Aku Nafsu Pada Adik Kandungku (Bagian 12)

Cerpen Dewasa Bersambung Terbaru berjudul Aku Nafsu Pada Adik Kandungku (Bagian 12) ini mengisahkan tentang hubungan terlarang yang rumit antar dua bersaudara. Penasaran? Yuk baca aja cerita geli ini.
Cerpen Dewasa Bersambung Terbaru
Cerpen Dewasa Bersambung Terbaru
Perlu diketahui, cerita ini merupakan lanjutan dari episode yang sudah terbit sebelumnya. Silahkan baca-baca dulu chapter yang sebelumnya agar Anda tidak bingung.

Untuk membaca cerita lengkapnya, silahkan lihat daftar episode cerita  Aku Nafsu Pada Adik Kandungku disini:

Aku Nafsu Pada Adik Kandungku The Series <-- klik untuk melihat.

***

Semenjak makan malam itu perasaan cintaku pada Yunda semakin bertambah, aku benar-benar berharap dialah wanita yg akan menjadi istri ku kelak. Sejujurnya, aku belum pernah merasa sesayang ini pada siapapun. Aku merasa hatiku dengan Yunda sudah bertaut, kami merasa saling memiliki. Yunda sendiri menjadi semakin hangat & terbuka padaku. Kini kami tak ragu lagi bercerita hal-hal yg bersifat pribadi, namun tentu aku tak akan menceritakan bagaimana hubunganku dengan adik kandungku. Apalagi keluarga Yunda semakin percaya padaku, terutama sejak aku terjaga sepanjang malam demi menjaga Yunda dirumahnya.

Tak ada yg terjadi malam itu, walau aku menginginkan bercinta dengan Yunda, tetapi entah kenapa ada dinding tebal yang menahanku untuk mereguk kenikmatan darinya. Entah apa itu, mungkin karena memang rasa cinta kami hadir dari ketulusan bukan karena hawa nafsu, atau karena aura Yunda yg belum terlalu memaksa birahiku lepas kendali, aku tidak tahu. Yang jelas malam itu aku puas melihat wajah manis Yunda yg tertidur lelap, sempat beberapa kali kubelai pipi chubby nya. Melihat wajahnya yg tertidur menimbulkan kedamaian & kehangatan tersendiri dalam dadaku.

Namun disisi lain, rasa cintaku pada Yunda ini menimbulkan pertanyaan yg sebenarnya sudah lama muncul dalam benakku. Bagaimana dengan hubungan antara diriku dengan adikku? Bagaimana selanjutnya & mau seperti apa akhirnya. Tentu saja kita semua tau permainan sensual antara aku & Hana selama ini adalah tabu, namun sejujurnya aku sudah sangat jatuh hati pada tubuh adikku sendiri & sangat menikmati permainan seks nya yg sudah semakin mahir. Adikku memang masih perawan, aku sangat menjaga mahkotanya, sehingga aku tak pernah tak terpuaskan olehnya. Namun sekarang seiring dengan hadirnya Yunda dalam hatiku untuk pertama kalinya aku berfikir untuk mengakhiri permainan kami berdua & kembali menjadi saudara kandung yg normal seperti dulu. Aku bingung bagamana caranya, apalagi membayangkan reaksi Hana saat aku menceritakan hubunganku dengan Yunda serta rencana perjodohan kami. Meski demikian adikku adalah wanita yg cerdas, dalam hati kecilku, aku yakin Hana juga pasti pernah berfikir akan bagaimana kelanjutannya permainan kami. Menurutku aku hanya membutuhkan momen yg tepat untuk menceritakannya kepada Hana, tapi kapan? Semoga akan tiba saatnya.

*****

Pertengahan agustus ini kantorku ramai dengan persiapan kemerdekaan RI. Ternyata kantorku sudah sejak lama merencanakan satu hari full yg di isi dengan lomba sambil mengajak seluruh karyawan liburan ke Anyer. Pak Najib atasanku menginformasikan dipersilahkan membawa keluarga kami masing-masing, bagi yg belum menikah boleh mengajak orang tua & saudaranya.

Aku mencoba mengabarkan acara ini kepada ibuku, & syukurlah mereka menyambut dengan antusias & bersedia datang akhir pekan ini. Aku senang sekali mereka mau datang, andai keluargaku menolak datang aku pasti cengok disana karena hanya diriku yg sendirian. Sekalian juga aku berharap ini hiburan buat Hana, minggu lalu dia mendapat kabar kalau dia gagal lolos fase berikutnya dalam rangkaian rekrutan perusahaan yg dia lamar di Solo. Dia benar-benar kesal, bahkan dia sampai mendengus emosi padaku saat kucoba menghiburnya waktu aku pulang. Aku benar-benar tak sabar menunggu akhir pekan ini. Selain itu tak lupa aku menghubungi kekasihku Yunda, aku mengabarkan kalau weekend ini tak bisa jalan bersamanya, dia maklum karena ini kegiatan kantor.

“Tahun depan kita udah jadi keluarga ya Cam, gak sabar deh pengen ikutan gathering di kantor kamu” kata Yunda yg membakar rasa sayang serta rinduku padanya.

*****

Akhir pekan tiba dengan cepat. Malam ini aku mendapat kabar kalau keluargaku sudah berangkat sejak pukul delapan dari rumah. Aku memang memintanya demikian, karena kami akan meluncur dari kantor sekitar pukul satu pagu dengan menggunakan beberapa armada bus milik kantor & sewaan. Jam 12 malam keluargaku tiba dikostan ku. Mereka beristirahat sejenak & kemudian bersiap-siap dikostanku yg kecil. Ku lihat Hana memang raut muka cemberutnya masih tersisa, dia bahkan agak memaksakan senyumnya saat menyalamiku tadi. Setelah itu kami berangkat menuju kantorku, mobil memang sengaja aku parker dikantor karena lebih aman dengan penjagaan satpam. Setelah panitia mengabsen peserta keberangkatan, kami pun meluncur menuju Anyer & tiba sabtu paginya, sekitar setengah tujuh pagi.

Buatku ini ketiga kalinya aku liburan ke pantai Anyer. Yang pertama saat aku & Hana masih SD, kami liburan bersama keluarga besar Ayahku. Yang kedua saat merayakan kelulusan SMA bersama kawan-kawan sekelasku, saat itu kami menyewa sebuah Villa dipinggir pantai, & sekarang di acara kantor ini ternyata panitia menginapkan kami di hotel Marbel*, sebuah hotel berbintang yg cukup terkenal. Setelah registrasi & check in, aku mendapatkan kamar dilantai tujuh. Kamar yg aku dapat tergolong standar, dua bed yg masing-masing cukup untuk dua orang, minimalis namun lumayan indah. Yang aku suka balkon kamar kami menghadap ke kolam renang & pantai, agak mengingatkan ku dengan hotel tempat permainan aku & Hana di Bandung dulu. Panitia mengizinkan kami beristirahat sebentar setelah perjalanan yg cukup melelahkan, tapi kami diingatkan agar segera menuju pantai pada pukul Sembilan pagi untuk memulai rangkaian perlombaan sambil membagikan baju untuk kami pakai dilomba nanti.

Pukul Sembilan ngaret banyak perlombaan dimulai. Mata lomba yg disajikan cukup banyak, yg sering dijumpai seperti lomba lari estafet, memasukan paku ke botol, sampai ke lomba yg melibatkan keluarga seperti lari bakiak, estafet kelereng & gobak sodor. Yang paling seru adalah ekspedisi mencari bendera lambang perusahaanku yg telah disembunyikan panitia disuatu tempat diluar hotel. Beberapa keluarga digabung menjadi satu tim, panitia hanya memberi selembar peta buta lengkap dengan klu serta teka-teki yg harus kami pecahkan untuk menemukan arah. Sepanjang pencarian keluargaku yg bergabung dengan keluarga rekan-rekan sebidang ternyata harus berjalan sampai kepelosok pemukiman penduduk yg terletak disekitar hotel, bahkan sampai menjamah hutan dibelakang kampung-kampung penduduk. Melelahkan memang, namun sangat mengasyikan. Kulihat Hana juga sangat menikmati acara kali ini, aku turut senang dia mulai melupakan kesedihannya. Sayang tim kami gagal memenangkan ekspedisi ini, walau demikian bukan itu intinya, kami sangat menikmati liburan kali ini.

Pukul setengah enam sore keseruan hari ini resmi ditutup, kami diwajibkan berisitrahat dikamar masing-masing karena malam nanti akan ada acara puncak berupa pengumuman pemenang lomba, pembagian hadiah serta hiburan.

Aku kebagian mandi pertama karena sebelum naik tadi pak Najib sudah memintaku untuk cepat turun & berkumpul sebentar di lobby hotel karena ada hal penting yg ingin ada yg ingin beliau sampaikan pada rekan satu bidangnya, walau letih aku tak bisa menolak. Maka tanpa buang waktu setelah selesai mandi aku ijin pada kedua orangtua ku, sekalian aku mengingatkan jangan lupa makan malam jam setengah delapan nanti.

Saat tiba di lobby, aku sudah melihat Pak Najib, Bu Erni serta Pak Ilham. Ternyata yang ingin pak Najib sampaikan adalah membagikan uang sisa anggaran yg tersisa untuk kegiatan kali ini, semua bidang mendapatkannya sebagai reward karena produksi perusahaan kami triwulan ini sangat memuaskan. Aku tak bisa tak tersenyum menerima amplop ini, rejeki yang tak bisa kutolak pikirku. Setelah itu kami ngobrol santai di lobby sambil menunggu makan malam siap.

Tak terasa makan malam telah siap, aku menelpon ibu ku yg masih di kamar untuk mengajak mereka makan. Seperti acara di hotel pada umumnya, makanan disajikan secara prasmanan. Sambil menunggu acara puncak yg sedang dipersiapkan panitia, kami dipersilahkan bersantai sambil minum kopi yg disediakan pihak hotel. Pukul setengah Sembilan acara puncak dimulai.

Acara berlangsung sangat meriah, di awali dengan sambutan direktur, dilanjut pembagian hadiah kepada peserta lomba. Walau aku & keluarga sama sekali tidak memenangkan mata lomba apapun, namun kami turut bersukacita. Mungkin karena sudah diberi amplop, hehehehe. Setelah pembagian hadiah berlanjut ke acara hiburan. Ternyata panitia memberi kami kejutan dengan mengundang tiga artis lawas yg tenar di tahun 90-an. Artis yg diundang adalah lady rocker yg pernah berduet dengan rocker asal Malaysia, penyanyi wanita yg terkenal dengan tahi lalat didekat matanya, serta satu penyanyi dangdut wanita yg pernah menjadi juri d acara dangdut internasional di amerika. Benar-benar bukan artis yg pas buat orang seumuranku & adikku. Yah karena rekan-rekan kantor ku rata-rata lebih tua dariku jadi mereka menikmati acara hiburan tersebut, pun dengan ayah & ibuku. Mereka seperti bernostalgia pada zaman mereka berpacaran. Sebenarnya aku ingin mengajak ngobrol anak-anak dari rekan kantorku yg tampaknya sebaya denganku, namun tampaknya mereka asyik dengan keluarga masing-masing. Sedangkan Hana setelah acara hiburan dimulai pergi ke toilet, tampaknya dia belum kembali.

Saat semua rekan ku beserta keluarganya sedang asyik menikmati acara yg disajikan panitia, aku hanya duduk didekat pagar tembok yg membatasi hotel dengan pantai. Pagar temboknya rendah, jadi walau duduk tidak terlalu membatasi pandanganku ke pantai. Aku cek Hp ku, ingin bertanya kabar Yunda disana sekalian melepas rinduku padanya. Dari sini juga aku melihat orangtua ku beserta pak najib & istri, serta pasangan-pasangan lainnya sedang berdansa menikmati lagu sendu khas era akhir 80-an sampai awal 90-an. Baru sekitar sepuluh atau lima belas menit aku & Yunda bertukar obrolan d ponsel ketika adikku datang menghampiriku & duduk di kursi semen seberangku. Memang bentuk tempat duduk aku & Hana berupa kursi & meja semen yg berbentuk melingkar. Malam ini Hana tampak menawan dalam balutan kerudung biru gelapnya, dia memakai jaket jeans dengan kaos pink gelap didalamnya. Pantatnya yg semok tertutupi oleh jeans agak longgar. Tubuhku agak bergetar ketika angina malam pantai menghembus kerudungnya hingga berkibar, lampu di tepi pantai tampu menghalangi suasana temaram tempat kami, wajah siluet adikku tampak semakin menggoda.

“capek ya mas acaranya hari ini. Badan ku sampe pegel-pegel. Tapi seru kok” katanya sambil tersenyum manis.

“yah, syukur kalo kamu seneng dek. Udah ya jangan sedih lagi, yg di solo emang belum rejeki dek. Sabar aja. Mas juga sedih kalo kamu sedih.” Aku menimpali.

“iya Mas, aku udah agak lupain kok. Susah yah cari kerjaan. Hehehe”

“mas yakin kok ada orang dalem yg jegal kamu. Kalo ngeliat nilai kamu gak ada alasan buat perusahaan nolak.” Kataku lagi mencoba membesarkan hatinya. Memang cukup aneh buat ku melihat adikku belum mendapat pekerjaan, lulus dengan perdikat cum laude dari fakultas teknik harusnya menjadi jaminan masa depan cerah buatnya.

Adikku hanya tersenyum mendengar jawabanku, lalu melempar pandangannya ke pantai. Angina laut bertiup cukup lembut malam ini. Dari kejauhan tampak ku lihat cahaya petromak perahu nelayan bersinar seperti kunang-kunang dari tengah laut. Lampu-lampu neon juga bersinar warna-warni disepanjang pesisir pantai anyer.

“Mas, jalan-jalan ke pantai yuk”

*****

Suara deburan ombak terdengar semakin gemuruh, di langit sana bulan bersinar terang tak hanya memancarkan cahaya hangat, namun juga memberi gravitasi agar laut semakin pasang demi menggerus daratan. Di antara batas lautan & daratan itulah kami berjalan-jalan. Alas kaki sengaja kami lepas demi merasakan lembutnya pasir pantai & air pantai. Malam ini bulan bersinar hangat hingga cahaya temaramnya cukup membuat pandangan kami jelas tanpa bantuan lampu sekalipun, jejak-jejak kaki yg kami buat tersapu jilatan ombak.

Andai saja kami adalah sepasang kekasih, tentu sudah kuraih tangannya & kupagut mesra bibirnya sejak tadi. Suasana romantis memang selalu mudah mengundang nafsu.

Kami berjalan menyusuri pantai melewanti warung-warung makanan, & perahu-perahu nelayan yg tertambat. Tujuan kami adalah batu karang besar diujung sana yg sejak tadi terlihat menggoda dari hotel. Sejak tadi Hp ku terus bergetar, pasti Yunda, namun aku tak perdulikan dulu. Saat ini Hana yg ada didepanku, aku takut dia curiga kalau aku terlalu sering memainkan Hp, untung tadi sempat ku senyapkan.

Sepanjang jalan adikku menceritakan kondisi keluarga ibuku di Solo, serta pengalamannya seminggu menjalani berbagai proses rekrutmen. Dalam ceritanya dia sangat yakin yg terbaik dalam test TPA serta psikotest. Namun apadaya nasib baik belum berpihak padanya. Aku sendiri hanya termenung, perasaanku tentang kegelisahan hubunganku dengan Hana muncul lagi dalam benakku. Sebelumnya aku menunda karena beralasan mencari waktu yg tepat untuk mendiskusikan ini, & sekarang kami hanya berdua, jauh dari keramaian, ditepi pantai bertemani deburan ombak, menurutku bila ingin bicara inilah saatnya. Namun nurani ku menolak, adikku baru saja terhibur dari rasa sedihnya, tegakah aku merusak kesenangannya ditempat & suasana yg indah ini. Memikirkan itu membuatku sedih & gamang.

Ternyata butuh setengah jam buat kami untuk mencapai karang raksasa tersebut. Karang tersebut berdiri kokoh ditepi pantai, tingginya melebihi rumah kami, tampaknya bisa dinaiki karena ku lihat sekilas ada jalan setapak. Namun kami mengurungkan keinginan kami karena ini bukan wilayah kami, kami takut terjadi hal yg tidak di inginkan. Disampng adikku masih trauma dengan hal berbau mistis, dia benar-benar terbayang dengan kejadian horor di Sekolahnya dulu. Sampai disana Hana hanya memintaku untuk mengabadikan momen ini dalam ponselnya. Setelah itu kami memilih duduk di perahu nelayan yg tertambat ditepi pantai, pemiliknya tak tampak disitu, namun sepertinya tak keberatan bila kami duduk disitu. Sunyi beberapa saat, kami seperti asik dengan pikiran kami, atau mungkin sedang menikmati suasana malam ditepi pantai.

“Aku udah tau Mas.. kemaren ibu cerita” aku terlonjak, jantungku seperti lepas. Walau aku sudah nyaris tau apa maksud perkataan tadi namun tetap saja secara reflek aku bertanya pada Hana.

“maksud kamu dek??”

“soal perjodohan kamu sama Yunda mas” adikku menjawab sambil memandangi kakinya yg penuh pasir pantai. Mendengarnya jelas menciutkan ku. Saat ini yg terbaik buatku adalah diam, untuk bersiap menerima amarah adikku. Namun dia masih duduk anteng, hanya memandangi kakinya sambil sesekali membuang pandangannya ke laut lepas. Aku hanya menunduk kaku, dia melirik ke arahku. Lalu tersenyum tipis.

“Mas aku gak marah kok.. aku tau bakal dateng saatnya juga kok kita mesti ngobrolin ini. & waktu aku denger rencana perjodohan mas sama mbak Yunda, menurutku ini jadi waktu yg pas buat kita ngebahasnya..” seluruh tubuhku dingin sekali, dilanda rasa gelisah & bersalah.

“mas tau gak, sebenernya aku udah lama ngerasa mau sampai kapan kita kaya gini. Kita berdua tau kalo ini tabu, gak wajar, & jelas… dosa..” ketika menyebut kata dosa suara adikku bergetar, sepertinya air mata siap tumpah. Akupun mau tak mau semakin menciut di tempatku.

“Maaf ya mas.. tapi jujur aku nikmatin saat-saat itu. Aku juga sempet larut, walau sebenernya kadang aku mau banget nolak kalo mas ngajak aku. Tapi gak tau kenapa aku gak bisa, aku sayang banget sama kamu Mas.. lama-lama aku tau kalo perasaan ini nih udah gak wajar buat kita. Mau gimana juga kita ini adek kakak..” Hana berbicara sambil menangis tertahan. Walau dengan temaram cahaya bulan, aku bisa melihat pipinya yg tirus telah basah.

“Jadi menurutku mas, karena sekarang udah ada Yunda buat kamu… ini saatnya buat kita nge-akhirin ini..” Kini aku tak bisa lagi menahan air mataku sendiri untuk jatuh.

“Maafin mas dek..” hanya itu kata yang bisa aku ucapkan dengan bergetar.

Mendengar kata-kataku adikku menatapku, lalu dia memeluk tubuhku.

“Kita berdua yang salah Mas” kata adikku sambil mendekapkan tubuhnya ke tubuhku. Pelukannya terasa hangat, seolah seluruh jiwaku damai dalam pelukannya.

"Yunda datang ke hidup kamu jg bukan salah siapa-siapa, emang udah takdirnya begini mas. menurutku ini waktu yg pas buat kita jadi adek kakak normal lagi"

Aku sendiri hanya bisa menangis tertahan dalam pelukannya.

Sesungguhnya aku terkejut atas kebesaran hati adikku. Harusnya saat ini hatinya sedang terluka, sudah sepantasnya dia memaki & menghina ku karena tak menceritakan perjodohan ku dengan Yunda, namun adikku justru melihatnya dari sisi yg lain, dia benar-benar melihat bahwa hubungan kami memang akan tiba saatnya untuk berakhir.

Hatiku sendiri benar-benar hancur, andai aku bisa setegar adikku saat ini. Dalam hati aku mengutuki takdir kami, kenapa aku & Hana harus terlahir sebagai saudara sekandung? Mengapa aku tak bisa memiliki hatinya, mengapa aku tak bisa memiliki cinta adikku? Bukankah kamu sudah memilik Yunda Ar? Kamu jangan egois, nanti kamu semakin menyakiti Hana.

Yah!! Aku memang egois. Namun sungguh aku tak ingin menyakiti siapapun sama sekali. Andai saja Hana bukan adikku, lalu dia & Yunda datang bersamaan dihadapanku & aku harus memilih diantar mereka berdua, maafkan aku Yunda aku sudah pasti memilih Hana sebagai pendamping hidupku.

Bukan, bukan karena Hana lebih baik dari Yunda. Mereka berdua sama-sama wanita yg baik, punya keunggulan masing-masing yang sudah jelas masuk dalam kriteria pria manapun bila mencari pendamping hidup terbaik. Secara face memang Yunda jelas lebih unggul dari Hana, namun ini bukan soal itu. Entah kenapa nuraniku lebih memilih Hana. Hanya sekali lagi dinding terbesar yg tak mungkin dirobohkan adalah fakta bahwa kami berdua adalah saudara kandung. Maka karena hal itulah Yunda menjadi yg terbaik buatku. Walau demikian aku masih merasa bahwa kenyataan ini terasa begitu pahit. Aku masih tergugu dalam dekapan adikku, kurasakakan juga pundakku basah oleh air mata Hana.

“Mungkin kita masih bisa ngelakuinnya sekali lagi mas, untuk yg terakhir kalinya..” Kata Hana berbisik sesenggukan ditelinga ku.

BERSAMBUNG

Untuk membaca lanjutannya, silahkan lihat daftar episode cerita Aku Nafsu Pada Adik Kandungku disini:
=> Aku Nafsu Pada Adik Kandungku The Series <-- klik untuk melihat.

Cerbung Adik diatas merupakan hasil karya dari LockerKavyJones selaku pengarang aslinya. Foto yang digunakan di dalam cerita ini hanyalah ilustrasi untuk mempermudah dalam meresapi jalan cerita yang ada.
loading...

Klik tuk Kirim Pesan