Mama-ku Wanita Gampangan (Bagian 6)

Cerita Bersambung Ngentot berjudul Mama-ku Wanita Gampangan
(Cerita Bersambung Ngentot berjudul Mama-ku Wanita Gampangan)
Cerita Bersambung Ngentot berjudul Mama-ku Wanita Gampangan (Bagian 6) ini merupakan episode keenam dari 5 bagian yang sudah terbit sebelumnya. Silahkan baca-baca dulu chapter yang sebelumnya agar Anda tidak bingung.

Berikut ini link daftar cerita Mama-ku Wanita Gampangan yang lengkap:

Selasa pagi itu Bayu merasa aneh dengan celananya yang basah. Dia merasa sudah tidak mengompol lagi. Lantas, kenapa basah . Tanpa berpikir panjang, ia mengambil handuk dan lekas membersihkan diri. Usai mandi, ia sempat berpikir tentang celananya yang basah tadi. Lagi-lagi ia pikir dirinya ngompol. Dengan pikiran positif, Dia merasa tidak buang air kecil sebelum tidur. Makanya jadi ngompol lagi. Dengan cuek ia bergegas mengenakan seragam sekolah dan menyiapkan ranselnya yang sudah terisi buku. Meskipun begitu, selalu terlintas dalam benaknya,

“Masa iya sih itu ngompol. Kalau ngompol kok lengket gitu ya?”
Sementara itu ayah dan mamanya sudah menunggu di ruang makan. Tampak bayu keluar dari kamar dengan pakaian seragam yang rapi beserta ranselnya. Bayu menghampiri orang tuanya untuk sarapan bersama. Dan, obrolan keluarga pagi hari itu pun terjadi

“Pa, kakek datang jam berapa?” tanya bayu kepada ayahnya

“Nanti jam 9 pagi”

“Ohhh” balas bayu

“Mas jadi ambil izinkan?” tanya nia kepada suaminya.

“Ya jadilah. Tapi gak bisa lama-lama juga. Sekitar jam 11 aku sudah harus berangkat ke kantor”

“Yasudah kalau begitu mas” jawab nia

“Ma, pa, nanti bayu pulangnya jam 3 sore yaa? Soalnya bayu harus kerja kelompok di sekolah” ucap bayu kepada kedua orang tuanya

“Ya udah, pulangnya tapi jangan mampir ke rumah temen lagi. Awas kalo sampai ketahuan ke rumah temen” ucap nia kepada anaknya mengingatkan

“Beress maa”

“Yasudah buruan kamu sarapannya. Mau papa antar gak?” tanya haris kepada putranya.

“Gak usah deh pa. Bayu berangkat sendiri aja. Lagipula papa kan mau nyambut kakek”

“Yasudah kalau gak mau diantar” ucap haris santai.

Usai sarapan, bayu lekas memakai sepatunya. Ia mengingat dan memeriksa sejenak apakah ada masih yang tertinggal. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, ia pamit kepada kedua orang tuanya. Ia salami keduanya. Tak lupa orang tuanya mengingatkan agar hati-hati di jalan. Maka, berangkatlah bayu ke sekolahnya.

Di rumah, usai sarapan, haris sibuk membaca koran pagi sambil minum teh di ruang tamu. Televisi di dekatnya menyala. Padahal, dia tidak menonton. Haris sudah mengenakan pakaian kantor. Tampaknya dia ingin segera berangkat seusai menyambut ayahnya. Sementara itu istrinya, nia, sedang sibuk membersihkan rumah. Pakaian yang dia pakai masih sama dengan yang digunakan semalam. Tak lupa ia mencuci pakaian haris, bayu, dan dirinya usai pulang dari Garut kemarin. Ia pisahkan pakaian tersebut satu per satu hingga terhenti sejenak. Ia melihat kedua daster yang ia gunakan selama perjalanan akhir pekan lalu. Ia jadi teringat kejadian pada dua malam yang berbeda dan tempat yang berbeda. Namun, hatinya ingin segera lupakan hal itu. Kesibukan suami istri terus berlanjut selagi menunggu kedatangan tamu yang mereka amat hormati hingga jam menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi.

“Kok ayah belum datang juga ya?” tanya haris kepada istrinya sambil menonton tv bersama

“mungkin sebentar lagi mas”

“Iya kalii ya” jawab haris dengan ragu

Tak lama kemudian terdengar seseorang memanggil dari depan pagar rumah haris dan nia

“Permisiiii, permisii, permiissi, hariisss, hariiss, inii ayyahh riis udah nyampe”

“Nah itu ayaahh” sahut nia sambil menatap suaminya

“iyaa, yukk kita sambuut” balas haris

Haris bersama nia pun menyambut ayahnya yang sudah berada di depan pagar rumah. Haris membuka pintu dan lekas menghampiri lelaki itu. Ayah haris bernama Paijo. Umurnya 60 tahun. Pak paijo adalah petani jagung yang amat kaya di kampungnya. Dia tampak masih sehat dan bugar. Seperti orang tua zaman dahulu pada umumnya, ayah haris tidak memiliki tubuh yang tinggi. Mungkin tingginya sedikit lebih rendah dari istri haris, nia. Kakek berkulit coklat itu kelihatan agak gemuk dan kekar.

“Ayuukk yaahh langsung masukk sajaa” ucap haris sambil membuka pagar dan membantu membawa barang bawaan ayahnya.

“iya yah langsung masuk aja” timpal nia mengikuti nada suaminya

“Iya” balas ayahnya pelan

Ketiganya melangkah bersama masuk ke dalam rumah. Sesampai di dalam rumah itu, Pak paijo langsung duduk bersandar di sofa ruang tamu. Ia nampak lelah usai melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya ke rumah putranya, sedangkan haris duduk menemani di sebelah ayahnya.

“Ayah berantem lagi sama ibu?” tanya haris dihadapan ayahnya

“Tahu tuh ibumu ris, cemburuan banget, ayah cuma ngobrol sama ibu-ibu kampung dibilang lagi godain mereka. Padahal, ayah lagi ngobrol masalah keamanan di kampung kita”

“Ohhh gitu toh yah. Biasalah ibu. Ayah juga sih..” balas haris

“Tapi ya gak gitu juga dong ris, masa setiap ayah lagi ngobrol sama perempuan dibilang godain mereka”

“Yasudah yah.. ayah di sini dulu aja. Biar ibu nenangin dirinya dulu” jawab haris menenangkan ayahnya.

“Maaf ya ris, ayah jadi numpang di rumahmu ini. Tenang aja, ayah juga di sini cuma sampai besok sore” ucap pak paijo sambil menyentuh pundak anaknya.

“Lah? cepet banget yah? Kalau begitu mah ayah gak perlu jauh jauh kesini”

“Di kampung tuh jagung-jagung musti diawasin terus riss kalo gak suka ada buruh tani yang bandel”

“ Ohhh jadinya ayah gak boleh kesini nih?” ucap pak paijo agak kesal

“Bukan begitu yahh. Aku cuma gak tega aja ayahku sudah jauh-jauh datang kemari, nginep di sini cuma dua hari. Tapi, kalo itu maunya ayah, aku gak bisa larang juga”

“Eh iya, Ayah mau minum apa?” tanya nia yang dari tadi hanya mendengarkan.

“Apa sajalah ”

Nia lekas meninggalkan haris yang sedang bercakap-cakap dengan ayahnya. Ia hendak menyediakan minuman dan sedikit makanan untuk mertuanya. Tak ada beban di hati ketika mertuanya ingin menginap di rumahnya. Lagipula, orang itu merupakan orang tua suaminya.

“Ohh ya. Mana cucuku yang ganteng itu?” tanya pak paijo kepada putranya

“Lagi sekolah yah. Dia pulang jam 3 sore” timpal nia yang muncul sambil menghidangkan secangkir teh hangat dan sedikit cemilan di atas meja tamu.

“Ohhh”

Haris pun berbincang-bincang bersama ayah dan istrinya. Tak banyak yang mereka bicarakan karena haris harus berangkat ke kantor. Maka, haris langsung membimbing ayahnya ke kamar tamu.

“Yah, ini kamar ayah, kalo ayah mau istirahat , istirahat saja. Maaf ya yah aku ga bisa temani ayah lama-lama. Aku harus ke kantor dulu. Tadi aku udah ambil izin sebentar sama kantor mau nyambut ayah”

“Satu lagi, kalo ayah butuh sesuatu bilang saja sama nia ya yah” terang haris kepada ayahnya”

“Terima kasih banyak anakku. Kamu memang sangat berbakti kepada orang tuamu nak” balas pak paijo.

Haris langsung meninggalkan ayahnya seorang diri di kamar. Tak lupa pula ia pesan kepada nia untuk mengurus segala keperluan ayahnya. Nia sebagai istri yang baik tentu mendengarkan pesan sang suami.

Di dalam kamar pak paijo mengganti pakaiannya. Ia memilih memakai kaos singlet berwarna putih yang dia bawa karena cuaca yang panas. Tak lupa celana yang ia pakai diganti dengan kain sarung yang telah ia bawa. Setelah mengganti pakaiannya, Pak paijo memilih tidur.

Sementara itu, nia tampak mempersiapkan makan siang untuk ayah mertuanya dan bayu. Entah apa yang dia masak, baunya begitu harum. Usai memasak, dia letakkan masakannya itu di atas meja makan. Setelah merasa urusannya selesai, nia memilih menonton tv. Ia terus memindah-mindah channel sambil duduk di atas sofa hingga tak terasa waktu menunjukkan tengah hari. Lantas ia bangunkan mertuanya untuk makan siang.

“ayaaahhhhh tokk tok tok.. bangun yaahh makan siangg duluuu” teriak nia sambil mengetuk pintu kamar pak paijo

Pak paijo yang sedang tertidur lekas bangun setelah mendengar teriakkan nia. Ia beranjak turun dari kasurnya dan membuka pintu kamar.

“Yahhh, yukk kita makan siang dulu yukk. Aku udah nyiapin makanan buat ayah” ucap nia

“Iyaa nia. Kebetulan ayah juga udah lapar” balas pak paijo sambil membetulkan sarungnya yang agak longgar.

Nia bersama ayah mertuanya berjalan bersama menuju meja makan. Lalu Nia membantu mertuanya mengambilkan makanan. Ia ambil piring dan letakkan nasi di atasnya. Tak ketertinggalan lauknya yang berupa ayam goreng balado ia letakkan di piring itu bersama nasi. Barulah setelah itu nia mengambilkan makanan untuk dirinya sendiri. Di ruang makan keduanya terlibat obrolan tentang bagaimana keadaan ibu mertua nia di kampung, kabar bayu, dan kerjanya haris di kantor. Setelah makan, keduanya memisahkan diri. Pak paijo yang mengenakan kaos singlet dan sarung memilih menonton tv. Sementara nia sibuk mencuci piring makan yang baru saja digunakan.

Selesai mencuci piring, nia memilih menonton tv bersama mertuanya. Keduanya menonton tv bersama. Tak beberapa lama Mata pak paijo tampak sudah lelah memandang televisi. Dia mengucek-ngucek matanya. Lalu dia alihkan pandangannya ke nia, tampak nia amat serius memperhatikan televisi. Namun lama-kelamaan pandangan pak paijo jadi semakin fokus ke menantunya. Pak paijo begitu kagum dengan tubuh mantunya yang dibalut kaos ketat itu. Payudara yang membusung dari dalam kaos dan lekuk tubuh yang membentuk membuat Pak paijo ingin merasakan bagaimana berhubungan badan dengan nia. Fantasi-fantasi seksual pun keluar perlahan-perlahan menguasai pikiran pak paijo. Pada akhirnya Itu membuat kemaluannya mengeras.

“Woalahhhh tohh nia kamu sseksi banget. Bolehkah ayahh menyetubuhimu nia sayang?”, ucapnya dalam hati

Terlalu serius memperhatikan nia, tiba-tiba nia memalingkan muka ke arah pak paijo.

“Ada apa ya yah? Dari tadi kok kayaknya merhatiin nia mulu” tanya nia heran

“Ehhh gak ada apa apa kok. Ayah ke kamar dulu ya” jawab pak paijo panik.

“Ohh. Iya yah silahkan” balas nia

Pak paijo lantas berdiri. Tampaknya dia sudah jenuh menonton tv. Nia yang penasaran mempersilahkannya. Lalu ia tinggalkan nia seorang diri. Ia berjalan menuju kamarnya. Ia buka pintu kamar dan di dalam kamar itu ia rebahkan tubuhnya di atas kasur. Sebetulnya dia ingin tidur lagi, namun dia malah melamun. Sambil melamun, ia menyentuh dan mengelus-elus penisnya yang berada di balik sarung. Entah apa yang dilamunkannya sampai-sampai dia tidak menyadari pintu kamarnya sedikit terbuka.

Nia yang seorang diri sibuk mengganti chanel tv. Tidak ada acara yang menarik perhatiannya. Namun ia tetap saja menonton. Mau tak mau, itu juga sembari melepas lelah seusai menyelesaikan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga. Akan tetapi, lama kelamaan dia bosan juga. Nia mematikan televisinya. Dia berjalan meninggalkan ruang tamu. Ia menuju ke arah dapur. Karena jalan menuju dapur melewati kamar tamu, maka nia melintas di depan kamar tersebut. Namun langkahnya terhenti sejenak di depan kamar yang sedang diisi ayah mertuanya. Pintu yang sedikit terbuka membuat nia secara tidak sengaja melihat aktivitas yang dilakukan mertuanya. Nia mencoba mengintip.

“Ohhhh niaaa.. kontoll ayahh mau ngentot kamu sayang ohhhh.. memek kamu pasti sempit sayaangg ohhhh” ucap pak paijo sambil terus mengelus penisnya.

Nia sangat terkejut. Mulutnya tiba-tiba menganga. Lantas, ia tutup dengan telapak tangan kanannya. Betapa terkejut dirinya melihat ayah mertuanya ternyata sedang onani di dalam kamar. Lebih terkejut lagi ternyata mertuanya itu sedang membayangkan dirinya. Dia benar-benar tidak menyangka lelaki tua itu ingin bersetubuh dengannya. Ia hanya terdiam membisu sejenak.

Pak paijo yang keasyikan onani itu akhirnya sadar juga kalau pintu kamar tidak tertutup rapat. Lantas dia terkejut melihat nia berdiri di depan pintu kamarnya. Dengan wajah pucat buru buru ia hentikan aktivitasnya itu. Ia rapikan sarungnya yang agak kusut itu. Kemudian ia beranjak turun dari ranjang dan keluar menghampiri menantunya.

“Maafkan ayah.. maafkan ayahh, nia... ayah mohoon.. ayahh gak sengajaa niaaa...” mohon pak paijo kepada nia dengan wajah pucat dan kepala sedikit menunduk.

“Apa yang ayah lakukan barusan?” tanya nia dengan wajah yang masih agak terkejut.

“Maafkan ayaahh. Ayahhh benar-benar tidak sengaja tadi...ayahh nyeeseelll..”

"Terus kenapa ayah teriak nyebut nama nia yah?" tanya nia dengan muka kesal.

"Ibu mertuamu sudah lama gak kasih ayah jatah nia. Dia begitu karena kesal sama ayah yang dekat sama ibu-ibu di desa. Padahal, kedekatan itu kedekatan biasa tidak lebih. Tapi tetap saja ibu mertuamu tidak percaya" ucap pak paijo dengan raut muka pucat.

"Ayah mertuamu ini laki-laki normal yang masih memerlukan kebutuhan rohani, yakni berhubungan badan. Kamu bisa membantu ayah nia? Ayah mohon" ucap Pak Paijo mengiba.

Untuk membaca kelanjutannya, silahkan lihat indeks (daftar episode lengkap) cerita ini disini: [Mama-ku Wanita Gampangan Episode Lengkap]

Cerbung Sex diatas merupakan hasil karya dari Gee13. Foto yang digunakan di dalam cerita ini hanyalah ilustrasi untuk mempermudah dalam meresapi jalan cerita yang ada.
loading...

Klik tuk Kirim Pesan