Aku dan Iparku (Bagian 6)

Cerbung Terbaru Kisah Perselingkuhan yang berjudul Aku dan Iparku (Bagian 6) ini mengisahkan tentang kakak ipar yang selingkuh dengan adik ipar di saat mereka berdua tengah pelatihan untuk kerja masing-masing. Penasaran ? Yuk baca aja cerita ML ini.
Cerbung Terbaru Kisah Perselingkuhan
Cerbung Terbaru Kisah Perselingkuhan

Perlu diketahui, ini merupakan episode keenam dari 5 bagian yang sudah terbit sebelumnya. Silahkan baca-baca dulu chapter yang sebelumnya agar Anda tidak bingung.
Untuk membaca cerita lengkapnya, silahkan lihat daftar episode cerita Aku dan Iparku disini:
***

“Oohhhh…..” Ani terpancing. Tangannya meremas rambutku. Ku tebarkan jilatanku mengelilingi areolanya dan sesekali memilin putingnya. Desahan Ani berubah menjadi erangan. Aku menyusu dengan penuh nafsu sedangkan tangan kananku memainkan putting kirinya dengan gemas. Jariku menyentil-sentil putingnya disamakan temponya dengan permainan lidahku.

“Oouwhhhh…oouuwwhhhh…..Kaaanggghhhh……. jilatinnnn laggiiiihhhhh…….iyaaa….gituhhhh…..” racaunya. Dengan semangat tinggi ku ganti dada kanannya yang kini kulahap dengan rakusnya. Ku sedot putingnya dengan lahap. Ani sangat menikmati permainanku hingga tangannya tidak lagi meremas rambut tetapi memeluk kepalaku. Aku semakin bersemangat.

“Kaangggg……..Mauhhh nihhhh…….Aaaaawwwhhhhh……” Ani menjerit kecil lalu jatuh bersimpuh di lantai membuat kulumanku terlepas. Dia orgasme rupanya.

“Hi..hi…hi…aku dapethhhh kanggghhhh……” Ucap Ani cekikikan menatapku. Ku angkat tubuhnya dan ku baringkan di ranjang. Ku tatap jam, sudah pukul 01.18. hhmm….sepertinya harus begadang lagi sepanjang malm. Ani terbaring terlentang pasrah menunggu untuk aksi selanjutnya. Aku menaiki ranjang dan memposisikan diriku di sampingnya. Ku buka pahanya agak lebar dan dia menurut saja. Ku raba gundukan bukit di selangkangannya dengan lembut.

“HHmmmmm……ssshhhhh…..Kangghh…..kamu pintar bangetthhh…..” pujinya di sela desah beratnya. Aku tersanjung mendengar pujiannya. Ku Tarik perlahan celana piyamanya sekalian dengan celana dalamnya. Ani mengangkat pantatnya untuk membantu memudahkanku melapaskannya. Tak butuh waktu lama untuk membuatnya kini telah bugil di hadapanku.

“Wowhhh….Ni….Tubuhmu bener-bener…..” pujiku.

“Jangan gitu ah, Kang….Ani malu….” Ujarnya tersenyum.

“Kaukah itu, Ani….” Candaku menirukan suara khas bang Haji. Ani tertawa cekikikan melihat tingkahku. Ku posisikan diriku di sela pahanya. Mataku terpana menatap vagina yang mulus merekah basah mengkilap. Lidahku kelu untuk menggambarkannya dalam bentuk kata. Rambutnya sepertinya baru selesai dicukur habis sekitar tiga hari lalu. Belahannya begitu menggodaku. Klitoris yang mengintip di bagian atas belahan itu sangat indah.

“Kaanggg…..” Ani merajuk menyadarkanku dari lamunan panjang akan kekagumanku. Ku belai kedua pahanya dengan lembut.

“Sshhhh….ihhhhh…..kaangggghhh…..” Ani kembali meracau apalagi ketika rabaanku menyusuri betis kirinya, daerah sensitifnya. Ku lihat celah itu bergerak menyempit dan mengeluarkan lender bening. Ohh….betapa indah tubuhmu, Ani. Aku tidak tahan lagi. Kudekatkan bibirku di celah itu, dan ku kecup perlahan.

“Aahhhh….Kanggghhh…….” Ani menggeser pantatnya. Sepertinya dia terjut dengan aksiku. “Jangan ahhh…kanggg…….Ani maluuu……” ucap Ani pelan sambil menutup celahnya dengan kedua tangannya.

Aku tersenyum dan menyingkirkan tangannya.

“Emang sama Papanya Faqih gak pernah?” tanyaku. ANi mengangguk lemah. Aku kembali tengkurap di celah selangkangannya. Ku kecup celah basah itu pelan. Ku jilat perlahan. Rasanya gurih tak terlukiskan. Ani melenguh.

“Shhhhh….ooooouuuwwwhhhhhhh……..” dia menggelinjang hebat tapi aku tidak peduli. Ku lumat bibir bawah itu seperti ketika kulumat bibir atasnya.

“Kaaannggghhhh……..Aahhh….ahhhh….aaauauuuhhhwwww…….”

Tubuh Ani terlonjak-lonjak menggoyang ranjang tempat kami memadu syahwat. Ku angkat kedua kakinya di bahuku agar mulutku bebas mengeksplorasi daerah itu. Ku jilat klitorisnya dan sesekali menusuk masuk dengan lidahku lalu menngobok-obok liangnya. Ani semakin kelojotan tidak karuan menerima perlakuanku.

“Ahh….Ahhh….Kanggg…….Brengghhhsseekkkkhhh kammuuuhh……” Racau Ani. Ku rasakan panggulnya menegang menjepit kepalaku. Sepertinya dia akan orgasme lagi. Semakin semangat ku jilat celah basah itu sesekali mencucup klitorisnya. Entah bagaimana basahnya wajahku sekarang. Aroma kewanitaan Ani ternyata menjadi sumber tenagaku. Aku bertekad Ani harus mendapatkan orgasme melalui gaya ini. Kedua tanganku menjulur ke atas merain buah dadanya. Ku pelintir kedua putingya itu. Tak ku sangka Ani berteriak kencang.

“Kyyyaaaaawwwhhhhh…..Aaahhhhhh……..Shhhhooooohhhhhh”

Ani menggeliat tegang. Tubuhnya terangkat seperti sedang kayang. Kepalku di jepitnya dengan erat. Kakinya bergetar. Orgasme yang luar biasa. Hingga beberapa saat kemudian tubuhnya jatuh ke ranjang dalam kondisi sudah lemas. Kakinya kembali terkangkang hingga kepalaku bebas dari himpitannya. Ku perhatikan cairan putih kental merembes pelan keluar dari celah itu. Indah sekali. Ku alihkan pandanganku ke wajahnya yang cantik. Matanya terpejam dan alisnya mengkerut. Mulutnya menganga masih mengeluarkan desahan pelan. Pantatnya bergoyang-goyang pelan. Sepertinya orgasme ini begitu dinikmatinya. Tetapi aku tidak akan memberinya waktu istirahat.

Ku kangkangkan kakinya yang sudah lunglai dan segara ku jepit klitorisnya dengan jempol dan telunjuk kiriku. Ani yang lemah terlonjak. Ia kembali menjerit tertahan.

“Kaangghhhhh……Tolongghhhhh….udahhhhhh……”

Tidak. Aku tidak akan mengabulkannya. Ku jilat lagi klitoris yang ku jepit itu, sambil sesekali ku getarkan lidahku keiri dan ke kanan dengan cepat. Ani semakin kelojotan. Ia mendesah, lebih tepatnya merintih. Ia kini mengemis padaku, tapi maaf, aku tidak akan mengbulkannya.

“Kaangggghhhh……Kammuhhh jahaathhhh….akkuwhhh….bencchiiiiihhh……Oooouuwwwhhhhh……” Ani meracau dengan liar. Apalagi ketika dua jariku mulai masuk dan mengorek liang surgawinya bekerjasama dengan jilatanku pada klitorisnya. Tubuh ani semakin bergetar. Sisa orgasme dahsyat yang menerpanya semakin memberikan efek nikmat bagi tubuhnya yang sedang ku lecehkan.

“Kangghhhh…..tolooongghhh……akuhhhh….ggaakkk…..Kua….aaaaawwwhhh…..”

Ani menjerit dan berteriak kecil ketika kukocokkan jari-jariku keluar masuk vaginanya. Kecipak lender yang terus merembes keluar membasahi jari-jariku dan merembes ke telapak tanganku. Sementara Ani semakin terguncang. Dia menggelinjang karena perlakuan ini, tetapi ku kuatkan konsentrasiku untuk mempertahankan ritme kocokan jariku di selangkangannya. Bibir vaginanya membengkak dan semakin becek, tetapi gurih ku rasakan. Aku terus menjilati klitorisnya sambil mengocok celah yang lembab dan becek itu.

“Brengghhhsekkk kamuhhh….Kanggghhh……Akku…..benccciiihhhhhh kammuuu….”

Ani meracau dan gelinjangnya semakin kuat. Tubuhnya kembali bergetar dan mengejang. Sepertinya dia akan menjemput orgasme ketiganya malam ini. Ku pertahankan kecepatan kocokanku dan kini ku gigit kecil klitorisnya, untuk memancing orgasmenya keluar. Dan benar dugaanku, tubuhnya kembali terlonjak dengan hebat, kepalanya bergerak tidak karuan. Ani kembali orgasme.

“Aaaaakkkhhhhh…….Oooouuuwwhhhhhh……….Kaaanggghhhhh…..Dapppettt lagiiihhhh……”

“Serrrr……”

Ku cabut jariku seiring squirtnya menyirami mukaku. Wow…..ini adalah pengalaman pertama yang luar biasa. Barusan kali ini wajahku terkena kencing perempuan dewasa dan ini rasanya sulit digambarkan. Ku lihat Ani seperti terkena penyakit ayan. Dia mengejang untuk beberapa saat dan terus mengeluarkan racauan. Matanya terpejam dan bibirnya terus menganga. Sepertinya dia tidak sadar kalau liurnya meleleh dari sudut bibirnya.

Aku bangga.

“Kangg…..aku pipis lagi, ya?” Tanya Ani lemah. Aku bangkit dan tersenyum padanya.

“Iya. Di mukaku lagi. Nih…” Kataku tersenyum sambil menunjuk mukaku. Ani tersenyum memelas manja.

“Maaffhh……” ucapnya pelan dan suaranya dimanjakan. Aku mengangguk. “Kangg….Maaf, sepertinya aku udah gak kuat lagi……” lanjutnya. Aku tersenyum padanya. “Maaf, yah…..” ucapnya lagi. Aku mengangguk..

Aku mengalah. Meskipun aku merasa ada yang menggantung, toh kepuasan hatiku telah tercapai. Aku telah kembali membuatnya mengeluarkan ekspresi termahal seorang perempuan. Aku mengecup keningnya lalu segera bangkit meninggalkannya yang terkapar lemas. Ku langkahkan kakiku ke toilet dan ku cuci mukaku di wastafel lalu kuhampiri dia dan berbaring di sampingnya. Ani membuka matanya sambil tersenyum dan memelukku dengan hangat. Kembali kami berciuman dengan penuh gairah. Entah mengapa berciuman dengan Ani tidak membuatku bosan.

Kalian jangan salah, aku tidak pernah bosan berciuman dengan istriku Arni. Hanya saja salah satu kelemahan Arni adalah ciuman yang panas sudah harus berakhir dengan klimaks. Bedanya dengan Ani, kami bisa berciuman dengan panas lalu melepasnya kembali untuk ‘kegiatan’ lain.
Kami melepaskan ciuman hangat kami setelah merasa kehabisan nafas. Aku memeluk tubuh telanjang Ani. Ani menyandarkan kepalanya di dadaku dan sesekali mempermainkan putingku dengan jarinya. Untuk beberapa saat kami kembali terdiam.

“Kang….?” Ani memecah kesunyian.

“Ya?”

“Kamu Jahat. Aku benci sama kamu…..” ucapnya pelan. Aku mendengar isak darinya. Ku belai rambutnya dengan lembut dan Ani semakin mengeratkan pelukannya.

“Kamu udah bikin aku kaya’ gini, Kang…..Kamu jahat banget….aku benci…..hiksss….hiksss…..” ucapnya sambil memukul pelan dadaku. Aku terdiam. Senjataku yang tadi tegang kini telah mulai mengendur. Sepertinya malam ini dia tidak perlu bekerja. Bercinta seperti ini saja sudah membuatku sangat puas.

Tangisan Ani semakin terdengar…. Pilu dan menyakitkan. Aku menjadi salah tingkah dalam pelukannya tapi dia tidak menarik dirinya dari pelukanku.

“Aku cinta banget sama Papanya Faqih, Kang…..Aku benci sama kamu…..” ucapnya pelan.

“AKu benci caramu cium aku. Aku benci caramu menyusuku. Aku benci caramu bikin Aku orgasme berkali-kali. Aku benciii….”Isaknya memukul-mukul dadaku belan. “Aku benci saat ini, Kang….keadaan ini, ketelanjangan kita… Sumpah aku benci banget….” Lanjutnya masih terisak. Aku terdiam mencoba menganalisa ucapannya. Dia membenci situasi ini, tapi dia begitu menikmatinya. Aku tidak mengerti. Tetapi aku tetap terdiam hingga kemudian tangisnya perlahan mereda. Dia kembali memelukku erat. Kakinya di silangkan di kakiku hingga bisa ku rasakan pahaku menjadi basah ketika bersentuhan dengan vaginanya.

“Aku benci, Kang….kenapa harus kamu yang bisa bikin aku melayang nikmat kaya’ gini….kenapa bukan papanya Faqih aja….” Lanjutnya dengan suara yang sudah terdengar stabil. Kembali ku kecup kepalanya.

“Emangnya papanya Faqih gak perkasa, ya….?” Tanyaku. Ani mengangkat kepalanya dan mempelototiku sepertinya dia tidak senang dengan pertanyaanku.

“Enak saja, kamu kang….. Papanya Faqih itu perkasa…..dia juga bisa bikin aku orgasme dua tiga kali……cuman mainnya aja yang polos…. Kalo sama kamu variasinya banyak…..dan kamu juga sabar. Kamu gak malu menyusu di dadaku. Papanya Faqih hanya menyusu sekali ketika asinya Faqih gak lancar. Setelah konsul di dokter, papanya Faqih yang disuruh nyusu dulu. Itu aja” ucapnya.

“Pantas aja Arni nyusuinnnya lancar. Abisnya aku dari malam pertama udah ambil jatah minimal sejam sehari ngenyotnya, hehehehe…..” ucapku agak nakal. Ani mencubit lenganku gemas.

“Kamu juga gak malu main oral sama aku. Sama kamu yang pertama, lho, Kang…. Papanya Faqih pernah mau jilatin punyaku tapi ku larang. Aku malu. Eh…giliran sama kamu malah sampe digigit segala.”

“Ohhh….jadi GR dehh hehehehe…..” Ujarku. Kami kembali terdiam. Hanya nafas kami dan detak jam yang terdengar.

“Kang…..”

“Ng”

“Gimana nih…kamu kan belum tuntas” tanyanya.

“Gak Pa pa, kok. bener deh….”

“Tapi aku dak enak sama kamu. Udah dibikin keluar tiga kali tapi belum sempat ngebales kamu.”

“Gak pa-pa, kok. Kalo emang jodoh, pasti bakalan ada waktu lagi, kok. Nyante aja”

“Iya….Makasih ya, Kang……”

“Iya, Ni……”

“Met bobo, Kang…..”

“Met bobo juga, Kakak Iparku”

“Iya, adik iparku yang mesum, nakal, cab…..”

“Udaahhhh….udah jam dua lho ini.”

“Iya hehehe….”

Cup…..sekali lagi bibirnya mendarat di keningku, dan lampu tidurpun dimatikan.
********

Aku membuka mataku seiring sensasi geli-geli nikmat di daerah selangkanganku semakin nyata. Ani yang semalam tertidur dalam pelukanku kini tidak kudapati lagi. Ku sapukan pandanganku ke seluruh isi kamar hotel, hingga ku dapati Ani telah berada di sela kakiku dengan pemandangan yang langsung mengisi tenagaku. Ani sedang sibuk mengulum senjataku yang seiring bangunku juga sudah mulai menegang maksimal. Aku tidak percaya Ani melakukan ini, tetapi Mau tidak mau inilah kenyataannya.

“Niii…..Kamu nakall…..” ucapku diantara desah. Ku tatap jam telah menunjukkan pukul 04.23 berarti kami hanya tidur sekitaran dua jam saja. Ani menatapku sambil tersenyum tanpa sedikitpun mengendurkan permainannya. Wow…..rupanya Ani memiliki sisi-sisi binal ang selama ini tertidur, tetapi pada pagi ini, sisi kebinalan itu telah terpancing.

“Kamu udah bangun, Kang…..?” Tanya Ani setelah melepaskan senjataku dari mulutnya. Bibirnya yang seksi belepotan liur dan semenku. Luar biasa. Ani lalu menaikiku dan mengangkangkan kakinya. “Buat bayar hutang semalam…..” bisiknya sambil menggigit bibir bawahnya.

Perlahan Ani memposisikan batangku dengan celahnya yang sudah sangat becek. Aku tidak tahu sejak kapan Ani terbangun dan memulai pekerjaannya, dan aku tidak peduli. Yang ku tahu hanyalah sekarang batangku itu mulai tertelan perlahan ketika Ani menurunkan pantatnya dengan pelan.

“Uoooowwwwhhh…..Mmmmmm…..Kaanggghhhh…..” Desah Ani perlahan ketika dengan lancarnya dia memasukkanku ke dalamnya.

“Shhhh……hangat, Ni….” Bisikku.

Ani menunggangiku dan menopangkan kedua tangannya di dadaku. Tubuhnya melengkung dan kepalanya tertunduk. Perlahan ia mulai menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan memutar. Entah putarannya searah jarum jam atau berlawanankah aku tidak peduli. Nikmat sekali.

“Ihhhh….Kanggghhhh…… Shhhhhhh…..” Ani mendesis dan mendesah. Dia seperti seseorang yang baru saja mengunyah cabai seliter. Liurnya menetes dan itu sangat seksi. Tangannya tidak mau ketinggalan, dia mencubit kedua putingku dengan gemas.

“Ohhh….pelannn Nii….sakitt nihhh…..”

“Bodo’ amathhhh….Ahhhh…..Sapa suruh udahh…..bikin Anii….binal gini…..Ahhhh……” racaunya. Ku belai kedua pahanya yang menjepit panggulku dengan lembut dan sedikit menggaruknya pelan. Ani kelojotan dan gerakannya mulai kacau. “Bangsatthhhhh…kamu….kanghhh….” racau Ani.

“Kamu juga, Niii….hhhh…..”

“Akuhh…..Kenapahhhh Kangghhh……?”

“Kamu binalhhh……Nakalllhhh….”

“Aaaawwwwkhhhhhh……..ooooohhhhhwwwww……”

Ani mengejang-kejang orgasme. Tubuhnya melengkung dan goyangannya menjad patah-patah tidak beraturan. Ku rasakan di dalam sana semakin hangat dan basah.

“Akuuhhhh dappetthhh Kanggghhh……” ujar Ani pelan lalu merebahkan tubuhnya di atas tubuhku. Ku ciumi ubun-ubunya sambil mencoba untuk mengambil alih. Ku goyangkan pantatku naik turun dengan perlahan untuk memberinya kesempatan meresapi orgasmenya. “Duhhh….Kanghhh….. “ racaunya. Ku dekap erat punggungnya lalu mulailah ku sodok dia dari bawah dengan gerakan cepat.

“Kyaaaaaahhhhhhh…..oohhhh….ohhhh….ohhh…..”

Ani menjerit keras ketika ku lancarkan seranganku. Ku atur nafasku dan ku goyangkan pantatku dengan tempo cepat. Lorong yang licin dan lembab itu terasa sangat nikmat ketika aku keluar dan masuk dengan cepat. Ku rasakan ada yang terus merembes keluar dari dalam vagiananya tetapi aku tidak peduli karena yang penting dia harus mendapatkan kenikmatan maksimal dari ini. Udara yang sejuk dari AC sudah mulai dikalahkan oleh peluh kami yang kini mulai menetes.

“Iiiiihhhhh…..Kaanggggghhhh…….”

Ani terus meracau tidak karuan di tengah suara kecipak kelamin yang beradu. Masih ku pertahankan kecepatanku dan ku tingkatkan konsentrasiku. Pola pernafasanku ku atur sedemikian rupa agar Ani bisa kembali orgasme. Hingga akhirnya kembali ku rasakan kedutan di dalam sana semakin kencang. Ani akan segera orgasme, jadi ku kencangkan otot kegelku dan ku tambah kecepatan goyanganku.

“Aaaaakkhhhhhhhh……..Kaanggghhhhh….mauuhhhh lagggiiii…..Iiiiihhhhh…..”

Ani meracau tidak teratur. Tetapi suaranya yang manja justru semakin membangkitkan semangatku. Aku mendengus sambil berkonsentrasi mengolah nafasku dan tetap mempertahankan kecepatanku. Pokoknya Ani harus orgasme lagi. Ani yang sudah sangat pasrah terus merintih menahan kenikmatan yang terus menderanya. Akhirnya keteguhan hatikupun terbayarkan. Ani kembali orgasme.

“Kyaaahhhhhh…..Aaaakkkhhhhhhhh…..Kaaannggghhhh…..dapppetthhhh lagghhiiiihhhh…..”

Ani menjerit menyambut orgasmenya. Ku rasakan banyak sekali basah yang ku rasakan merembes di dalam sana. Ani lalu bangkit melepaskan dekapku dan mencabut senjataku bersamaan dengan squirt yang memancar dari dalam celahnya.

“Seerrrrrr…….”

“Ooouuuuggghhhhhh…..Maaf Kaaangggghhhhhh……..”

Ani ambruk di sampingku sementara selimut dan kasur yang kami tempati sudah mulai lembab. Aku lalu bangkit dan membopong Ani untuk menungging d lantai yang berlapis karpet tebal dan lembut. Ani yang sudah lemas, pasrah menurut apa mauku. Dia pun menungging memperlihatkan lubang pantat dan celah vagina yang bengkak dan becek. Ani yang lemas meletakkan kepalanya di karpet, sehingga posisinya lebih seperti orang yang bersujud. Ku arahkan senjata kebanggaanku ke dalamnya. Tanpa banyak rintangan, senjataku menyelinap masuk dengan perlahan.

“Ohhhhh…..Hangatt Nii…..” Racauku.

“Shhhhh…..Kaangggghhhhh…….manntttahhaaappphh…..” balas Ani tetap dalam posisinya tapi mengangkat pelan jempol kanannya. Pandangaku menyenggol jam dinding, Sudah pukul 05.20-an. Wah, ini harus cepat diselesaikan, karena jadwal yang agak padat hari ini. Ku goyangkan senjataku keluar-masuk dalam tempo sedang, dengan pola empat-satu.

Maaf pemirsa. Pola permainan sex ini adalah istilahku untuk mengistilahkan bentuk “serangan” dalam setiap permainan. Pola empat-satu adalah pola serangan empat kali menusukkan senjata hanya setengahnya dengan lembut lalu dilanjutkan dengan satu kali menghujamkannya dengan keras dan cepat sedalam-dalamnya lalu diulangi lagi dari awal. Pola ini telah terbukti membuat istri saya bisa orgasme dua kali dalam tempo kurang dari sepuluh menit.
“Owwhhhh…..Owwhhhhhh…..Aaaakkkkhhhh……”

Ani menjerit tertahan menghadapi seranganku. Tangannya mencengkram bulu permukaan karpet. Sepertinya dia tidak menyangka aku akan mengatur genjotanku sedemikian rupa, tetapi aku tidak peduli. Kini ku cengkram kedua bongkahan pinggulnya lalu kembali kusodok dia tetapi dengan tempo yang sedikit lebih cepat dengan pola yang biasanya.

“Aohhhh….Awwhhhh….Kaaanggghhhhh…….”

Ani menjerit, lebih tepatnya merintih. Tubuhnya terlonjak-lonjak menerima seranganku. Dan kini sudah mulai ku rasakan pangkal pahaku semakin sensitive dan semakin geli. Rupanya orgasmeku telah mendekat. Aku bisa merasakan senjataku agak membesar hingga Ani menjerit semakin keras dan intens.

“Kaaanggghhh…..Mauuuhhhh…..Lagiiiii…….”

“Aku jugahh…….”

“Diii dalemm ajjjaahhhhh Kaangggghhhh…..Oooohhhhhh……”

Aku menggeram gemas dan orgasmeku semakin mendekat. Ku rebahkan Ani menelungkup tanpa menghentikan goyanganku. Ani menurut dan jadilah Ani menelungkup di bawah tindihanku. Posisi ini membuat celahnya lebih sempit.

“Aaaaakkkkhhhhh……Kaaaanggghhhhhh……”

Ani kejang-kejang. Dia orgasme lagi hingga kejangnya agak mengganggu seranganku, tapi ku coba untuk tidak menghentikan seranganku karena sebentar lagi ku rasakan senjataku akan segera meledak. Dan benar saja, orgasmeku meledak di dalam liang senggamanya.

“Ohhhhhhh…..Aniiiii……….”

Ku tembakkan peluruku entah berapa kali di dalam liangnya dan ku peluk ia dari belakangnya, hingga kemudian aku lemas dan menindihnya.

“Hhooooohhhhhh……..” Ani menghela nafasnya dengan berat. ku posisikan tubuh kami berbaring menyamping tanpa melepas peraduan pelaku senggama kami. Ani kini berbaring miring membelakangiku yang memeluknya. Keringat kami yang bercampur tidak menjadi masalah lagi. Ku rasakan denyutan di dalam sana masih kencang. Untuk beberapa menit kami kembali terdiam hingga nafas kami kembali normal.

“Makasih ya, Ni….. Kamu udah bangunin aku…..”

“Iya, Kang….namanya juga bayar hutang hehehe…..”

“Kamu bayar hutang tapi banyakan kamu orgasmenya” kataku mengacak-acak rambutnya.

“Ihhhh….Akaanggg…..”

“Hehehe….ada yang sewot, rupanya. Mandi, yuk….? Udah telat subuhan nih…”

“Iya, Kang…..”

“Aku cabut ya?”

“Yang pelan ya…..”

“Plop…..cerrrrr….”

“Ahhh….Kang…..banyak nihh....wihhh banjirr....”

“Hehehe….jadi becek, ya?”

“Iyaa....Ihhh….Ayo mandi, Kang. Mau bareng?”

“Mandi sama kamu? Ahh…gak,ah....gak mau. Gak mau nolak hehehehe”

Plak!

BERSAMBUNG

Untuk membaca lanjutannya, silahkan lihat daftar episode cerita Aku dan Iparku disini:
Cerpen Ngentot diatas merupakan hasil karya dari Tomame selaku pengarang aslinya. Foto yang digunakan di dalam cerita ini hanyalah ilustrasi untuk mempermudah dalam meresapi jalan cerita yang ada.
loading...

Klik tuk Kirim Pesan