khusus, atau ada mungkin, tapi aku tak tahu apakah ini bisa dibilang hobby, yaitu membaca. Tapi bagaimana mungkin hanya membaca bisa melupakan libido yg naik. Kedua temannya silvi & metta sedang mudik ke kampung halaman masing-masing, jadi wajar juga dia berpenampilan menggodaku malam itu. Memang setelah permainan kami di Bandung, aku sering pulang ke rumah, walau ada ayah & ibu saat aku pulang di akhir pekan, tapi aku & adikku menyempatkan diri mencuri waktu untuk mencari kepuasan seksual. Kadang ketika mereka ada kegiatan RW aku masuk ke kamar Hana & memulai percumbuan kami, paling sering dimalam hari ketika seisi rumah tertidur kami bermain diam-diam, dibawah hidung orang tua kami, aku selalu ingin tertawa bila mengingat adikku terpaksa menutup wajahnya dgn bantal untuk menahan teriakannya ketika orgasme, sedang diriku dgn melumat bibirnya atau memainkan mulutku pada payudara melonnya sudah cukup menahan teriakan orgasme ku. Sejujurnya Hana semakin mahir dalam permainan handjob & blowjobnya, belakangan ini aku benar-benar sering dibuat KO dgn servis mulut & tangan adikku, ditambah kemontokan pantatnya membuatku semakin tak berdaya.

“Mas, kok tegang gitu? Abis berantem ya sama temen?” Hana memecahkan pikiranku

“enggak kok dek, emang mas keliatan tegang yah?” aku mencoba menjawab senormal mungkin

“keliatann agak aneh aja sih” Hana menatapku curiga, “mas lagi banyak pikiran atau ada masalah?”

“enggak kok dek, mas gak apa-apa” aku mencoba meyakinkannya

“ya sukur deh kalo gak apa-apa” kata adikku, lalu dia bangkit dari duduknya sebelum berjalan menuju kamarnya. Huuftthh selamat aku, kataku dalam hati. Namun ternyata itu belum berakhir, karena tiba-tiba Hana berheti disampingku lalu menundukan tubuhnya & mengarahkan mulutnya ketelingaku, “Mas, malem ini yuk? Sebelum mas balik ke kostan senin nanti” dgn nada penuh harap & langsung berlalu ke kamarnya.

Ooh, adikku memintaku melayaninya malam ini.. Gairah ku tiba-tiba naik lagi..

Adikku langsung berjalan menuju kamarnya lalu menutup pintunya, aku tau dia tak benar-benar menutupnya, tp seperti menggoda & memanggilku ke kamarnya. Walau sebenarnya aku lelah tapi aku birahi ku membara, apalagi selama tadi selama jalan dgn Yunda aku sering mengamati bentuk tubuhnya sambil membayangkan bercinta dengannya. Namun kini pikiran nakal & gairah tanggung tadi seolah mendapatkan pemantiknya, adikku jelas mengundangku untuk menyalurkan hasratku padanya.

Aku teguk air putihku lagi untuk menenangkan gejolak dalam diri, lalu bangkit & menuju kamar adikku. Ku ketuk pelan lalu membukanya, suasana di kamar adikku temaram karena hanya lampu tidurnya yg menyala, warna jingga yg bersinar dari lampunya membentuk rangkaian bunga yg terlukis di dinding membuat suasana romantis & mendukung hasrat kami berdua.

Hana duduk ditepian ranjang, tubuhnya membelakangi pintu, tampaknya dia baru selesai menguncir rambutnya sehingga lehernya yg jenjang samakin membakar darahku, belum lagi dasternya yg rendah dibagian belahan depan & belakang membuat punggung adikku terlihat sangat jelas, jakun ku naik turun, Yunda hilang begitu saja dalam pikiranku, kini hanya ada Hana adikku tercinta yg menggairahkan dalam pikiranku, hasratku, serta ada dihadapanku sekarang.

Aku berjalan ke arah Hana, lalu pelan-pelan naik ke tempat tidurnya dari seberang tempat ia duduk membelakangi ku. Ketika perlahan kusentuh lengannya dgn kedua tanganku sambil ku daratkan ciumanku pada leher sebelah kanannya tubuh adikku bergidik sambil mendesah, “ssssshhhhhhhhhhhsshhh….!!!” aku yakin itu tanda birahi adikku siap terbakar.
Adikku memiringkan kepalanya agar memberikanku keleluasaan untuk mencumbui setiap jengkal lehernya, dia memejamkan matanya sambil terus mendesah, sedangkan bibir, lidah, & gigiku bermain-main memberikannya ciuman, jilatan, serta gigitan kecil pada leher adikku.
“sssshhhhhhh…oouuhhh….sssssshhhh….aaaahh” desahnya menikmati cumbuanku.
Setelah agak lama hanya memberikan waktu pada mulutku untuk beraksi, kedua tanganku yg sejak tadi hanya membelai lengan adikku sudah tak sabar untuk ambil bagian, tujuannya jelas payudara adikku yg seperti melon menggantung ditubuhnya. Perlahan tanganku mengarah kedepan & mendaratkan telapaknya dikedua buah dada Hana, tak menunggu lama langsung kuberi remasan lembut, seketika adikku kembali bergidik, tubuhnya melonjak kecil, lalu terdengar rintihan pelan tapi erotis tanda birahinya benar-benar sudah sangat membara, namun aku tak mau memadamkannya dgn cepat, aku ingin bermain-main dgn api gairah Hana.

“oouuuhhh…..oaahh….aaaaahh” rintih adikku saat kedua payudaranya kuremas lembut.
Mendengar rintihan adikku gairahku ikut naik, aku terus mencumbu leher & meremas buah dadanya sambil mendekapkan dadaku pada punggungnya. Setelah beberapa menit pembukaan romantis & menahan gelora yg siap membara, adikku membalikan tubuhnya lalu melepaskan bajuku, aku ikut membantunya dgn mengangkat tanganku, namun yg selanjutnya terjadi tak pernah kuduga, kupikir adikku akan melepaskan bajuku sampai benar-benar lepas namun nyatanya dia menahan lubang leher bajuku tepat pada batas antara hidung dengan mulutku, sehingga bagian pinggang sampai setengah wajahku telah terbuka, namun hidung, mata serta bagian atas wajahku masih tertutup bajuku, bahkan setengah lenganku jg belum lepas dari bajuku & membuat lenganku terangkat ke atas & susah bernapas. Aku sempat bingung, namun kubiarkan adikku memuaskan fantasinya, & ternyata inilah yg diinginkan adikku, mulutku yg menjadi tempat bernafas menggantikan hidung otomatis terbuka, megap-megap seperti ikan kehabisan nafas, & Hana dgn nakalnya menggodaku dgn mengecup & sesekali menggigit bibir bawah & atasku.
Ini benar-benar aneh, namun mau tak mau aku menikmati permainan adikku ini, dia perlahan mendorong tubuhku agar rebah namun masih dalam kondisi seperti ini, lalu dia melanjutkan godaan-godaan dari bibirnya pada bibirku yg masih megap-megap mencari nafas.
Setelah sekian detik dia mempermainkanku, tiba-tiba mulutku dilumatnya, ciuman kali ini seperti saling bertkukar nafas dalam air, karena kami saling menyalurkan udara, namun sensasinya sungguh membangkitkan birahiku. Puas bermain dengan mulutku, Hana turun, perlahan dia menjilat & mencumbui leherku lalu turun lagi sampai tiba-tiba aku merasakan putting dadaku disentuh benda hangat & basah, Gila!! Hana menjilat putingku seperti aku sering mempermainkan putingnya.

“ssshhh……ooouuuuhhh….dekkk” kini giliranku yg mendesah, sedangkan Hana terus memainkan lidahnya pada kedua putingku sambil tangannya membelai-belai perutku. Sungguh ini pertama kalinya aku diperlakukan seperti ini, entah kata-kata apalagi yg bisa kugambarkan tapi sensasi ini benar-benar dahsyat, apalagi dgn mataku yg tertutup justru semakin menambah rasa nikmatnya.
Kini kedua tangan Hana telah menjangkau celana jeansku, dalam sekejap dia telah membuka ikat pinggang & langsung meloloskannya dari tubuhku, boxer ku pun tak perlu menunggu waktu lama sebelum dia lemparkan ke lantai, maka batang penisku yg sudah sangat tegang kini terpampang tegak menantang dunia. Aku dapat merasakan jari-jari tangan adikku kini telah hinggap pada penisku, & langsung saja dia mengocoknya pelan seperti saat ku remas dadanya tadi.

Aku benar-benar dibuat kepayang oleh adikku, merasakan sensasi nikmatnya jilatan pada dadaku, lalu kocokannya pada penisku sungguh membuat pikirianku melayang, aku hanya bisa mendesah, bahkan terpekik pelan. Lumatan & kocokan Hana padaku semakin menjadi, aku sungguh terbuai sampai aku merasakan sesuatu yg panas berkumpul diujung penisku, Sial aku tak mampu bertahan lagi.
“ssshhh…aaakkhhh…aahh.. deekk! Mmmhhaasszzz mauuhhh keluarrr..”
Mendengar kata-kataku Hana semakin mempercepat kocokannya, & tepat ketika dia menggigit putingku, crooottt!! “oooouuuuuuhhhhzzzz” aku berteriak tertahan, Cairan panas kurasakan keluar dari penisku, perut serta zakarku berkedut-kedut sehingga batang penisku bergoyang dalam genggaman adikku. aku mengakui keunggulannya, 1-0 Hana memimpin dalam permainan ini.

Aku terbaring terengah-engah, melihatku kesulitan bernafas adikku melepaskanku dari belenggu bajuku sendiri. Bergitu terlepas mataku berkunang, pasti perlu beradaptasi lagi pada cahaya, sedangkan hidungku langsung meraih udara segar, aku seperti orang yg baru keluar dari ruangan pengap & tertutup rapat. Adikku sendiri langsung merebahkan dirinya disebelahku, sambil tersenyum tipis penuh kemenangan, dia dekatkan wajahnya pada wajahku.
“gmn Mas, enak gak tadi?” nadanya sedikit mengejek, sialan kamu dek kataku dalam hati, meski gengsi tapi mau tak mau aku harus mengakui begitu menikmati serangan pertamanya tadi.
“hee-eh dek, enak bangeth” jawabku masih dalam nafas yg belum teratur.
aku tak menyangka Hana akan membuatku seperti ini. Entah setan apa yg merasukinya, tapi, permainanannya tadi diluar kebiasaannya, apakah ini pertanda dia semakin mahir dalam bercinta?
Adikku merebahkan kepalanya dilenganku, kedua tangannya memeluk tubuhku & kakinya dia taruh dipaha sebelah kiriku sehingga lutunya menyentuh zakarku. Aku sudah telanjang bulat, tetapi pakaian Hana masih utuh. Geregetan sekali aku saat itu, pokoknya harus kubalas perbuatan adikku ini.
Ketika kurasakan nafasku mulai teratur, tanganku meraih dagu adikku lalu kuangkat hingga wajah kami berhadapan & langsung saja kupagut bibirnya yg sejak tadi menggoda bibirku.
“sluurpp..sleerpp..” suara decak ludah & lidah kami yg saling beradu, menari-nari dalam balutan nafsu.

Sambil mulut kami saling bermain, aku menurunkan tali daster adikku. Agak sulit karena ini bukan tali daster tipis, namun dengan sedikit usaha aku berhasil menurunkannya hingga batas pinggangnya, kini dihadapanku tampaklah dua bukit kembar yg masih ditutupi oleh bra abu-abu monyet berenda. Biasanya aku pasti memancing gairahnya terlebih dulu dgn meremas-remasnya walau masih tertutup bra, tapi demi membalas dendam yg tadi segera saja tanganku meraih kait dipunggung adikku & dalam sekejap terlepaslah bra itu dari tempatnya.

Ini bukanlah pertama kalinya kedua bukit kembar Hana berada didepan wajahku, namun entah kenapa setiap melihatnya selalu seperti pertama kalinya buatku, tak pernah aku bosan memuji payudara Hana ini yg memang sungguh indah, seperti melon yg menggantung dgn ceri kecil diujungnya. Aaah andai bisa kudapat gambarnya, pasti sudah kubagi pada suhu sekalian. Sayangnya adikku tak pernah berkenan memberi foto sexy nya.

Dengan posisi menyamping saling berhadapan, langsung saja aku melumat puting kiri yg menjadi kelemahannya &, “oooouuurrrggggghhhhh!!!” adikku berteriak agak keras & tubuhnya melonjak keatas, perutnya terangkat & tangannya menjambak rambutku, langsung saja aku menutup mulutnya dgn tanganku.

“dek, jgn teriak kaya gitu ah, nanti ibu sm ayah bangun” bisikku tepat didepan wajahnya, tampak jelas adikku sedang menahan gejolak nikmat karena wajahnya seperti orang meringis namun pipinya merona merah & matanya sayu.

“ia mas maaf, abis mas maen jilat disitu, aku kan jadi….” Hana tak melanjutkan kata-katanya,
“jadi apaa hayoo..” godaku sambil tersenyum. Kini wajah adikku merah padam, dia menggigit bibir bawahnya lalu tanpa bicara langsung saja dia menurunkan kepalaku kembali ke dadanya & memajukan punggungnya agar payudaranya menyentuh mulutku.
“lagi mas, enak bangeeth”
Dengan sedikit tawa, kembali aku melumat kedua payudara Hana. Kucium, kujilati, & kugigit putingnya sambil kedua tanganku aktif meremas-remas, Hana hanya mendesah, tubuhnya meliuk-liuk seperti menari ular, satu tangannya menjambak pelan rambutku sedang tangan yg lainnya menutup mulutnya agar tak mendesah terlalu keras, dia menggunakan punggung tangan untuk menahan suaranya, namun tetap saja suara desahan itu tak mampu terbendung..
“ssshhh…zzzzhhhh…mmmzzzhhhh….emmmhhhhhhhh…sssooorrrhhh”

Mendengar adikku mendesah aku semakin terpacu, sambil terus memainkan mulutku pada payudaranya, aku mengangkat rok daster adikku lalu menyelipkan tangan kiriku hingga menjangkau vaginanya, pinggul adikku menggelinjang ketika merasakan tanganku telah sampai kedalam cd’a, tapi aku tak mau membuang waktu lagi, langsung saja jariku menemukan klitoris adikku lalu memainkannya.

Tiba-tiba tubuh adikku bergetar hebat, kita jeritannya memanjang tertahan oleh tangannya,

“eerrrrrrrmmmmmmmhhhh….!!!!!!!” Pinggulnya meliuk-liuk semakin liar, bergoyang bak penyanyi dangdut koplo mengakibatkan ranjang adikku berbunyi berderit-derit semakin menambah sisi sensual dari adikku ini. Penisku kerap tersenggol oleh pahanya yg ikut bergoyang menambah semangat serta gairahku, maka semakin intens lah permainan mulut serta tanganku, rasakan kamu Hana dendam mas akan langsung terbalas sekarang.
Tok..tok…tok…!! “Dek, kamu belum tidur?”

Tidak!! Itu ibu ku!!

BERSAMBUNG

Untuk membaca lanjutannya, silahkan lihat daftar episode cerita Aku Nafsu Pada Adik Kandungku disini:
Cerbung Binal diatas merupakan hasil karya dari LockerKavyJones selaku pengarang aslinya. Foto yang digunakan di dalam cerita ini hanyalah ilustrasi untuk mempermudah dalam meresapi jalan cerita yang ada.
loading...

Klik tuk Kirim Pesan