Aku Nafsu Pada Adik Kandungku (Bagian 6)

Cerita Bersambung Skandal Adik Kakak berjudul Aku Nafsu Pada Adik Kandungku (Bagian 6) ini mengisahkan tentang skandal hubungan terlarang antara adek dan kakaknya sendiri. Penasaran? Yuk baca aja cerita keluarga ini.
Cerita Bersambung Skandal Adik Kakak
Cerita Bersambung Skandal Adik Kakak
Perlu diketahui, cerita ini merupakan lanjutan dari episode yang sudah terbit sebelumnya. Silahkan baca-baca dulu chapter yang sebelumnya agar Anda tidak bingung.

Untuk membaca cerita lengkapnya, silahkan lihat daftar episode cerita  Aku Nafsu Pada Adik Kandungku disini:

Aku Nafsu Pada Adik Kandungku The Series <-- klik untuk melihat.

***
Tak akan pernah aku lupakan obrolan panjang antara diriku dengan Hana, sehari setelah percumbuan kami dikamar mandi itu aku beranikan diri bertanya dari mana dia tahu seni handjob & blowjob, karena sejujurnya aku tak pernah menyangka dia akan memberikan servis dari mulutnya pada penisku. Pelan-pelan dia ceritakan pengalaman-pengalaman kurang menyenangkan yang dia alami selama kuliah, dia ceritakan apa yang dia Prasetya & Eko lakukan padanya, bagaimana dia melihat foto-foto & video syur teman sekostannya, dia pun tak lupa menceritakan bagaimana tubuhnya mengalami sensasi aneh pada tubuhnya ketika melihat file pada Hp Tari sampai Hana mengeluarkan cairan kewanitaannya. Puncaknya adalah ketika dia hampir saja merelakan tubuhnya dinikmati oleh Eko, dia mengakui merasakan kenikmatan aneh disekujur tubuhnya, terutama ketika payudaranya diremas & vaginanya dipermainkan, rasa penasaran untuk menggapai puncak kenikmata itu yg hampir menamatkan status mahasiswi berprestasi yg melekat padanya.

Mendengar cerita adikku tersebut, hatiku panas, tanganku terkepal, ingin rasanya aku mencari kedua orang itu & memberi mereka pelajaran, “akan kubuat mereka cacat seumur hidup” emosiku dalam hati, namun didalam imajinasi & fantasy liarku, aku tak bisa tidak horny mendengar ceritanya. Didalam suara nafsuku, aku ingin melihat wajah serta ekspresi tubuh adikku ketika jatuh sesaat dalam birahi bersama Eko. Tapi!! Ada suatu pertanyaan yang sebenarnya tak pernah ingin kutanyakan, karena aku tak pernah mau tahu jawabannya, tapi ada suatu dorongan kuat dari dalam diriku untuk mengeluarkan pertanyaan ini, akal sehatku menolak, tapi justru akal birahiku setuju dengan pertanyaan ini, kenapa? Karena birahi ku yakin apapun jawaban dari pertanyaan ini nantinya akan menambah gairah seksual ku pada tubuh Hana, adikku sayang.
Maka dengan segenap keberanian yg aku kumpulkan, kutanyakan ini pada Hana
“terus dulu waktu pertama kali Mas cium bibir kamu, terus mulai gerayangin badan kamu sampai mainin dada sama vagina mu, kenapa kamu gak nolak dek? Sampe akhirnya kita keluar bareng-bareng kenapa kamu gak teriak?”
Adikku kaget mendengar pertanyaanku, sempat kutangkap kebingungan dalam wajahnya, entah dia bingung karena tidak tahu atau bingung mencari kata yang tepat untuk menjawab sebelum akhirnya dia mulai bicara.
“sebenernya awalnya aku jelas nolak.. aku bener-bener kaget Mas bisa nekat kaya gitu, kata siapa aku gak mau teriak” kata adikku sambil menatap kuku-kukunya, tak mau menatap mataku, lalu dia melanjutkan,
“tapi waktu mas cium bibir aku, lama-lama badanku ngerasa aneh lagi, mirip waktu aku dipeluk sama Eko, aku bingung waktu itu, hatiku pengen banget nolak, tapi aku gak bisa bohong kalo badanku pengen nerima lebih, lagian aku gak ngerasain ancaman dari ciuman mas, waktu itu perlahan aku ngerasa nyaman, dan waktu itu gak tau kenapa, aku gak bisa lagi nahan perasaan aneh tubuh aku, jadi aku pengen rasa penasaran itu tuntas hari itu juga.”
Aku diam, fikiran ku tak karuan, bingung mau memberikan tanggapan seperti apa, aku benar-benar takut salah bicara. Namun ternyata perkataan Hana belum selesai, dia kembali bicara,
“Dan menurut aku, nuntasin penasaran ini sama mas jauh lebih baik daripada sama Pras & Eko” Aku pun melongo bego.

Setelah obrolan dengan ibu di telpon yang mengabarkan Hana menerima interview pekerjaan di Bandung aku sempat terbengong sebentar, Hana akan bertemu dengan ku lagi di Bandung. Perasaan rindu yang selama ini tertahan dan ingin meledak seolah mendaptkan pemantiknya, “udah hampir tiga minggu mas gak ketemu kamu dek” batinku.
Saat itu juga peristiwa-peristiwa menyenangkan pasca curhatan Hana yg terekam dalam kenanganku malah berputar kembali dalam kepala. Aku ingat waktu bagaimana aku & Hana menonton film Kapten Amerika Perang Saudara di Laptop sambil tangan Hana bermain dipenisku dan tanganku bermain pada dadanya, bagaimana percumbuan kami dikamar orang tua kami hingga aku orgasme diatas perut Hana, juga ketika aku mencumbui Hana sambil dia membuatkan sarapan buat kami, & yang paling berkesan adalah ketika Hana sedang membuat roti selai coklat dimeja makan, tiba-tiba aku cumbui lehernya dari belakang, setelah pemanasan dengan saling pagut, saling gesek & saling meremas, lalu aku singkap daster putih belang hitam yang dia kenakan hingga CD & Branya tampak di wajahku, aku singkap Bra coklatnya, lalu bermain diputing kirinya yg jd favorit ku sekaligus menjadi titik lemah Han.
Bagian terbaiknya adalah ketika aku tuangkan selai coklat disekujur perut, buah dada melintasi kedua putingnya sampai leher dan mulutnya. Aku mulai jilatanku dengan untuk menyapu coklat ditubuh Hana, dimulai dari pusarnya, perut, payudara melonnya kiri & kanan, leher & berakhir dibibirnya yang ranum. Ooohh, luar biasa sensasinya waktu itu, ditambah dengan racauan tak jelas yg keluar dari mulut adikku, benar-benar momen sensual yg luar biasa, dan berakhir dengan orgasme kami berdua sambil berpelukan diatas meja makan.
Aku membayangkan kenangan-kenangan yg kami lalui sambil berharap, semoga bisa melepaskannya hasrat yg terpendam selama ini saat Hana di Bandung nanti.

Aku lihat arlojiku, aku kaget, sudah pukul Sembilan, “ya ampun, udah sejam aja gw ngayalin adek gw, sialan lah” aku raih tasku & bergegas menuju kantor.
Tempat pelatihan Kantorku adalah sebuah hotel berbintang di Bandung, letaknya strategis dekat dengan pusat kota. Kami tiba saat adzan shubuh berkumandang dikota Bandung. Setelah istirahat sebentar kami langsung ke loby hotel. Setiap Divisi akan memiliki jatah kamarnya masing-masing. Di divisi kami ada Pak Najib sebagai kepala divisi, aku, Bu Erni serta Pak Ilham. Sebagai wanita satu-satunya Bu Erni sempat protes dengan cara pembagian kamar ini, namun setelah mengecek kondisi kamar, ternyata kamar ini memiliki ruang televisi sendiri serta dua kamar lagi didalamnya, akhirnya Bu Erni mampu menerimanya. Sebenarnya toh kalau difikir tak aka nada yg mau macam-macam dengan dia, Bu Erni adalah sosok wanita berumur 42 tahun yg cerewet & tukang gosip, sebenarnya beliau baik, waktu awal-awal aku dikantor dia pernah mentraktirku nasi padang terenak didekat kantor, tapi mulutnya itu tak pernah berhenti bicara, seperti senapan mesin, ada saja yg dia bicarakan. Bodynya tak menarik, pantatnya turun, perutnya menggembung. Sedangkan Pak Ilham adalah pria kurus tinggi dengan rambut lurus,taka da yg menarik dari penampilannya kecuali sifatnya kebapakan banget, karena beliau seumuran dengan Pak Najib Bos Kami. Pak Najib sendiri pria tambun dengan rambut tipis hampir botak, sifatnya menyenangkan.
Karena hanya satu-satunya wanita dalam tim ini, Bu Erni mendapatkan kamar dekat balkon & ada jendela yg menghadap langsung ke luar. Beruntungnya arah kamar kami menghadap langsung ke Kota Kembang, sedangkan kami bertiga para pria mendapatkan kamar yg besar ditengah. Namun dalam hati aku lebih memilih tidur disofa depan Tv di banding berdesakan dengan para pria ini. Hehehehehe..
Kami hanya diberi istirahat sebentar dikamar ini, karena kegiatan kami langsung dimulai hari ini juga di Ballroom Hotel.
Kegiatan pelatihan kami berjalan seharian penuh, dari pukul Sembilan pagi hingga tujuh malam. Dihari pertama pelatihan, tak semua peserta bisa benar-benar fokus pada materi yang dibawakan, karena sebagian dari kami masih lelah diperjalanan. Malamnya kami seperti dibius, kembali ke kamar masing-masing lalu langsung tertidur. Yang menyenangkan adalah malam dihari kedua kegiatan, Pak Najib mengajak kami jalan-jalan, aku yang sudah cukup hafal spot-spot menyenangkan di Bandung menjadi pemandu mereka.

Aku benar-benar larut pada kegiatan pelatihanku hingga lupa kalau hari ini adalah hari kedatangan adikku Hana ke kota ini. Pukul empat sore dihari ketiga pelatihan, ponselku berbunyi, ada pesan yang ternyata dari adikku “Mas, aku udah diterminal Leuwip*****g, bisa jemput aku sekarang?” aku benar-benar lupa adikku akan datang, jadi tak sempat bilang apa-apa pada pak Najib. Yah tapi mau bagaimana lagi, aku harus menjemputnya. “OK tunggu” balasku dalam pesan.
Dengan berpura-pura izin ke toilet, aku keluar dari Ballroom, & dengan sembunyi-sembunyi aku menyelinap keluar hotel langsung menyetop sebuah taksi. Dalam taksi aku mengutuki diri sendiri karena belum sempat bertanya dimana adikku akan interview, jadi aku belum sempat mencarikan Hana tempat menginap.
“kamu tunggu di gerbang terminal aja ya dek, biar gampang nyarinya” aku pesan adikku
“iya, ini udah digerbang kok” balas Hana.
Sepuluh menit kemudian aku sampai diterminal, untungnya tak sulit menemui adikku, mobilpun berhenti tepat didepannya.
“apa kabar kamu dek?” sapaku ketika keluar dari mobil, Hana tak menjawab, hening sesaat sebelum dia menyambar tubuhnya ketubuhku, dia peluk erat diriku, aku dengar dia sedikit terisak membenamkan kepalanya dalam dadaku, masih dengan suara terisak adikku berkata “Mas aku kangen banget” walau wajahnya terbenam ketubuhku suaranya masih dapat kudengar jelas. “Mas juga kangen sama kamu dek” sambil kubelai kepalanya yg berjilbab.

“Ini pak hotelnya?” kataku bertanya pada pak supir Taxi. “iya pak, yg lumayan murah, tapi gak jelek kok saya jamin” katanya sambil menurunkan tas ransel adikku dari bagasinya.
“oh gitu ya, yaudah deh makasih ya” kataku sambil membayar ongkos taxi.
Tanpa membuang-buang waktu aku bantu Hana melakukan check in, lalu menuju ke kamarnya.
Dari cerita Hana selama perjalanan kami, dia menerima panggilan disebuah perusahaan pengembangan IT di daerah cik**o. interviewnya dimulai besok pagi jam Sembilan. Yah adikku memang cukup menguasai komputer, bahkan disemester lima dia sudah mahir bermain dengan coding. Tapi yang membuatku bingung setelah kami berpelukan tadi, ekspresi wajah Hana jd aneh, kami memang ngobrol, tap nada bicaranya tak bergairah seperti biasa, & yg lebih mengganjal adalah dia tak pernah mau menatap mataku.
“ini pak kamarnya, ini kuncinya, adalagi yg bisa sy bantu?” perkataan pelayan hotel menyadarkan lamunan ku.
“oh sudah mas, makasih yah” sambil menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan sbg tip.
Kamar ini berada di lantai empat, cukup nyaman, walau kecil tapi bersih dan harum, kamar ini jg memiliki balkon yg menghadap jalan raya. Begitu petugas hotel itu pergi Hana langsung melemparkan badannya ke kasur, “aarrrgggghhh, capeknya!!” sambil meluruskan tangan & kakinya sehingga badannya membentuk huruf X. aku hanya tersenyum.
Saat itu dia memakai jilbab ungu favoritnya, dia juga mengenakan jersey meriam London warna emas (Hana ini fans Thiery Henry dulunya, makanya jadi fans meriam London. Sekarang dia cinta mati sama mesut oezil, lah ane sendiri malah fans Setan Merah karena gaya maen ane Paul Scholes banget. Hehehe) dengan jaket jeans biru.
“mendingan sana kamu mandi, baru istirahat, nih buat beli cemilan, nanti malem kita makan. Sekarang kakak balik ke pelatihan lagi ya” aku menyarankan.
Adikku bangkit, dia duduk dipinggir kasur sambil menatapku tajam, aku jadi sedikit deg-degan dia menatapku seperti itu, baru agak lama sambil bangkit dan melengos dia bilang
“jangan bohong ya, gak enak tau di anggurin” kata Hana.
Deg!! Lagi-lagi aku dibuatnya kaget sekaligus bingung, memang Aku menangkap rasa kesal, cuek, ngambek dan sejenisnya dari kata-kata ini, tapi sebenarnya apa maksud dari kata-kata Hana tadi?

Belum sempat aku mencerna maksud perkataan Adikku tadi, tiba-tiba dia sudah bangkit lalu mendorong tubuhku menuju pintu, begitu sudah ada diluar kamar, Hana menutup pintu kamar hotelnya & terdengar suara pintu dikunci dari dalam. Aku masih melongo dengan kelakuan Hana barusan, kenapa anak ini? Satu kalimat yang mewakili seluruh kebingungan dalam diriku tentang Hana. Sejujurnya, dia belum pernah sekalipun bersikap seperti ini padaku. Apa dia marah? Tapi kenapa? Apa karena hotelnya tidak bagus?

Ah tidak mungkin, adikku Hana bukan tipe cewek manja, apalagi banyak maunya, dia orang yg penuh tanggungjawab & apa adanya. Atau mungkin Hana marah karena belakangan ini aku jarang pulang ke rumah? Tapi setiap aku menelponnya nada suaranya biasa saja, terus kenapa?
Aku kembali ketempat pelatihan dengan sejuta pertanyaan menggelayut dalam kepalaku.

“lama amat kamu Ar di toilet, kamu sakit perut apa kepincut cewek disini?” Pak Najib bertanya heran sambil menggodaku. “hehehe.. kayaknya yg kedua pak” jawabku berbohong mencari aman. “waduuuh!! Kamu ini ya Ar, kayak gak ada malem aja. Gak sabaran amat” aku Cuma cengengesan.
Wajar kalau pak Najib bertanya seperti itu, aku baru kembali sekitar pukul setengah enam yg berarti acara pelatihan sudah hampir selesai.
Akupun hanya sempat duduk sebentar diruang Ballroom, menyeruput segelas kopi yang masih ada dari sesi coffee break sore tadi. Tepat pukul tujuh acara hari ini ditutup, peserta dipersilahkan mengambil makanan yg telah disediakan. Tapi aku buru-buru meminjam kunci kamar hotel dari pak Najib. Aku segera ganti mandi, ganti baju & kembali k restoran Hotel untuk mengmbalikan kunci, tampak Pak najib & beberapa kepala Divisi telah menyelesaikan makan namun masih asik ngobrol sambil membakar rokok. Dengan dalih mau main ketempat teman kuliah aku minta izin keluar malam ini.
“jangan malem-malem pulangnya, mending gak usah balik k hotel sekalian, asal besok jam Sembilan udah ada di Ballroom lagi” kata pak Najib. “Siap pak!! Hehehehe.. makasih ya” balasku.
Beliau memang pengertian dan asik, pak Najib pasti mengira aku main k rumah sahabat kuliahku, dan bakal ngobrol ngalor ngidul sampai lupa waktu, jd dia pikir sebaiknya aku ga usah pulang sekalian. Padahal tujuanku jelas menuju hotel tempat Hana menginap, sekalian aku ingin menanyakan maksud perkataan adikku tadi.

Selama di Taxi aku hanya melamun, antara kelelahan dgn aktivitas padatku beberapa hari ini & kehadiran adikku yg sangat aku rindu disini, namun sikapnya tak seperti yg aku harapkan membuatku sedikit pusing.
Sampai di hotel tempat Hana berada, tiba-tiba jantungku berdebar tak karuan, aku sedikit takut bila ekspresi Hana masih seperti tadi sore. Kalau memang dia sedang marah atau malah uring-uringan, otomatis ini bukan hal baik buatku. Aku saat ini juga sangat letih, kalau bukan karena kangen berat dengan Adikku aku lebih memilih langsung beristirahat di Hotel saja tak kemana-mana, jadi betapa menyebalkannya dalam kondisi seperti sekarang ini bila masih harus menerima dampratan dari Hana. Tak terasa akupun tiba tepat didepan pintu kamar Hana.
Tok..tok…tok…!! aku mengetuk pintu kamar Hana, “dek, kamu di dalem? Ini mas arman” aku berteriak memanggilnya.
“masuk aja, gak dikunci” teriak Hana dari dalam. Aku putar kenop pintu kamarnya, lalu aku melihat adikku.

(Ane panas dingin lagi kalo nginget hal ini gan)

Mataku langsung melotot, jantungku berdegup sangat kencang, ku lihat Hana sedang berada di balkon dgn rambut tergerai sebahu mengenakan daster tipis berbelahan dada rendah dgn rok hanya sedikit dibawah CD nya sehingga paha serta belahan dadanya terlihat sangat menggoda. Daster ini belum pernah ku lihat sebelumnya, aku baru sadar adikku mencukur rambutnya, karena sebelumnya rambut adikku panjangnya sedikit diatas pinggul.
Hana menghadap ke jalan, sehingga membelakangiku. keadaan balkon saat itu agak gelap karena lampu luarnya tak dinyalakan, jadi sumber cahaya hanya berasal dari koridor kecil depan pintu serta terangnya lampu jalanan. Yang membuatku menelan ludah adalah efek cahaya tersebut membuat siluet hitam tubuh adikku terlihat jelas dari pintu. Mulutku setengah mangap, ini sungguh pemandangan yg sudah lama ingin aku lihat.
Adikku masih tampak asik memperhatikan lalu lalang kendaraan diramainya suasana malam kota Bandung, aku tutup pintu kamar ini, lalu berjalan perlahan menghampiri adikku, sebelum tiba-tiba dia mengibaskan kepalanya lalu menguncir rambutnya sehingga memperlihatkan lehernya yg jenjang, sebelum kemudian dia berbalik dan menatapku. Saat itu aku baru melihat jelas dia memakai Bra & CD hitam & warna dasternya pink super tipis. Aku benar-benar menelan ludah melihat adegan yg ditunjukan adikku. Nafsuku seketika membara, perlahan namun pasti kupercepat langkahku, tujuanku hanya satu, mendekap tubuh Hana, & memagut bibirnya, hal yg sudah hampir sebulan ini membuatku memendam birahi.
Namun “plak!!!” bukannya ciuman yg kudapat malah sebuah tamparan dipipi kiriku, kali ini sungguh keras, bukan tamparan yg dulu aku dapatkan saat permainan pertama kami.
Aku benar-benar kaget, tapi tak bisa berkata apa-apa menerima tamparan dari adikku, tepat ketika aku melihat wajahnya, ternyata mata Hana sudah basah, “hiikss..hikss..huuu…huuu” suaranya sesenggukan, tangisnya kali ini benar-benar berbeda dari pernah kulihat, dapat kuterjemahkan tangisan ini adalah luapan emosi yg sudah lama dia pendam. Aku biarkan dia menumpahkan emosinya terlebih dulu, namun yg selanjutnya Hana langsung mendekap tubuhku erat.
“Mas jahat!!!” kali ini dia membentak dalam senggukannya “mas pikir enak menderita sendirian d rumah, mas kemana aja mas!!! benar-benar Cuma nganggep adek mainan doang!!!?? Emangnya aku mau mas pergi!!?? Enggak!! Mas yg udah ninggalin aku!!! Sekarang apa?! Udah punya mainan baru, udah punya pacar baru!!! Heeuuuuu….heuuuuu”
Hana memaki-maki aku dalam tangisnya sambil semakin mendekapkan tubuhnya ketubuhku.
Lagi-lagi aku cuma bisa diam, lalu membalas pelukannya. “hhiikksss….hiikksssssh…”
Adikku masih menangis dalam pelukan ku, namun sudah tak sekeras sebelumnya, tiba-tiba dia mengecup bibirku sekilas, lalu menatap mataku, matanya masih basah berkaca-kaca, ekspresinya seperti orang yg masih ingin menangis lalu berkata “Mas… Adek kangen banget sama mas, adek kangeeeeen” suaranya masih dalam nada menangis.
Akhirnya aku mengerti tentang sikap adikku tadi, dia juga sama sepertiku, sama-sama memendam rindu, rasa rindu yg demikian menyesakkan, sebulan tanpa adikku sebenarnya aku juga sangat tersiksa. “ooh, adikku sayang, mas juga sudah sangat merindukan mu” kali ini giliranku yg memagut bibirnya, aaaaaaaahhh… akhirnya.. kehangatannya, basahnya, mulutnya, setelah sekian lama, kini aku merasakan bibir adikku lagi. Dalam hati aku akan menumpahkan dan mengeluarkan segalanya disini. “uuuummmhhhhhh” adikku membalas pagutanku, kali ini dia tidak pasif, lidahnya menyambut lidahku, lalu menari bersama dalam mulutnya. Aku dan Hana saling berpagutan dibawah indahnya langit malam kota Bandung.
Slurp!!..slurp!!.. suara kecipak air ludah kami, tubuh adikku bergelinjang penuh gairah dalam ciumannya, sambil tangannya membelai-belai kepala serta leherku.
Aku benar-benar gila dalam gairah yg lama tak kurasakan ini, karena hampir lima menit lamanya kami saling memagut, sepertinya adikku pun demikian, karena ini pertama kalinya ciuman Hana terasa buas, lain dari biasnya yg cenderung tenang. Kami berdua benar-benar dilanda rasa rindu, rindu saling berjumpa, rindu saling terbuka, dan rindu saling memuaskan. Tak terasa penis dalam celanaku sudah kembali tegang.
Puas saling berpagut, mulutku turun ke leher serta bahu bagian atasnya, aku hirup aroma tubuh adikku, ooohhh.. ssshhh.. aroma yg kurindukan. Pelan aku cumbui leher serta bahu bagian atasnya, kucium, sesekali menjilat, adikku hanya bisa terpejam sambil memiringkan kepalanya, tangan kanan adikku masih membelai kepalaku, namun tangan kirinya sudah turun mengelus-elus peenisku yg sudah menegang.
Aku pun tak mau kalah tentu saja, perlahan aku mulai meremas payudara serta pantat adikku sambil tetap mencumbui lehernya. Tangan kananku mendarat mulus pada payudaranya, aku remas pelan “uuuuuuuuhhhh…masss” suara lenguhan adikku, suara ini, yah suara inilah yg sudah lama ingin aku dengar lagi dari mu dek, suara yg menandakan mulai bangkitnya gairah mu. Remasan ku pada payudaranya sungguh lembut, karena aku benar-benar ingin menikmatinya setelah sekian lama, demikian pula pada remasaku pada pantatnya.
“uuuuh….uuuuh….uuuuhhhh” lenguh adikku menambah nafsuku.
“deekh, sekarang ini, malem ini….. mas Cuma pengen kamu” bisikku ditelinganya..
“eeuhhh…. Hheeeeu… hee—eeeeeh” balasnya diantara desah, aku yakin dia masih terjebak dalam nikmat remasanku pada payudaranya, sekian lama tak ku jamah, pasti dia merindukan sensasinya. Peluh mulai membasahi tubuh kami berdua, nafas Hana mulai tak beraturan.
Sambil pelan-pelan aku pepet tubuh adikku ke pagar balkon, Aku ingin meningkatkan tempo permainan kami, aku menyadari betapa longgarnya daster adikku ini, maka dgn rasa tak sabar melihat dua gunung kembar yg selama sebulan ini menghantui mimpiku, aku geser kedua tali dasternya, dan daster itu meluncur dengan mulus melewati tubuh adikku, kini hanya tinggal Bra & CD yg masih menutupi tubuh adikku.
Sekali lagi aku bermain dengan payudara adikku, namun kali ini kedua tanganku menyerang secara bersamaan, aku meremas, memijat, membelai kedua payudara adikku bersamaan, walau masih terbungkus bra, aku yakin adikku menyukainya, mulutku kini aktif menciumi seluruh jengkal wajah adikku.
“aaaah….uuuhhhhh….uuuuhhh…aaaaaahh” suara ekspresi kenikmatan adikku. Kedua tangan adikku mencengkeram pagar besi balkon dibelakangnya & tubuhnya bergoyang perlahan, sungguh erotis. Mulutnya setengah terbuka seperti mulut ikan, matanya terpejam, yaaaah, iyaaaah, inilah, ekspresi wajah bergairah & gelinjangan tubuh mu inilah yg sekian lama terbayang saat aku onani dek. Oooooohhh… yah terus lanjutkan seperti itu adeeekkk!!!
Kali ini aku sudah tak sabar lagi, aku ingin segera meremas payudara Hana secara langsung tanpa ada penghalang, pun aku sudah merindukan saat-saat mengaduk-aduk vagina adikku & membelai klitorisnya. Pelan-pelan tanganku kebelakang, kubuka lembut kait bra Hana, dia tak menolaknya, lalu Cd’a pun kepeloroti perlahan, yesss!!! sekarang adikku bugil total dihadapanku.
Jakunku naik turun melihat pemandangan ini, Hana adekku sayang yg kalem, lugu & sopan, kini telanjang bulat di balkon hotel, di depan seorang laki-laki yg tak lain adalah kakak kandungnya sendiri. Mataku pun melotot demi melihat kedua buah gundukan melon berkulit coklat, berkeringat, dgn dua biji ceri kecil di ujungnya.
Oooh Hana, payudara yg buat mas adalah yg terindah di dunia ini, akhirnya kembali ke hadapan ku. Tanpa membuang waktu aku sentuh keduanya sekaligus, ku awali dgn belaian pelan, “iiiiiihhhh…!!!” adikku memekin sambil seluruh tubuhnya menggelinjang, wajahnya agak tertunduk, dia menyandarkan dahinya ke dadaku, tampak dia meringis menggigit bibirnya, cengkeraman tangannya berpindah kelengan kaus berkerah ku. Tampaknya Hana sedang menahan nikmat yg sekian lama tak ia rasakan.
Setelah belaian-belaianku pada payudaranya, aku mulai meremasnya perlahan, pelan…pelan…agak keras sampai seluruh melon kenyal ini menempel penuh pada telapak tanganku.. “aaahhh….aarrhhhhh….oouuuuhhhhh” adikku mulai meracau, kali wajahnya mendongak ke atas.
Aku lanjutkan permainanku dengan memilin-milin putingnya, “eeeuuuhh..fffffhhhhhhh!! iyahhh!! Masshhh, begituhhh!!.. oooohh” yah aku sudah hafal, inilah bagian yg paling adikku suka, putingnya kupilin-pilin, terutama yg sebelah kiri, ini adalah jaminan bangkitnya gairah adikku. Tapi suara desahan sensual adikku pun juga menjadi jaminan dari bangkitnya birahiku, setelah memuaskan indra perabaku pada putingnya, kini tibalah giliran indra pengecap ku, ya lidahku juga sudah tak sabar menari-nari bersama putting Hana.
Segera saja aku arahkan kepalaku ke dada Hana, ketika ujung lidahku menyentuh putingnya seketika tubuh adikku terlonjak hebat.. “oooooooohhhhhhhhh!!!!!!! Maaaaaaazzzhzhhhhhhhh!!!!!” kini tangannya tak lagi mencengkeram bajuku, tapi dia menjambak rambutku. Kedua payudara adikku kini menjadi santapan mulutku.. kuhisap, kujilat, kadang lidahku agak “menendang-nendang”putingnya.
Oooh Hana, adikku tersayang, payudara mu, kepadatannya, kekenyalannya, sungguh membuatku mabuk kepayang.
“aaaaazzzzzhhhhhaaaaaah…..oourrrrggghhh!!!!! sssssssshhhhhhhhh…..eeemmmmmpppphhh.. mhhaaaaaazzzzzzzzz!!!!”
Sambil mulutku melumat payudaranya, tangan kiriku bergerilya mencari vagina Hana, sambil tangan kananku membelai punggung Hana yg basah berpeluh. Tak perlu waktu lama bagi tanganku menemukan vagina Hana, langsung saja kubelai naik turun mengikuti garis bibirnya.
“ooooooaaarggghhh,,, yeezzzzhhhhhh,, maaaaaazzzhhhhh!!!!! Hanya racauan itu yg keluar dari mulut adikku dgn nada yg kadang rendah, kadang naik.. aah, sungguh indah & sensual teriakan mu dek. Dan tubuhnya kini bukan sekedar bergoyang, tapi agak melonjak seirama dengan desah nafasnya yg memburu.
Kumainkan belai-belai terus vaginannya, kegelitiki, pinggul hana mulai menari-nari seirama dgn permainanku di vaginanya. “uuuuhhh….uhhhh….uhhhhh” oooh, adikku goyangan pinggulmu, begitu indah dek.. mas suka, mas sungguh menyukainya.
Perlahan telunjukku mulai menyibak bibir vagina Hana, dan yeaah!!! Daging tipis yg sebulan ini sangat dirindukan tanganku, mulai aku permainkan, aaahh, aku merindukan klitoris mu juga deekkkk!!! Goyangan serta lonjakan pinggul adikku semakin hebat & meningkat insensitasnya.
Inillah yang sudah lama kunanti, tubuh telanjang adikku, kini dalam genggamanku, nafsunya birahinya telah jatuh dalam permainanku.. aaah, betapa aku merindukan waktu-waktu seperti ini deekkk….
Hinga akhirnya… croooott…crrooooott!!! Cairan kewanitaan menyemprot kuat dari vagina adikku bersamaan dgn lenguh histerisnya.. “ooooaaarrrggghhhhhhhhhh….zzzzzzssssshhhhhhhhh” disusul dgn kedutan pinggul & goncangan hebat disekujur tubuhnya. Lalu tubuhnya roboh kedepan, jatuh tepat dalam dekapan tubuhku, Nafasnya sungguh tak beraturan, terengah-engah, dengan tatapan mata yg seperti orang kelelahan. Adikku akhirnya orgasme lagi setelah sekian waktu ini terpendam tertahan. Sambil tetap memeluknya aku pun tersenyum, lalu kubisikan pada adikku..

“ini spesial buat kamu adikku”


BERSAMBUNG

Untuk membaca lanjutannya, silahkan lihat daftar episode cerita Aku Nafsu Pada Adik Kandungku disini:
Cerpen vulgar diatas merupakan hasil karya dari LockerKavyJones selaku pengarang aslinya. Foto yang digunakan di dalam cerita ini hanyalah ilustrasi untuk mempermudah dalam meresapi jalan cerita yang ada.
loading...

Klik tuk Kirim Pesan